19 Oktober 2011
Mesin GE CT7 cutaway (image : Flight Global)
TEMPO Interaktif, Jakarta - General Electric dan anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP), menjalin kerja sama perjanjian overhaul support (dukungan menyeluruh). Kerja sama ini untuk mendukung mesin pesawat CT7 yang dipakai pada pesawat turboprop (propeler ganda) CN235.
Perjanjian yang diteken hari ini memperluas lingkup kerja sama antara GE dan NTP yang sudah terjalin sejak 20 tahun yang lalu terkait program CT7. Nantinya NTP akan melaksanakan jasa overhaul semua mesin CN235, mencakup model CT7-5/CT7-7/CT7-9, baik yang sedang digunakan maupun yang akan diselesaikan di Indonesia.
GE Aviation akan terus melaksanakan manufaktur, perakitan, inspeksi, dan pengujian mesin CT7-9 untuk order pesawat CN235 di lokasi pabriknya di Lynn, Massachusetts, Amerika Serikat. Pesawat CN235 saat ini diproduksi oleh Airbus Military dan PTDI.
CEO GE Indonesia, Handry Satriago, mengaku senang bisa memperkuat jalinan kerja sama antara GE dan NTP. “Pengalaman mereka yang telah terbukti dengan mesin kami serta kemitraan dengan para customer yang memakai CN235 merupakan keuntungan tersendiri bagi kami dan para customer kami,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur NTP Supra Dekanto mengatakan perjanjian ini memastikan dukungan produk yang kuat bagi PTDI dan pesawatnya CN235 dan meneguhkan komitmen NTP dalam memberi dukungan produk bagi mesin pesawat CT7. “Kami berterima kasih pada GE atas dukungannya selama ini, termasuk untuk perakitan mesin CT7 di pabrik NTP di Bandung, Indonesia, dan juga untuk dukungannya bagi perawatan dan overhaul mesin tersebut,” katanya.
Pesawat bermesin ganda CN235 biasa digunakan dalam pelaksanaan patroli maritim, surveillance (pengawasan) dan juga transportasi udara. Negara-negara yang sudah memakai pesawat CN 235 antara lain Turki, Korea, Malaysia, Pakistan, Spanyol, Prancis, dan Indonesia.
Mesin pesawat turboprop dengan kekuatan 1900-shaft-horsepower CT7 disertifikasi pada 1983 dan mulai digunakan pada Juni 1984 sebagai mesin bagi pesawat yang melayani penerbangan regional pada pesawat Saab 340. Pada dekade yang sama mesin ini kemudian terpilih untuk pesawat 235 dari CASA/IPTN. Secara keseluruhan, lebih dari 1.200 mesin turboprop CT7 telah dipasang dan digunakan di seluruh dunia.
Baca Juga :
PT NTP Targetkan Rawat 25 Unit CT7 pada 2011
19 Oktober 2011
BANDUNG (bisnisjabar.com): PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NPT) menargetkan mampu merawat hingga 25 unit mesin CT7 buatan General Electric pada tahun depan atau naik 25% dibandingkan tahun ini sebanyak 20 unit.
Sumardiyono, VP and GM Universal Maintenance Center (UMC) Aero Engine Service PT NTP mengatakan pasar perawatan mesin yang digunakan sebagai pendorong pesawat jenis CN 235 dan SAAB 340 itu masih cukup besar seiring peningkatan populasinya di dunia.
“Kami optimistis bisa mencapai target dengan membidik pasar baru, misalnya dari Korea Selatan dan Thailand,” katanya kepada Bisnis di sela-sela The Third CT7/CN 235 All Operators Conference, hari ini.
Menurut dia, penambahan mesin CT7 yang dirawat di PT NTP juga potensial bertambah dari semakin tingginya jam pemakaian pesawat di beberapa negara, seperti Brunei Darussalam dan Papua Nugini.
Dia mengatakan mesin CT7 biasanya menjalani perawatan HSI (hot section inspection) setelah 3.000 jam terbang, dan di-overhaul setelah 6.000 jam terbang, selain ada beberapa perawatan ringan yang diinginkan pemilik mesin.
“Dari sekitar 20 mesin yang kami rawat, 60% di antaranya untuk overhaul,” katanya.
Dia mengemukakan saat ini beberapa negara sudah merawat mesin CT7-nya di PT NTP, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.
Selain itu, beberapa negara lain yang juga sudah merawat mesin CT7-nya di PT NTP, adalah Pakistan, Senegal, Papua Nugini dan Venezuela.
Untuk pesawat yang digunakan di Indonesia, katanya, PT NTP merawat dua unit milik Merpati Nusantara Airlines dan enam unit milik TNI AU yang digunakan pada pesawat CN 235.
Dia mengemukakan saat ini PT NTP memiliki kapasitas perawatan mesin CT7 sebanyak tiga unit per bulan atau 36 unit per tahun.
“Kapasitas itu masih dengan tenaga kerja untuk satu shift. Kalau pasar terus membesar, kami siap merekrut tenaga kerja untuk tambah shift,” katanya.
Dia mengatakan bisnis perawatan mesin CT7 cukup besar karena populasi pesawat yang menggunakan mesin jenis ini mencapai 2.000 unit di seluruh dunia.
Menurut dia, pada tahap awal PT NTP akan meningkatkan pangsa pasar di Asia Tenggara untuk kemudian memperbesarnya ke kawasan Asia.
Menurut dia, pada tahap awal PT NTP akan meningkatkan pangsa pasar di Asia Tenggara untuk kemudian memperbesarnya ke kawasan Asia.
Menurut dia, populasi pesawat yang menggunakan mesin CT7 terbanyak memang di Eropa dan Amerika Serikat yang banyak digunakan untuk angkutan militer.
“Kami optimistis populasi pesawat bermesin CT7 di Asia Tenggara dan Asia akan terus bertambah seiring pesanan yang masuk ke PT DI [Dirgantara Indonesia],” katanya.
Selain komitmen PT DI melanjutkan produksi CN 235 untuk kepentingan TNI dan pesanan dari negara-negara sahabat, peluang pasar perawatan mesin CT& akan semakin besar dari peningkatan populasi pesawat SAAB 340 di Asia dan Australia. (k37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar