01 Mei 2009

Lewat Imbal Beli TNI AU Ingin 48 Pesawat Sukhoi

23 April 2003
Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker (photo : AusAirPower)

Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto mengungkapkan keinginan TNI AU memiliki 48 pesawat tempur Sukhoi, guna menjaga keamanan dan kedaulatan Tanah Air.

"Idealnya, kita memiliki 4 skuadron, atau 48 pesawat Sukhoi. Diharapkan jumlah itu bisa dicapai dalam kurun waktu empat sampai lima tahun mendatang," katanya kepada pers di Moskow, Selasa malam waktu setempat atau Rabu dinihari WIB.

Ia mengatakan, TNI AU telah memutuskan untuk membeli dua Sukhoi 27 dan dua Sukhoi 30, serta dua helikopter serang M1-35. Nilai kontrak pembelian peralatan itu mencapai 197 juta dolar AS. Dari jumlah itu, 12,5 persen di antaranya harus dibayar tunai. Sisanya akan dibayar melalui progam imbal beli.

Bank Bukopin telah ditunjuk untuk menyiapkan dana 21 juta dolar AS sebagai dana talangan bagi pembayaran 12,5 persen dai nilai kontrak itu. Ia mengatakan, keempaat pesawat Sukhoi itu pada dasarnya tidak mempunyai arti apa-apa dalam sistem pertahanan udara milik TNI AU.

Ketika ditanya wartawan tentang kekhawatiran akan munculnya sikap negatif dari negara-negara Barat, terutama AS akibat pembelian Sukhoi itu, ia menyebutkan bisa memahami perasaan itu.

"Saya bisa memahami tentang munculnya kekhawatiran terhadap sikap negatif negara-negara Barat," katanya, didampingi Menperindag Rini Soewandi.

Namun ia menambahkan, karena keterbatasan anggaran, di tengah kebutuhan mendesak terhadap pesawat itu, pembelian Sukhoi dan M1-35 melalui program imbal beli dari Rusia tidak bisa dielakkan.

Sementara itu, Pangkoops II TNI AU Marsda Teddy Sumarno yang mendampingi Panglima TNI dalam kesempatan itu mengatakan, pesawat itu diharapkan sudah tiba di Tanah Air, September 2003.

Pesawat itu diharapkan sudah bisa ditampilkan kepada masyarakat pada perayaan HUT TNI 5 Oktober mendatang.

Teddy mengatakan sekitar Juni, sejumlah pilot dan tenaga teknis akan dikirim ke Rusia untuk mempelajari operasional Sukhoi dan M1-35 itu.

Ia menyebutkan pesawat Sukhoi generasi ke lima itu mempunyai kemampuan sangat andal, mampu membawa beban peluru kendali seberat 8 ton.

Tahun 2002

Sementara itu, menurut Menperindag Rini Soewandi, pembelian Sukhoi dan helikopter sudah dipersiapkan sejak September 2002, saat ia mengunjungi Moskow. Indonesia telah menawarkan 31 komoditi bagi program imbal beli itu.

Rusia sampai sekarang telah menyetujui untuk membeli 11 komoditi, seperti karet, minyak sawit, teh, kopi, coklat, tekstil, serta bauksit.

Rini mengatakan, perjanjian jual beli itu seharusnya ditandatangani Selasa malam waktu Rusia, namun karena naskah kontrak itu harus diperiksa lagi oleh para ahli hukum, maka baru bisa ditandatangani Rabu.

Pemerintah telah menunjuk Bulog untuk mewakili Indonesia dalam penandatanganan kontrak itu karena Rusia akan diwakili oleh sebuah BUMN- nya.

Bank Bukopin ditunjuk sebagai penyedia dana talangan, karena bank itu sudah keluar dari program rekapitalisasi.

Ia mengatakan, program imbal beli itu dilanjutkan Indonesia, karena neraca perdagangannya dengan Rusia baru mencapai 200 juta dolar AS per tahun, padahal potensinya jauh lebih besar dari itu.

Sebelum membeli Sukhoi dan M1-35, Mabes TNI telah membeli empat helikopter M1-17 untuk TNI AD yang mampu mengangkut 30 prajurit, belasan M1-2 untuk TNI AL, serta sejumlah panser amfibi untuk Korps Marinir. [Tma, Ant]

(Gatra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar