Korvet kelas Sigma - TNI-AL akan membeli kapal jenis ini sebanyak 4 buah (photo : Renk)
Rencana TNI AL membeli kapal korvet Belanda segera terwujud. TNI AL, kini tinggal meneken perjanjian transaksi pembelian, setelah negosiasi harga korvet memasuki tahap akhir.
Menurut KSAL Laksamana Bernard Kent Sondakh, TNI AL dan Belanda sepakat, harga empat korvet itu, senilai USD 680 juta (sekitar Rp 5,78 triliun).
Satu kapal korvet lengkap dengan peluru kendali, masing-masing seharga USD 170 juta (sekitar Rp 1,44 triliun). ''Harga sudah disepakati dan tinggal membuah kontrak. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu dibicarakan,'' kata KSAL Laksamana Bernard Kent usai acara serah terima jabatan Pangarmabar (Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat) dari Laksda Mualimin Santoso kepada Laksma Y. Didi Heru Purnomo di Markas Komando Armabar di Jalan Gunung Sahari, Jakarta, kemarin.
Bernard mengungkapkan, TNI AL memesan empat buah kapal jenis korvet. Dari keempat korvet itu, dua buah dibuat di Belanda dan dua buah lagi di PT PAL Surabaya. Pembayaranya, akan dilakukan melalui tiga tahap selama tiga tahun. Pada tahap pertama, Indonesia harus membayar USD 50 juta. "Anggaranya telah kita minta ke pemerintah, dan dananya sudah turun,'' ujarnya.
Lantas kapan korvet-korvet tersebut akan didatangkan ke Indonesia? Menurut mantan Pangarmatim itu, kapal korvet tersebut, paling cepat akan datang pada akhir 2005. Sebab, pembuatan sebuah kapal, paling tidak memerlukan waktu selama delapan belas bulan. ''Ya paling cepat, akhir 2005,'' ujarnya.
Mengenai protes parlemen Belanda atas pembelian empat korvet itu, Bernard minta agar mereka tak melakukanya lagi. Sebaliknya, jika mereka khawatir terhadap penggunaan korvet tersebut, sebaiknya mereka tak melakukan penawaran penjualan. "Kalau takut, nggak usah dijual. Suruh simpan di dapurnya dia. Itu kalau takut jual,'' tandasnya kesal.
Diketahui, usai tercapainya kesepakatan penjualan korvet Belanda ke Indonesia itu, langsung memunculkan reaksi keras dari parlemen negeri Bunga Tulip itu. Mereka khawatir, korvet-korvet yang dibeli TNI AL itu, akan dipergunakan untuk operasi militer di Nanggroe Aceh Darussalama (NAD)
Terang saja, protes parlemen Belanda itu tak bisa diterima Indonesia. Bernard mengingatkan, agar Belanda tak ikut campur lagi atas barang yang telah mereka jual. Mereka tak selayaknya ikut mengatur penggunaan korvet oleh suatu negara yang berdaulat. "Itu kan uangnya saya. Bukan neneknya dia,'' tandas perwira tinggi kelahiran Sulawesi Utara itu.
Sementara itu, mengenai rencana penggabungan Koarmabar dengan Koarmatim, tampaknya belum bisa dilakukan pada Hari Samudera 5 Desember 2003. Menurut Bernard, rencana penggabungan itu, masih memerlukan koordinasi dengan Departemen Pertahanan (Dephan). ''Masalah ini, masih perlu dikordinasikan dengan departemen pertahanan,'' kilahnya.
Sekadar diketahui, TNI AL semula berencana menggabungkan Koarmabar dan Koarmatim pada Hari Samudera 5 Desember 2003. Penggabungan itu, bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas operasional TNI AL dalam melakukan tugasnya menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
Menurut Bernard, sebenarnya TNI AL telah siap melakukan penggabungan kedua armada tersebut. Panglima TNI pun, memiliki kewenangan untuk membentuk komando-komando TNI. Hanya saja, masih terganjal prosedur mekanisme pembentukannya. "Karena harus menyampaikan rencana strategis, maka Dephan perlu diajak bicara,'' tandasnya.
Ditambahkan dia, penggabungan Koarmabar dengan Koarmatim tak bisa diputuskan Mabes TNI sendiri. Bagaimanapun juga, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Dephan. ''Mudah-mudahan, kami berharap, tahun depan segera terealisasi,'' ujarnya.
Kapan koordinasi dengan Dephan akan dilakukan? Bernard masih belum bisa memastikan. ''Kami masih menunggu kedatangan Menhan,''tandasnya.
Kirim Tim
Tergulingnya panser TNI yang menyebabkan kematian kamerawan Indosiar Ari Wailan Orah (Awo) masih menyisakan teka-teki. Pusat Polisi Militer (Puspom) masih akan menyelidiki penyebab tergulingnya panser itu, secara lebih mendalam lagi. ''Kami akan memberangkan tim untuk menindaklanjuti hasil penyelidikan tim investigasi Kodam Iskandar Muda, minggu ini,'' kata Danpuspom Mayjen Sulaiman AB usai mengikuti upacara serah terima panglima komando Armabar di Markas Koarmabar TNI AL kemarin.
Tim Puspom yang akan diberangkatkan ke Aceh itu,menurut Sulaiman, untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya kesalahan manusia (human error) dalam peristiwa tersebut. Tim tersebut, akan memastikan apakah kecelakaan panser yang masuk ke jurang itu, benar-benar karena rem blong atau as roda patah. Artinya, memang bukan diakibatkan kesalahan manusia. ''Kalau bukan human error, berarti bukan kesalahan prajurit,'' ujarnya.
Sulaiman sendiri memastikan, kemungkinan terjadinya human error dalam peristiwa tersebut, sangat kecil. Dari hasil pengecekan dan pemeriksaan di tempat kejadian perkara serta pemeriksaan saksi-saksi, tak ada indikasi yang mengarah kepada human error. Selain itu, panser buatan tahun 1995 tersebut telah menjalani pemeriksaan laik jalan, sebelum diberangkatkan. ''Makanya, kemungkinan human error kecil sekali,'' tandasnya.
Tim Puspom itu akan bekerja berapa lama? Sulaiman mengaku tak bisa memberikan batasan waktu tertentu. ''Kami hanya berharap, bisa mendapatkan hasil secepatnya,'' tandasnya.(nur)
(Radar Sulteng)
Menurut KSAL Laksamana Bernard Kent Sondakh, TNI AL dan Belanda sepakat, harga empat korvet itu, senilai USD 680 juta (sekitar Rp 5,78 triliun).
Satu kapal korvet lengkap dengan peluru kendali, masing-masing seharga USD 170 juta (sekitar Rp 1,44 triliun). ''Harga sudah disepakati dan tinggal membuah kontrak. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu dibicarakan,'' kata KSAL Laksamana Bernard Kent usai acara serah terima jabatan Pangarmabar (Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat) dari Laksda Mualimin Santoso kepada Laksma Y. Didi Heru Purnomo di Markas Komando Armabar di Jalan Gunung Sahari, Jakarta, kemarin.
Bernard mengungkapkan, TNI AL memesan empat buah kapal jenis korvet. Dari keempat korvet itu, dua buah dibuat di Belanda dan dua buah lagi di PT PAL Surabaya. Pembayaranya, akan dilakukan melalui tiga tahap selama tiga tahun. Pada tahap pertama, Indonesia harus membayar USD 50 juta. "Anggaranya telah kita minta ke pemerintah, dan dananya sudah turun,'' ujarnya.
Lantas kapan korvet-korvet tersebut akan didatangkan ke Indonesia? Menurut mantan Pangarmatim itu, kapal korvet tersebut, paling cepat akan datang pada akhir 2005. Sebab, pembuatan sebuah kapal, paling tidak memerlukan waktu selama delapan belas bulan. ''Ya paling cepat, akhir 2005,'' ujarnya.
Mengenai protes parlemen Belanda atas pembelian empat korvet itu, Bernard minta agar mereka tak melakukanya lagi. Sebaliknya, jika mereka khawatir terhadap penggunaan korvet tersebut, sebaiknya mereka tak melakukan penawaran penjualan. "Kalau takut, nggak usah dijual. Suruh simpan di dapurnya dia. Itu kalau takut jual,'' tandasnya kesal.
Diketahui, usai tercapainya kesepakatan penjualan korvet Belanda ke Indonesia itu, langsung memunculkan reaksi keras dari parlemen negeri Bunga Tulip itu. Mereka khawatir, korvet-korvet yang dibeli TNI AL itu, akan dipergunakan untuk operasi militer di Nanggroe Aceh Darussalama (NAD)
Terang saja, protes parlemen Belanda itu tak bisa diterima Indonesia. Bernard mengingatkan, agar Belanda tak ikut campur lagi atas barang yang telah mereka jual. Mereka tak selayaknya ikut mengatur penggunaan korvet oleh suatu negara yang berdaulat. "Itu kan uangnya saya. Bukan neneknya dia,'' tandas perwira tinggi kelahiran Sulawesi Utara itu.
Sementara itu, mengenai rencana penggabungan Koarmabar dengan Koarmatim, tampaknya belum bisa dilakukan pada Hari Samudera 5 Desember 2003. Menurut Bernard, rencana penggabungan itu, masih memerlukan koordinasi dengan Departemen Pertahanan (Dephan). ''Masalah ini, masih perlu dikordinasikan dengan departemen pertahanan,'' kilahnya.
Sekadar diketahui, TNI AL semula berencana menggabungkan Koarmabar dan Koarmatim pada Hari Samudera 5 Desember 2003. Penggabungan itu, bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas operasional TNI AL dalam melakukan tugasnya menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
Menurut Bernard, sebenarnya TNI AL telah siap melakukan penggabungan kedua armada tersebut. Panglima TNI pun, memiliki kewenangan untuk membentuk komando-komando TNI. Hanya saja, masih terganjal prosedur mekanisme pembentukannya. "Karena harus menyampaikan rencana strategis, maka Dephan perlu diajak bicara,'' tandasnya.
Ditambahkan dia, penggabungan Koarmabar dengan Koarmatim tak bisa diputuskan Mabes TNI sendiri. Bagaimanapun juga, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Dephan. ''Mudah-mudahan, kami berharap, tahun depan segera terealisasi,'' ujarnya.
Kapan koordinasi dengan Dephan akan dilakukan? Bernard masih belum bisa memastikan. ''Kami masih menunggu kedatangan Menhan,''tandasnya.
Kirim Tim
Tergulingnya panser TNI yang menyebabkan kematian kamerawan Indosiar Ari Wailan Orah (Awo) masih menyisakan teka-teki. Pusat Polisi Militer (Puspom) masih akan menyelidiki penyebab tergulingnya panser itu, secara lebih mendalam lagi. ''Kami akan memberangkan tim untuk menindaklanjuti hasil penyelidikan tim investigasi Kodam Iskandar Muda, minggu ini,'' kata Danpuspom Mayjen Sulaiman AB usai mengikuti upacara serah terima panglima komando Armabar di Markas Koarmabar TNI AL kemarin.
Tim Puspom yang akan diberangkatkan ke Aceh itu,menurut Sulaiman, untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya kesalahan manusia (human error) dalam peristiwa tersebut. Tim tersebut, akan memastikan apakah kecelakaan panser yang masuk ke jurang itu, benar-benar karena rem blong atau as roda patah. Artinya, memang bukan diakibatkan kesalahan manusia. ''Kalau bukan human error, berarti bukan kesalahan prajurit,'' ujarnya.
Sulaiman sendiri memastikan, kemungkinan terjadinya human error dalam peristiwa tersebut, sangat kecil. Dari hasil pengecekan dan pemeriksaan di tempat kejadian perkara serta pemeriksaan saksi-saksi, tak ada indikasi yang mengarah kepada human error. Selain itu, panser buatan tahun 1995 tersebut telah menjalani pemeriksaan laik jalan, sebelum diberangkatkan. ''Makanya, kemungkinan human error kecil sekali,'' tandasnya.
Tim Puspom itu akan bekerja berapa lama? Sulaiman mengaku tak bisa memberikan batasan waktu tertentu. ''Kami hanya berharap, bisa mendapatkan hasil secepatnya,'' tandasnya.(nur)
(Radar Sulteng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar