14 Mei 2016

TNI AU Incar Pesawat GlobalEye

14 Mei 2016


Pesawat intai GlobalEye buatan Swedia (image : Saab)

Indonesia Incar Pesawat Intai Strategis

"Samudra, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggunginya. Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Ini saat Indonesia mengembalikan semuanya," ujar Joko Widodo dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden RI, Senin 20 Oktober 2014 di Gedung MPR, Jakarta.

............................


Bagian-bagian pesawat GlobalEye (images : Saab)

Sejumlah usulan telah dibahas dan sebagian telah diseksekusi. Badan Keamanan Laut RI, misalnya, telah mengerahkan kapal-kapalnya untuk memburu para pencuri ikan. Juga TNI AL telah membeli pesawat patroli martim dan memberdayakan kapal-kapal perangnya untuk tujuan yang sama. Namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Oleh karena masalahnya sudah terlampau sistemik, Pemerintah dinilai perlu solusi yang lebih komprehensif.


Radar GlobalEye adalah Erieye tipe ER (Extended Range) 

Sementara solusi efektif dan efisien masih terus digodok, belum lama ini TNI AU coba gulirkan usulan dari lingkup domainnya di kendaraan. Usulan ini terbilang penting mengingat masalah di kemaritiman dan kelautan tak bisa diselesaikan dari laut semata. Tetapi hanya bisa dipecahkan dengan memadukan seluruh unsur kematraan demi hasil maksimal.

Interior pesawat GlobalEye

Menyadari hal itu, seperti pernah dikemukakan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna, pihaknya beritikad memodernisasi kekuatan intai strategis demi memudahkan dan memperluas daya jangkau pengamatan dan pengawasannya. Menimbang aset Boeing 737-200 Surveiller yang sudah tidak up-to-date lagi dengan potensi ancaman masa kini, TNI AU pun melirik pesawat pengganti sejenis yang dinilai tepat untuk problema terkini.

Basis pesawat Bombardier Global 6000 (photo : vanallen)

Sumber Angkasa mengungkap, salah satu yang dilirik adalah GlobalEye. Dengan radar yang canggih dan sangat mumpuni yang dikenal dengan GlobalEye System, pesawat ini mampu mengawasi wilayah udara, daratan maupun kegiatan pengawasan di laut.


Pesawat Boeing 737MR Surveiller TNI AU (photo : jksc)

Artinya selain bisa digunakan untuk meredam pencurian ikan yang tiap tahun menyebabkan kerugian hingga Rp 300 triliun, pesawat multirole ini juga bisa meringankan tugas pesawat tempur dalam mengawasi wilayah udara RI. Sebuah pilihan yang layak untuk dipertimbangkan. 

See full article : Angkasa Magazine, No 7 April 2016 Tahun XXVI

4 komentar:

  1. Dalam hal pesawat intai malaysia dan indonisia tertinggal kebelakang daripada singapura dan juga thailand.Mereka undah punya dulu megoperasikan pesawat tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo melihat kemampuan fungsi pengawasan darat, laut, udara sepertinya cocok d3ngan kebutuhan indonesia saat ini.

      Hapus
  2. Lebih baik beli sekali dgn pssawat gripen nya. 16 gripen + 2 atau 3 GlobalEye..

    BalasHapus
  3. SU-35 masih alot nego2nya. Jika sampe Presiden Jokowi turun tangan & Rusia masih ngeyel dengan harga & enggan memenuhi syarat 35% ato ToT, kemungkinan besar Indonesia akan beralih ke SaaB.

    KKIP sendiri sampe saat ini belum dapet pengajuan izin pembelian jet SU-35. pemeblian alutsista dari luar negeri harus ada persetujuan mereka. Artinya prosesnya masih akan lama & bisa buang2 waktu hanya untuk 8 jet di mana yg dibutuhkan sebetulnya 1 skuadron & terintegrasi dengan sistem barat yg sudah dimiliki TNI-AU & Kohaudnas.

    BalasHapus