22 Januari 2016

Korea Starts KF-X Fighter Development : 6 Prototypes will be Produced by 2021

22 Januari 2016


An artist's concept of KF-X fighter (image : Korea Times)

Korea officially kicked off a project to develop indigenous high-tech fighter jets, Thursday, with the goal of producing six prototypes by 2021 and completing development by 2026.

Officials from all entities involved held their first meeting at the headquarters of Korea Aerospace Industries (KAI), the main contractor, in Sacheon, South Gyeongsang Province.

They are the Defense Acquisition Program Administration (DAPA), the U.S. defense giant Lockheed Martin, the Indonesian Defense Ministry and Indonesia's state-run defense firm PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

The government plans to spend 8.5 trillion won in the development of the KF-X, and an additional 10 trillion won to produce 120 jets by 2032 to replace the Air Force's aging fleet of F-4s and F-5s.

DAPA said the nation will domestically develop some 90 items necessary for the aircraft, including the active electronically scanned array (AESA) radar, and electronic optics targeting pod (EOTGP), which the U.S. government earlier refused to hand over to Korea for security reasons.

"Our goal is to localize 65 percent of the components for the aircraft," DAPA said in a release.

The project will also proceed with the help of Lockheed Martin which will transfer 21 technologies used in the F-35 stealth fighter. In early December, the U.S. government approved the transfer of the technologies in a "large frame," according to DAPA.

For its part, the Indonesian government will invest some 1.6 trillion won in the project, and its defense firm will participate in the process of design and component production. The country will also be given one prototype and technology data afterward.

But concerns still remain over the possibility that the U.S. might once again refuse to approve the handover of some of the technologies requested by Seoul, as negotiations between DAPA and Lockheed officials are still ongoing to list the details, as hundreds of technical items are part of them.

DAPA head Chang Myoung-jin said earlier that negotiations will continue for the next two to three years.

In addition, some critics are still skeptical about whether the nation will be able to domestically develop the AESA radar and other integral technologies by the target deadline.

As part of efforts to manage such risks involving the multi-million-dollar project, the National Assembly established a subcommittee comprised of professors and experts in the aerospace field to consistently monitor the costs and schedule of the development process, according to DAPA.

It said in a release, "We will dispatch professional manpower comprised of DAPA and Air Force officials to KAI headquarters from the end of this month in an effort to maximize oversight."

KAI President and CEO Ha Sung-yong said, "We will concentrate all our capacity to succeed in the KF-X project and contribute to the nation's economy."

Before its official kickoff, the program had suffered a severe crisis after the U.S. government refused in April to allow Lockheed to hand over four core technologies — the AESA radar, the EOTGP, the infrared search and radio frequency (RF) jammer and the infrared search and tracking (IRST) system.

A transfer of a total of 25 technologies was included in an offset deal signed in September of 2014 with Lockheed Martin in return for Korea's purchase of 40 F-35s.

Amid growing skepticism about the feasibility of the KF-X program at the time, DAPA said that the nation could domestically develop them and the U.S. government had promised to approve the transfer of the other 21 technologies.

21 komentar:

  1. indonesia ditipu ama orang korea... mask bikin 2021, keburu jamannnya drone semua atuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah gt ya mas... brarti negara yg berencana beli F35 ditipu amerika dong, kan F35 bukan drone.

      Hapus
    2. saya rasa dodol ada benarnya..sebelum tahun 2018 aja aussie bakal punya bejibun F35 yang setingkat generasi 5 nah indonesia baru bikin generasi 4.5 tahun 2021..apa ga masi ketinggalan bro bei?

      Hapus
    3. Kalo udah jamannya drone, ngapain RI nambah Sukhoi ama F-16? Kok ga bikin aja bejibun Wulung ke PTDI? #facepalm -_-

      Hapus
    4. Yaaah maksud saya, bikin pesawat tempur itu kan bukan di pake utk jangka waktu 10-15th. Minimal 30-40th. Contoh.. F15, F16 masih dipake amerika, bahkan pembom gendut tua si B52 stratofortress masih aktif tuh. Kalo memang di masa depan serba drone, mungkin harusnya amerika dan teman2nya mengembangkan f35 dan pembom B52 versi drone,bukan versi berpilot. Cina aja selain mengembangkan drone juga tetap pake tuh bomber tuir tu16(versi china), dan tetap mengembangkan pesawat tempur yg bukan drone.
      Jd saya rasa indonesia tidak terlalu ketinggalan kok. Bahkan perancis dan jerman aja masih pake tuh typhoon dan rafale, bahkan rafale trus di kembangkan dalam berbagai tranche.

      Hapus
    5. kalo Pengembangan tiap generasi umumnya 10-15thn seperti kata sampean th 2021 baro prototypenya doang dong? itupun bru d korea..mungkin indo bru 2025 bisa produksi...dg kata lain ketinggalanya semakin menjadi2..kalo menurut sy lbh baik tot sm grippen dulu aj biar cpet..tar kta modif sndri aj kek pindad yg bli tot FNC dulu, trus skrg dah bsa bkin macem2 ampe spr segala kan

      Hapus
    6. Bro dadang, kalau maju ada prosesnya. Kalau Bro dadang bilang kita ketinggalan makin menjadi2, dasar pikirannya dari mana? Untuk bisa memproduksi fighter aircraft tidak semudah membalikan telapak tangan. Tidak semua negara bisa menghasilkan fighter aircraft. India yang notabene memiliki jumlah insinyur dan teknik enginering lebih baik dari Indonesia membutuhkan -/+30 tahun untuk menghasilkan Tejas (silahkan koreksi saya kalau saya salah). Indonesia baru mau belajar membuat pesawat tempur masa mau langsung membuat pesawat siluman? Tapi jika dilihat dari spesifikasi KFX, kita bisa melihat bahwa weapons bay akan ditempatkan didalam badan pesawat. Bisa ditarik kesimpulan bahwa pesawat ini memuliki fitur siluman. Sedangkan IFX mengganti weapons bay tersebut dengan tangki cadangan dan weapons baynya seperti pada pesawat tempur generasi 4++ Lainnya. Kenapa dibuat tangki cadangan, hal ini karena pesawat ini nantinya akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AU yang harus bisa memiliki jarak jangkau yang luas. Berbeda dengan KFX milik Korea yang tidak telalu membutuhkan fitur tersebut namun lebih menitik beratkan fitur siluman. Oleh karena itu bukan tidak mungkin nantinya Indonesia akan menggunakan fersi KFX ke depannya kalau ada kebutuhan. Seperti saya katakan sebelumnya ke Bro Dadang, kita belum membutuhkan pesawat siluman kedepannya. Bro Dadang mau pakai F35 yang jarak tempurnya terbatas dengan harga selangit, tanpa ada TOT? Ya kita ga akan dapat tot kalau beli F35. Kenapa? Kita bukan negara partner pembuat f35. Selain itu juga kita bukan sekutu. Saya sangat suka dengan Gripen, punya kemampuan yang hebat dan biaya operasional yang sangat rendah jika dibandingkan dengan yang bagustapi combat radiusnya pesawat tempur 4++ lainnya. Tapi jika dilihat kedepan, Gripen tidak bisa dikonfersi menjadi pesawat siluman. IFX tidak punya fitur siluman, namun mengingat dasar pengembangannya adalah KFX yang memiliki fitur siluman maka kemungkinannya untuk rubah IFX menjadi pesawat siluman sangat mungkin. Di lain pihak kita memiliki hak untuk menjual pesawat ini dan meraup pundi keuntungan dari penjualan tersebut. Kalau Gripen, kita nanti boleh jual ga? Selain itu, kita belum punya pengalaman dan penelitian pembuatan pesawat siluman yang secara otomatis membuat 'Gripen Siluman' akan sangat susah dan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Jadi Bro Dadang masih berpikir kita tertinggal makin menjadi2? Saya rasa saat ini kita memang tertinggal. Tertinggal menjadi2? Saya rasa tidak. Asalkan kita tetap pada jalur pengembangan, saya rasa Indonesia bisa membuat pesawat siluman dalam 20-30 tahun kedepan.

      Hapus
    7. #Gripen, punya kemampuan yang hebat dan biaya operasional yang sangat rendah jika dibandingkan dengan pesawat tempur 4++ lainnya tapi combat radiusnya tidak memenuhi standar kita.

      Sorry pengetikkan kacau, ngetiknya dari hp

      Hapus
  2. Secara simultan Indonesia mampu mengembangkan drone, saya yakin kemampuan bangsa inii
    Sudah ada pengembangan dari BPPT, Lapan, dan TNI
    Jadi buat pesawat tempur dan drone bisa dilakukan bersamaan

    BalasHapus
  3. Semoga Indonesia ngga cuma kebagian buat body pesawat saja, semoga mesinnya juga bisa dibuat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin.. walaupun kl untuk mesin kayanya sih sulit setengah mati, tapi kl ada niat dan usaha pasti bisa.

      Hapus
  4. benertu ausi tahun 2021 sdh berjibun pesawatnya, mungkin beli gen 6 dr AS dan kita masih menunggu........mudah2an TNI memikirkan masa kosong utk bekerja sama/menyekolahkan para mahasiswa utk mendalami teknologi penerbangan.........

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2021 tinggal 5thn lagi, dan itu artinya F35 msh dalam tahap awal operasional. Pengembangan tiap generasi umumnya 10-15thn,kalaupun gen 6 itu ada, saya rasa kecil kemungkinan thn segitu dah ada. Lagian F35 bukan pesawat super kok, gendut lambat dan low manouver.. kelebihannya cuma lapisan stealth, radar aesa dan combat data link.

      Hapus
  5. hahaha F35 pesawat lambat? gendut?? hadeuh...kalo diadu sama F 16 super upgrade masi kalah ya?? hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lambat? Iya. Gendut? Iya? Kalah lawan F16? Jawaban test pilot F35 saat melawan F16 iya. Combat radiusnya pendek? Iya. Bawa senjata terbatas? Iya. Sarat masalah? Iya. Harga mahal? Iya. Apakah bisa dijual ke Indonesia? Tidak. Bisa TOT? Tidak. Apakah sekarang ini Indoneaia butuh pesawat siluman? Belum. So, kenapa bro Dadang maksa kita buat beli F35? Ga tau.

      Hapus
  6. hahaha kumaha maneh we deaf..si penggemar f 16 hahaha...... si pesawat rongsokan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dasar pemikiran Dadang bilang itu barang rongsokan dari mana ya? Apakah dasar pemikiran karena F16ID barang bekas? Iya memang barang bekas, tapi apakah depot penyimpanan F16 ini sama kaya motor bekas Bro Dadang? Jangan samain ya. Terus mau paksain pake the mighty F35? Barang super mahal dengan kemampuan terbatas? Jack of all trade, master of none? Saya dari kemarin sudah memberikan dasar pemikiran saya dengan disertai dengan info pendukung yang cukup memadai. Coba tolong kasih sanggahan juga disertai dengan info pendukung ya, jangan cuman bisanya menghina saja. Kalau seperti itu saya akan menganggap anda tidak beda dengan Muarif.

      Hapus
  7. terserah situ aja lah ya..biar kenyataan yang menilai. merasa pinter tentang militer? coba masuk tentara dulu aja kalo bisa..baru bicara

    BalasHapus