Pengujian senjata pesawat di darat (photo : Angkasa)
Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau) bekerjasama dengan PT Pindad memodifikasi senjata pesawat menjadi senjata darat. Senjata-senjata yang dimodifikasi meliputi senapan mesin berat M2 Browning kaliber 12,7 dan senapan mesin ringan M60C kaliber 7,62. “Senapan-senapan itu dulunya bekas pesawat AURI B-25, B26, Mustang, Bronco, dan Charlie. Jumlahnya ratusan dan menumpuk di gudang Depohar 60 Lanud Iswahjudi Madiun,” kata Komandan Koharmatau Marsda TNI Sunaryo HW kepada Angkasa di lapangan uji tembak Ambal, Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (27/11).
Sunaryo menjelaskan, sedianya ada pemikiran untuk membesituakan atau memusnahkan senjata-senjata peninggalan tahun 1960-1970-an itu. “Kenapa harus dimusnahkan kalau ternyata masih dimanfaatkan?” kata Sunaryo. Terlebih TNI AU saat ini masih menghadapi dilema minimnya anggaran sementara kebutuhan senjata di satuan pasukan amat tinggi.
Sekitar lima bulan lalu, kerja bareng Koharmatau – Pindad pun dijalani. Dimulai dengan proses kaji engineering bersama, lalu dilanjutkan dengan proses modifikasi hingga akhirnya ujicoba penembakan di lapangan tembak Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD di Ambal, Kebumen, Jawa Tengah yang pernah digunakan untuk menguji ranpur Panser 6x6 Anoa buatan Pindad. “Di Pindad sebenarnya bisa, tapi sangat terbatas. Makanya Pindad menawarkan di tempat ini,” lanjut Dan Koharmatau.
Baik M2 maupun M60C tadinya merupakan senapan mesin di pesawat yang dioperasikan secara elektrik. Kini oleh Pindad dimodifikasi menjadi manual sehingga cocok untuk senjata personel, senjata ranpur, atau senjata kompi. “Intinya, bagaimana caranya agar senapan-senapan mesin itu bisa dioperasikan di darat. Toh, kalau digunakan di pesawat juga sudah tidak bisa lagi. Sedangkan pesawat-pesawat tempur TNI AU yang dioperasikan saat ini juga sudah memiliki senjata internal masing-masing,” urai lulusan AAU 1975 ini.
Sunaryo menjabarkan, soal nantinya senjata modifikasi ini akan digunakan oleh siapa, itu terserah kepada Mabesau. “Apakah akan digunakan oleh Paskhas, atau dihibahkan kepada Angkatan Darat yang memang sudah menyatakan ketertarikannya.” Sunaryo menjelaskan saat ini tak kurang dari 300 pucuk senapan M2 Browning dan 70 pucuk M60C tergeletak di gudang Depohar 60. Pindad menaksir biaya modifikasi per pucuk hingga layak dan siap pakai sekitar Rp80-90 juta. Sedangkan kalau beli baru dari luar harganya bisa mencapai Rp300-400 juta per pucuk.
Saat ujicoba di lapangan Angkasa mengamati, beberapa perubahan dilakukan pindad terhadap senjata-senjata tua itu. Termasuk pemasangan triger, popor, dan pisir. Laras pun yang tadinya menggunakan sistem ulir, kini diganti dengan sistem QCB (Quick Change Barrel). Hanya dalam tempo 3-5 detik laras bisa diganti walaupun dalam keadaan panas usai digunakan menembak. Di bagian laras dipasang handle untuk memudahkan proses pelepasan maupun pemasangannya.
Ujicoba penembakan senjata modifikasi M2 dan M60 di Ambal, Kebumen berlangsung lancar dan aman. Ratusan peluru dimuntahkan senapan hasil modifikasi. Selain jajaran Koharmatau, undangan dari Korps Paskhas, Dislitbangau, Mabesau, dan jajaran Pindad juga hadir di tempat ujicoba. (Roni Sontani)
(Angkasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar