06 Juli 2015
Pesawat Hercules dari Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, menurunkan penerjun dalam latihan Sikatan Daya 2015, Kamis (4/6), di Air Weapon Range Pandanwangi, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Latihan tersebut untuk memantapkan kesiapan TNI AU dalam menjaga NKRI. (photo : Kompas)
Suatu operasi udara militer membutuhkan dukungan logistik, seperti kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Di Indonesia, hal itu hanya disediakan oleh Skuadron Udara 32 yang berpangkalan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Pesawat yang menjadi "pompa bensin udara" tersebut adalah pesawat transpor-tanker Hercules dengan kode KC-130. KC adalah kependekan dari kerosene cargo atau pengangkut bahan bakar. Di Skuadron Udara 32, pesawat transpor ini memiliki registrasi 1309 dan 1310.
"Pesawat 1310 itu yang mengalami musibah di Medan pada 30 Juni lalu. Kita kehilangan para pilot dan awak yang sangat berharga, ditambah satu dari dua pesawat tanker yang selama ini mendukung operasi udara TNI AU dengan pengisian bahan bakar di udara," kata Komandan Wing 2 Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Kolonel (Pnb) M Arifin.
Dengan jatuhnya pesawat 1310 itu, pesawat Hercules lainnya yang dioperasikan Skuadron Udara 32 bisa dikonversi untuk menjadi pesawat KC, tetapi harus dilakukan proses instalasi di luar negeri.
Arifin menuturkan, Singapura juga memiliki pesawat tanker jenis jet berbasis Boeing. Untuk operasi udara ke Australia melintasi wilayah Indonesia, pesawat tempur RSAF (Singapura) tidak perlu mendarat di Indonesia untuk mengisi bahan bakar karena bisa mengisi bahan bakar di udara dengan pesawat tanker tersebut.
KC-130B melayani pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat Su-30 (photo : TNI AU)
Pesawat Hercules tipe KC buatan Amerika Serikat yang dioperasikan Skuadron Udara 32 ini, antara lain, pernah menjalankan prosedur pengisian bahan bakar untuk pesawat tempur Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 buatan Rusia. Padahal, biasanya pesawat dari Blok Timur (Rusia) melakukan pengisian bahan bakar di udara dari pesawat tanker buatan Blok Timur. Demikian juga untuk pesawat yang dibuat Blok Barat.
"Kami menjalankan prosedur pengisian bahan bakar di ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3 kilometer dari permukaan bumi) dan kecepatan 220 knot (sekitar 300 kilometer per jam). Pesawat Sukhoi mengisi bahan bakar secara bersamaan dari dua selang di kanan dan kiri Hercules. Pengisian berlangsung selama penerbangan sejauh 60 mil (sekitar 100 kilometer)," kenang Arifin tentang peristiwa yang terjadi pada 2010 itu.
Komandan Skuadron 32 Kolonel (Pnb) Sugeng menuturkan, selain dengan pesawat tempur Sukhoi, prosedur pengisian bahan bakar di udara juga dilakukan Skuadron Udara 32 dengan Skuadron Udara 12 Pekanbaru dan Skuadron Udara 1 Pontianak yang mengoperasikan jet tempur Hawk buatan Inggris (Blok Barat).
"Setahun bisa dilakukan 8-9 hingga 10 kali prosedur pengisian bahan bakar di udara. Kami punya prosedur operasi yang ketat untuk menjaga keamanan dan keselamatan," kata Sugeng.
Selain pengisian bahan bakar di udara, Skuadron Udara 32 selaku satuan pertama yang mengoperasikan C-130 Hercules di Indonesia juga menjalankan berbagai misi perang dan operasi militer selain perang (OMSP), seperti tanggap bencana.
Pada 1990-an, para penerbang Skuadron Udara 32 kerap mengikuti perlombaan "Air Rodeo" di Amerika Serikat. Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsekal Muda A Dwi Badarmanto menuturkan, para penerbang TNI AU beberapa kali memenangi lomba "Air Rodeo" dan diakui kemampuan terbangnya oleh penerbang negara lain.
KC-130B Melayani pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat Hawk 200 (photo : TNI AU)
Perawatan
Perawatan KC-130 Hercules sama dengan jenis pesawat Hercules lainnya, yaitu tipe B, C, hingga yang terbaru di Skuadron Udara 32 adalah tipe H, yaitu dilakukan dengan disiplin dan mengutamakan keselamatan penerbangan.
Kepala Seksi Pemeliharaan Skuadron Udara 32 Mayor (Tek) Dwiatmo J mengatakan, semua pesawat Hercules mendapat perawatan rutin setiap 50 jam terbang.
"Setelah 24 kali perawatan tiap 50 jam terbang, diadakan perawatan sedang berdasarkan usia pesawat tiga tahun atau 1.800-2.000 jam terbang. Setelah mencapai 3.600 jam terbang, diadakan structure integrated program (SIP). Mesin, badan pesawat), dan kesenjataan diperiksa serta diperbaiki dengan saksama," kata Dwiatmo. Dia menambahkan, mesin Rolls- Royce yang menjadi sumber tenaga Hercules memiliki masa pakai maksimal 22.000 jam terbang.
Perawatan ringan dan sedang dilakukan di Skuadron Udara 32 atau Skuadron Teknik 22 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Untuk perawatan berat, Hercules akan diterbangkan ke Depo Pemeliharaan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.
Meski disiplin dan profesionalitas tetap dijaga, terkadang musibah terjadi, seperti yang menimpa pesawat KC-130 Hercules nomor registrasi 1310. "Kapten Sandy Permana dan para awak adalah penerbang dan teknisi yang sangat baik. Tidak ada kekurangan mereka. Saat baru mendarat di Medan, dia langsung mengirim pesan singkat untuk melapor ke saya. Dia melapor pukul 10.53 lihat ini di HP saya," kata Kol (Pnb) Arifin.
Pesawat F-16C/D sudah memiliki peralatan untuk pengisian bahan bakar di udara (photo : TNI AU)
Harapan
Para penerbang dan anggota Skuadron Udara 32 berharap mereka bisa mengabdi lebih baik lagi. Mereka berharap bisa mengoperasikan pesawat Hercules baru atau pesawat transpor lain yang baru. "Kalau tidak baru minimal pesawat Hercules retrofit. Kami senang sekali jika bisa diberi kepercayaan mengoperasikan Hercules tipe J (termodern) atau tipe H. Negara tetangga banyak yang memakai tipe J dan H. Kita baru punya beberapa tipe H hibah dari Australia," kata Arifin.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama (TNI) Hadi Tjahjanto menuturkan, negara tetangga, seperti Malaysia, mengoperasikan pesawat transpor modern jenis A-400 M (military) buatan Airbus. Pesawat transpor jet buatan Amerika Serikat C-17 yang berbadan besar juga pernah mendarat di Yogyakarta saat mengirimkan bantuan untuk korban bencana gempa di daerah itu. "Lanud Abdulrachman Saleh siap mengoperasikan pesawat-pesawat baru. Saya mendukung harapan para penerbang yang menjadi operator pesawat transpor dan pesawat tanker itu," kata Hadi.
Skuadron Udara 32 yang sejarahnya menjadi operator pesawat transpor Antonov dan kini C-130 Hercules harus mendapat perhatian. Armada pesawat transpor amat dibutuhkan untuk mendukung kebijakan pertahanan pemerintah, yaitu mengedepankan kemanusiaan dan peperangan tidak konvensional.
(Kompas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus