26 Juni 2016

Helikopter Mil Mi-26T akan Bersaing dengan Chinook untuk Puspenerbad

26 Juni 2016

Helikopter angkut berat Mi-26T (photo : Stephane Gimard)

Mil Mi-26: Kandidat Helikopter Angkut ‘Raksasa’ Untuk Puspenerbad TNI AD

Kebutuhan helikopter angkut berat tentu tak bisa ditawar untuk menunjang operasional TNI. Setelah sebelumnya menggunakan Mil Mi-17 V5, Puspenerbad TNI AD sebagai elemen kavaleri udara nasional dikabarkan tengah dalam proses menerima helikopter angkut berat asal AS, Boeing CH-47 Chinook. Meski berita pengadaan CH-47 Chinook cukup santer, namun hingga ini toh belum juga dilangsungkan kontrak pembeliannya. Lepas dari itu, muncul kabar lain, bahwa TNI AD justru tertarik pada helikopter angkut raksasa Mil Mi-26 dari Rusia.

Meski kabar pengadaan Mil Mi-26 belum bisa dikonfirmasi, tapi sinyal hadirnya helikopter yang sempat tampil dalam film Die Hard 5: A Good Day to Die Hard (2013), mendapat dukungan dari pihak internal user, terlebih Puspenerbad selama ini telah berpengalaman menggunakan helikopter asal Rusia, seperti Mil Mi-17 V5 dan heli serbu Mil Mi-35P Hind. Seperti halnya kabar jumlah CH-47 Chinook yang ditawarkan ke Indonesia, Mil Mi-26 yang rencananya akan didatangkan untuk TNI AD diproyeksikan sebanyak empat unit. Dan bila mengacu ke periode pengadaan, helikopter yang mampu membawa tank ini idealnya hadir pada periode tahun 2016 – 2019.


Helikopter Mil Mi-26 dan Mil Mi-17 (photo : Vitaly V. Kuzmin)

Bila nantinya Mil Mi-26 jadi memperkuat arsenal Puspenerbad, rasanya kehadiran helikopter ini bakal mendapat sambutan hangat dan suka cita dari warga, khususnya penggemar alutsista asal Rusia. Pasalnya, Mi-26 bisa menjadi obat rindu saat di era 60-an, TNI AU pernah mengoperasikan helikopter angkut raksasa Mil Mi-6. Merujuk ke sejarahnya, hadirnya Mil Mi-26 tak lain sebagai pengganti dari Mil Mi-6, dan sayangnya tidak ada jejak Mi-6 yang bisa dilihat saat ini sebagai monumen atau museum di Indonesia.

Kembali ke Mil Mi-26, bisa dipastikan sampai saat ini Ia menjadi helikopter terbesar yang ada di muka Bumi. Fakta bahwa Mi-26 raksasa tak hanya bisa dilihat dari ukurannya yang super jumbo, tapi kapasitas cargo pun luar biasa hebat, yakni punya payload 20 ton. Bisa dipastikan tank amfibi andalan Marinir BMP-3F atau truk Ural 4320 mampu dibawa dengan mudah oleh Mi-26. Untuk urusan mobilitas pasukan misalnya, Mi-26 bahkan bisa menandingi daya tampung C-130 Hercules, sebanyak satu kompi pasukan infanteri dengan senjata lengkap dapat langsung diangkut oleh satu unit Mi-26.

Dari sejarahnya, Mil Mi-26 mulai dirancang pada awal 1970 oleh biro desain Mil Moscow Helicopter Plant. Dari bobotnya yang ekstra besar dan punya kemampuan mengangkut kargo lewat sling seberat 12 ton, Mi-26 awalnya diperuntukkan untuk mendukung pekerjaan konstruksi berat, pembangunan jembatan, dan pemasangan transmisi listrik. Saat memasuki tahap pembuatan, Mi-26 diproduksi oleh Rostvertol, yakni dengan terbang perdana pada 14 Desember 1977.


Helikopter berat Mi-26 mampu mengangkut kendaraan tempur (photo : DefenceForumIndia)

Mil Mi-26 juga dikenal sebagai helikopter pertama di dunia yang menggunakan rotor utama dengan delapan bilah baling-baling. Sumber tenaganya dipasok dari dua mesin turboshaft Lotarev D-136 yang masing-masing mesin mampu menghasilkan tenaga 8.500 kW (11.399 shp). Dalam spesifikasinya, helikopter ini tidak dilengkapi dengan persenjataan, dan sudah lumrah bila Mi-26 dalam operasinya mendapat kawalan dari helikopter gunship.

Kelebihan lain sebagai helikopter raksasa, pada fasilitas ruang kargo dilengkapi dua derek listrik, yang masing-masing punya kapasitas tarik 2,5 ton. Derek ini digunakan untuk memudahkan proses pemindahan muatan di dalam ruang kargo. Awak helikopter juga dapat memantau proses pemuatan dan kondisi ruang kargo lewat kamera CCTV. Untuk menjamin keamanan dalam penerbangan, bila terjadi masalah pada power, Mi-26 sanggup terbang meski hanya dengan satu mesin, pasalnya Mi-26 dirancang dengan sistem berbagi beban pada mesin, jika satu mesin mati, maka otomatis bisa tetap terbang hingga jarak tertentu.

Karena fungsinya asasinya tak melulu untuk kebutuhan militer, Mi-26 banyak juga digunakan oleh pihak sipil, terutama dalam bisnis penerbangan charter pemindahan alat berat. Dan Bila kelak helikopter ini jadi memperkuat TNI, maka Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara, setelah Kamboja yang mengoperasikan Mi-26. Dalam kode NATO, helikopter mendapat penamaan sebagai HALO. Sampai saat ini, Mi-26 telah hadir dalam belasan versi.

(IndoMiliter)

10 komentar:

  1. Kirain Chinook ud deal, ternyata seperti biasa masih wacana. Kalo liat bodynya mi 26 terlalu gamboot.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa disini mah oom, ditikungan ada yang nyalip dan belum lagi jurus bantingan last minute, hehehe...

      Hapus
    2. Ane si gan sbenarnya pro alutsista Russia. Tp kok kyknya bwt urusan heli angkut berat ane lbh condong ke Chinook ya, lbh ganteng aja gtu tampilannya hahaha. Sm klo heli serang jg kyknya gaharan Apache tongkrongannya dibanding kamov.

      Hapus
    3. CH47 Chinook lebih mampu untuk landing di hotzone karena bentuknya lebih kecil daripada Mi-26, termasuk meriam gunung.

      Mi-26 memang untuk support logistik di belakang, termasuk membawa kendaraan tempur.

      Hapus
    4. @Gan hendra soalnya apache ma Chinook sering masuk Hollywood. Sbenrnya aligator oke juga.

      Hapus
  2. Mi-26 and CH-47 are a couple of iconic helicopters designed by former rivals during the Cold War, although designed for heavy lifting , these two helicopters were designed for two entirely different roles and have been wrongly compared.
    One was designed to transport mechanized divisions and tactical ballistic weapons whereas other was actually designed to be a work horse for the US army, essentially an air truck which could transport wide variety of stuff for its operator. Both the helicopters are still in production, nearly 3-4 decades after their first flight and have been exported to many countries.

    https://battlemachines.wordpress.com/2015/06/05/mi-26-vs-ch-47/

    BalasHapus
  3. Tanyakan saja dengan India bagaimana pengalaman mereka ngurusin Halo ini. Pasti mereka bilang banyakan makan hatinya liat heli raksasa ini lebih banyak mondok di hanggar nunggu spare part dari Russia daripada terbangnya. Tidak heran India sekarang malah ngincer Chinook gara gara urusan ini. Alutsista Rusia memang gak kalah dibanding pesaingnya. Tapi kalo soal pengadaan spare part, dari dulu mereka yang terburuk dan paling tidak bisa diandalkan.

    BalasHapus