15 April 2015
Eurofighter Typhoon dengan CFT (photo : The Avionist, Angkasa, chinaiiss)
Eurofighter Tawarkan Berbagai Kemudahan Kepada Indonesia
ANGKASA.CO.ID - Konsorsium produsen jet tempur Eropa, Eurofighter, menawarkan berbagai kemudahan kepada Indonesia terkait tawaran penjualan jet tempur unggulan mereka Eurofighter Typhoon. Tim Eurofighter kembali hadir di Jakarta dan menyelenggarakan “MasterClass Fighter Jet” bagi sejumlah media di Jakarta, Selasa (14/4/2015), setelah sebelumnya hadir dalam ajang Indo Defence, November tahun lalu.
Head of Industrial Offset Eurofighter, Martin Elbourne, menyatakan, Eurofighter memberikan keleluasaan kepada PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai mitra kerja untuk melaksanakan perakitan penuh jet tempur Typhoon di Indonesia. Ia bahkan menyampaikan ide seandainya Indonesia tertarik untuk membuat tangki bahan bakar konformal (CFT) bila itu diperlukan oleh Indonesia untuk memperbesar jangkauan terbang Typhoon. “Kami tawarkan bila Indonesia merasa perlu untuk membuat CFT bagi Typhoon sehubungan wilayah Indonesia yang sangat luas. Nantinya CFT ini bisa dipakai khusus untuk Typhoon Indonesia atau dijual kepada para pengguna Typhoon di negara lainnya,” ujar Elbourne. “Tidak hanya CFT, komponen lain pun, sayap misalnya, bila Indonesia merasa perlu untuk membuatnya maka akan kami berikan keleluasaan,” tambahnya lagi.
Ofset dan transfer teknologi yang akan diterima Indonesia bila membeli Typhoon, lanjut Elbourne, merupakan kompensasi yang akan diberikan Eurofighter. Eurofighter mengutamakan visi jangka panjang dalam hubungan ini yang akan menguntungkan Indonesia dalam penyerapan teknologi, investasi infrastruktur, dan sumber daya manusia. Selain dapat melaksanakan perakitan penuh, Indonesia juga berhak melakukan integrasi sistem, uji terbang, dan pengujian lainnya. Pilot Indonesia pun bisa dididik menjadi pilot uji Typhoon.
Dalam kesempatan tersebut, Paul Smith, pilot uji dan instruktur Typhoon, turut membeberkan berbagai keunggulan jet tempur swing-role Typhoon yang sudah digunakan oleh tujuh operator di dunia dengan produksi pesawat hingga saat ini mencapai 427 unit. Beberapa keunggulan Typhoon antara lain angka Thrust to Weight Ratio yang tinggi, wing loading yang rendah, dan kemampuan bawa beragam senjata modern di 13 cantelan senjatanya. Typhoon juga memiliki kemampuan super cruise yang sangat berguna dalam melaksanakan misi pertempuran udara maupun misi lainnya. “Dengan berbagai parameter yang dimilikinya, Typhoon merupakan jet tempur yang andal baik untuk pertempuran jarak jauh (BVR) maupun jarak dekat,” ujarnya. “Pesawat ini memiliki kemampuan menanjak dan akselerasi kecepatan yang sangat mengagumkan,” tambahnya.
Di medan pertempuran, Typhoon juga sudah menunjukkan kiprahnya sehingga dapat dicap combat proven. Antara lain dalam misi serangan darat di Libya (2011) serta di Yaman baru-baru ini. Typhoon juga dapat berbangga diri karena sudah mampu mengalahkan F-22 Raptor dalam latihan Red Flag beberapa waktu lalu. Paul Smith menunjukkan tanda “Raptor Killer” yang dibubuhkan di badan salah satu Typhoon dalam slide paparannya.
Joe Parker, Direktur Ekspor Eurofighter, menyatakan, dari sisi pengoperasian hingga saat ini Typhoon telah membukukan 500.000 jam terbang untuk penggunaan mesinnya dan belum ditemukan kegagalan dalam pengoperasiannya tersebut. Dengan demikian tidak mengherankan bila ia menyebut kesiapan Typhoon dalam pengoperasiannya mencapai angka 95% dengan cost reduction 20% setelah penggunaan 500 jam terbang.
Parker juga menandaskan, dengan Indonesia membeli Typhoon, maka kerja sama kemitraan produksi antara Eurofighter dengan PTDI akan meneruskan sejarah kemitraan Airbus dengan PT DI yang ditandai dengan produksi bersama NC212 (1976), CN235 (1983), CN95 (2011), dan Eurofighter Typhoon yang diprediksi dapat dimulai tahun 2018. “Kerja sama produksi Typhoon antara Eurofighter dengan PTDI akan menguntungkan Indonesia sebagai fondasi untuk membuat jet tempur mandiri, kemampuan pemeliharaan dalam negeri, dan pengembangan lainnya,” tegasnya. Sebagaimana diketahui Airbus Defence and Space memiliki saham 46 persen di konsorsium Eurofighter.
Tim Eurofighter menganggap tepat bila Indonesia membeli jet tempur Typhoon yang ditenagai dua mesin EJ200 ini untuk kebutuhan masa kini dan yang akan datang. Dikatakan, jet tempur Typhoon mampu memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Udara akan pesawat superioritas udara, pencegat, dan pengaman kemaritiman. (Angkasa)
RI Bakal Jadi Basis Produksi Jet Tempur 'Typhoon' Setelah Eropa
Jakarta -Typhoon adalah jet tempur generasi 4.5 andalan dari Angkatan Udara negara-negara maju di Eropa hingga Timur Tengah. Jet tempur tersebut diproduksi oleh Eurofighter. Basis produksi Eurofighter terletak di 4 negara, yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Empat negara tersebut terlibat dalam produksi komponen utama pesawat, serta memiliki fasilitas assembly line atau perakitan akhir. Terakhir, Eurofighter berencana melebarkan sayap produksi di luar Eropa. Perusahaan yang terafiliasi dengan Airbus Group ini, berencana membuka fasilitas assembly line di Indonesia.
Bila rencana ini berjalan mulus, maka Indonesia akan menjadi negara kelima, di luar Eropa, sebagai basis produksi jet tempur yang sukses pada misi di Libya tersebut.
"Indonesia akan menjadi basis produksi yang kelima," Kata Head of Industrial Offset Eurofighter Martin Elbourne saat berbincang di Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Tahap awal bila militer Indonesia membeli jet tempur Typhoon, maka Eurofighter bisa memulai program transfer teknologi. Eurofighter akan menggandeng produsen pesawat asal Indonesia yakni PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Selanjutnya, para insinyur atau mekanik pesawat asal Bandung, Jawa Barat, akan dilatih dan terlibat dalam proses pengembangan dan produksi jet tempur Typhoon di Spanyol. Di sana, mereka dilatih selama 2 hingga 3 tahun. "Kita ajak engineer PTDI untuk untuk ambil bagian di Eropa," ujarnya
Selanjutnya ialah, para insinyur PTDI bersama ahli pesawat asal Spanyol bakal kembali ke tanah air untuk memulai proses produksi. Secara bertahap fasilitas produksi dan perakitan pesawat Typhoon di Spanyol bakal diboyong ke Indonesia. "Selanjutnya final assembly akan dibawa ke Bandung," ceritanya.
Tahap awal, basis produksi akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan jet tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah itu, pabrik pesawat di Indonesia bisa mengekspor jet tempur ke luar tanah air seperti yang dilakukan pada program pesawat angkut baling-baling tipe CN 235 dan NC 212.
"Pertama untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia kemudian baru untuk dijual ke luar," tuturnya.
Martin menegaskan, rencana Eurofighter di Indonesia tidak akan mengganggu program pengembangan jet tempur antara Indonesia dan Korea Selatan yang bernama program jet tempur KFX/IFX. Justru dengan kerjasama ini, Eurofighter bisa membantu di dalam meningkatkan kemampuan para insinyur pesawat Indonesia untuk merancang hingga memproduksi jet tempur secara mandiri.
"Kita latih untuk kembangkan pesawat tempur karena sekarang Indonesia belum punya," sebutnya. (Detik)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mending Indonesia ke arah western kalo NATUNA ga mau dicaplok cina. ngapain beli sukhoi, boros,usia pakai pndek ToT juga ga dijamin.
BalasHapusklw mau gak boros pakai yg single engine sj...klw yg mau hemat pakai pesawt latih biar untuk akrobat ...bukan buat tempur ...
BalasHapusKLO PAKE TYPHOON.. INDONESIA SDH KALAH SEBELUM PERANG .... DAN INILAH STRATEGI BARAT N AUSTRALIA UNTUK KALAHKAN INDONESIA .... MOHON KEBIJAKAN PARA PETINGGI RI ...WASPADA!!
BalasHapus