11 Oktober 2006
VAB-NG yang dipakai oleh Kontingen Garuda ke Libanon (photo : Detiknews)
Harga turun, tapi anggaran Rp 287 milyar tetap habis
Gembar-gembor negosiasi yang berhasil menurunkan harga panser VAB buatan Prancis sampai DPR pun 'terbuai', ternyata hanya untuk harga panser kosong. Alokasi anggaran senilai Rp 287 miliar yang sejak awal disetujui DPR, buktinya tetap ludes karena berbagai perlengkapan tambahannya diperhitungkan terpisah.
Setelah bernegosiasi sejak 28 September lalu, Departemen Pertahanan (Dephan) RI dan Renault Trucks Defense (RTD) Prancis, Selasa (10/10), pun akhirnya menandatangani kontrak pembelian 32 panser VAB. Sekjen Dephan, Letjen Sjafrie Sjamsoeddin, tetap bangga, harga panser ''telah dapat ditekan dari harga yang ditawarkan''.
Seluruh panser itu, menurut Sjafrie, merupakan modernisasi dari body lama buatan 1997-2000. ''Kita mendapatkan efisiensi dan efektivitas dengan menekan harga, tapi mendapatkan over prestasi dengan peningkatan panser yang dibeli sebelumnya. Panser ini juga sudah sesuai spesifikasi teknis TNI AD dan AD Prancis,'' katanya, usai menandatangani MoU dengan RTD di Dephan.
Memang. Harga semula adalah sekitar 700 ribu euro. Setelah lobying antarpemerintah (G to G), diperoleh harga dasar 609 ribu euro untuk versi komando, 584 ribu euro untuk angkut personel (APC), dan 527 ribu euro untuk ambulans. Tak puas, Dephan mengirim tim observasi ke Prancis, harga turun lagi menjadi masing-masing 584 ribu, 559 ribu, dan 504 ribu euro.
Dalam negosiasi delapan hari di Jakarta, diperoleh harga akhir, masing-masing 549 ribu, 546 ribu, dan 498 ribu euro. TNI AD membeli dua versi komando, 24 versi APC, dan enam versi ambulans. Dengan kurs 1 euro senilai Rp 11.700, maka total harga 32 panser setara Rp 202,4 miliar.
Paket Tambahan
Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD, Brigjen Suwarno, mengatakan, harga yang disepakati itu merupakan harga dasar seperti pembelian pada 1997. Ini artinya, perlengkapan tambahan untuk panser menghabiskan Rp 85,6 miliar.
Dengan paket tambahan, panser dilengkapi sistem telekomunikasi mutakhir buatan Thales Inggris, senapan mesin berat 12,7 mm dari FN Belgia, integrated logistik support ILS, pelatihan, pengawasan produk, dan ongkos kirim dari Paris ke Lebanon.
Versi APC dilengkapi armour plate protection dari keramik yang tahan tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari jarak 300 meter. Transmisi pun diganti menjadi otomatis penuh dengan sistem rem ABS (antilock braking system)
Semua Panser VAB akan dikirim ke Lebanon untuk kendaraan operasional Kontingen Garuda (Konga) XXIII-A/TNI yang akan bergabung dengan pasukan perdamaian PBB di sana (UNIFIL). Tahap pertama, akhir Oktober, dikirim 10 unit. Sisanya dilakukan dua kali pengiriman hingga akhir Desember 2006. Pemerintah dan Panitia Anggaran DPR mengalokasikan Rp 355 miliar untuk pengiriman Konga ke Lebanon. Dari jumlah itu, Rp 287 miliar (80 persen) untuk pembelian 32 panser VAB.
VAB yang dibeli Indonesia pada tahun 1997 (photo : Detiknews)
Sjafrie menambahkan, dengan pembelian itu, RTD akan melakukan up grade 14 panser VAB milik TNI AD yang dibeli pada 1997. Lalu, siap ekerja sama dengan PT Pindad untuk mengembangkan panser 6x6 seri nol yang prototipenya baru saja diselesaikan. Dengan kerja sama ini diiharapkan Pindad bisa membuat panser beroda delapan (8x8) yang bisa membawa kanon 90 mm.
Menurut Direktur Pemasaran Regional RTD, Donald Hugh Marks, panser VAB ini telah dilengkapi dengan teknologi militer terbaru milik Prancis. ''Sudah berbeda dengan produk 1997,'' katanya.
Namun, Direktur Pemasaran Internasional RTD, Geraud Parjadis, ketika ditanyakan apakah harga yang diperoleh Indonesia sudah paling murah, menolak berkomentar. ''Kami persilakan konsumen untuk menilainya. Yang jelas, pembelian ini dimonitor oleh pemerintah Prancis,'' ujarnya.(rto)
(Republika)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar