Mirage 2000 Qatar (photo : Scramble)
Jakarta - Indonesia menolak hibah satu skuadron pesawat tempur Mirage dari Qatar. Menurut Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, tawaran itu ditolak karena minimnya anggaran yang tersedia untuk perawatan. "Hibahnya sih oke, tapi pemeliharaannya itu mahal," kata Juwono di kantornya, Departemen Pertahanan Jakarta, kemarin.
Tawaran hibah ini datang enam bulan yang lalu, disampaikan secara lisan oleh Duta Besar RI di Qatar, Rozy Munir. Menurut Juwono, sebenarnya syarat pelaksanaan hibah ini sangat ringan, yaitu cukup Menteri Pertahanan Indonesia mengirim surat kepada Menteri Pertahanan Qatar.
Juwono mengatakan, dilihat sepintas saja sudah bisa dipastikan bahwa hibah pesawat buatan Prancis tahun 2000 ini akan membutuhkan banyak biaya perawatan. Padahal pagu anggaran Departemen Pertahanan dan TNI tak memungkinkan untuk itu. Apalagi fokus pemeliharaan saat ini ditujukan pada pesawat angkut, seperti Hercules. Selain itu, kata Juwono, hibah itu bukan berarti tak ada biaya sama sekali. "Tetap ada. Misalnya, biaya perantara," ujarnya.
Bagi Departemen Pertahanan, penolakan itu juga karena pertimbangan lain. Menurut Juwono, ada dua beban yang akan muncul jika hibah diterima, yaitu soal dana dan beban pada sistem alat pukul udara. Dari segi sistem, hibah ini akan menambah beban pada anggaran serta mengganggu perencanaan yang telah ada. Saat ini TNI Angkatan Udara memiliki pesawat tempur F-5 dan F-16 buatan Amerika Serikat dan Sukhoi buatan Rusia.
Dalam sistem pemukul udara, Juwono melanjutkan, yang dipentingkan adalah varietas teknologi untuk daya tangkal. Dari segi jumlah, pesawat yang kita miliki memang tidak mencukupi. "Karena itu, kita beli Sukhoi, walaupun mahal," ujarnya. Dengan begitu, sistem penangkalan kita masih setara dengan Singapura kalau tahun depan negara itu membeli 24 pesawat F-15.
Menurut Juwono, awalnya Angkatan Udara tertarik kepada tawaran hibah ini. Namun, dia telah menjelaskan soal pagu anggaran yang tak memungkinkan, serta kekhawatiran tersedianya suku cadang. "Kita harus tahu betul apakah pabrik pembuatnya akan bertahan terus untuk buat atau tidak. Jangan-jangan malah punah," ujarnya.
(Koran Tempo)
Baca Juga :
Indonesian Defense Says ‘Thanks, but No Thanks’ to Qatari Fighter Jets
20 Maret 2009
The government has turned down a grant offer of 10 Mirage 2000 jet fighters from the Qatari government due to a lack of funds for maintenance, Defense Minister Juwono Sudarsono said on Thursday.
Juwono said Qatar offered the jets six months ago through Indonesia’s ambassador in Doha. The government needed only to send a letter requesting the aircraft.
“I have not sent a letter,” Juwono said. “But had I sent one, I would have told them that our state budget is focused on infrastructure and improving the people’s welfare. The military’s procurement of equipment must give way to those programs.”
Stopping short of disclosing maintenance costs for currently operated aircraft, Juwono said that the military’s budget did not allow for maintaining additional planes.
The Air Force was tempted by Qatar’s offer, Juwono said, but “I have told them that it is the maintenance costs that made us think twice about accepting the offer.”
The minister said there was no guarantee that French company Dassault Aviation, the maker of the Mirage fighters, would maintain its position in the international aviation industry in light of the current global recession.
“We do not want equipment that cannot be used for the long term,” he said.
Juwono said instead of acquiring more weaponry, the government had decided to focus on obtaining the best military technology. He said the recent purchases of Russian Sukhoi jet fighters and transport-attack helicopters, along with four Sigma-class corvettes, would help modernize the country’s military.
(The Jakarta Globe)
Hibahnya ditolak?. Tapi di warung sebelah ada penampakan mirip Mirage 2000 di lanud Gading Wonosari jepretan th 2011. Benar2 aneh.
BalasHapushttp://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/02/bukan-typhoon1-e1393591164886.jpg
BalasHapus