25 Juli 2016
Tank Leopard TNI AD, saat uji proses Embarkasi dan Debarkasinya ke KRI Teluk Bintuni-520, di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (photo : TribunNews, Kolinlamil, Kostrad)
Uji Coba Embarkasi Berhasil
Uji coba pemuatan (embarkasi) tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard ke kapal pengangkut landing ship tank (LST) KRI Teluk Bintuni-520 berhasil dilakukan di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (24/7). Selanjutnya, tank Leopard itu juga diturunkan (debarkasi) dari KRI Teluk Bintuni tanpa mengalami hambatan disaksikan ribuan warga yang menghadiri acara Open Base Komando Lintas Laut Militer untuk masyarakat sipil.
Panglima Kolinlamil Laksamana Muda (TNI) Aan Kurnia, yang ditemui seusai acara,
mengatakan, dermaga tambahan yang dibangun lebih kuat disiapkan di Dermaga Kolinlamil sejak enam bulan terakhir untuk dapat mendukung embarkasi dan debarkasi tank Leopard yang merupakan tank terbesar milik TNI. Tank itu memiliki bobot sekitar 60 ton.
"Kita sudah memiliki dua dermaga yang dapat mendukung tank Leopard, yakni di Surabaya dan Jakarta. Kita juga sedang membangun LST sejenis KRI Teluk Bintuni di sebuah galangan kapal di Lampung untuk mengangkut tank Leopard," kata Aan Kurnia.
KRI Teluk Bintuni diklaim mampu mengangkut 7-10 unit MBT Leopard. Ditanya lebih lanjut tentang pembangunan dermaga sejenis di luar Jawa untuk mendukung gelar tank Leopard di daerah operasi, Panglima Kolinlamil mengatakan, itu disesuaikan dengan prioritas dan kemungkinan ancaman.
"Paling utama di Kalimantan. Saat ini sedang dipelajari akan dibangun di mana di Kalimantan. Prioritas tentu dibangun dermaga di Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal)," kata Aan.
Saat ini ada Lantamal Pontianak dan Lantamal Tarakan yang berdekatan dengan wilayah perbatasan dan dekat wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan. Militer Malaysia dan Singapura memiliki satuan tank tempur utama. Singapura menempatkan sebagian kelebihan satuan militer berupa pesawat tempur dan tank di sejumlah negara, seperti Taiwan, Australia, dan Brunei.
Ditanya kemungkinan uji coba beaching-kapal angkut dikandaskan di pantai pendaratan- lalu Leopard didaratkan di daerah sasaran, Aan mengatakan itu belum direncanakan.
Direktur Eksekutif Imparsial Al Araf mengkritik operasional tank Leopard yang menyulitkan banyak pihak. "Dalam buku Postur Pertahanan RI yang dibuat Kementerian Pertahanan direncanakan hingga 2019 hanya tank ringan dan tank menengah ukuran 30-40 ton yang akan dibeli TNI. Tiba-tiba tank tempur utama Leopard ukuran 60 ton dibeli tanpa direncanakan adanya kapal angkut, infrastruktur jalan dan jembatan di perbatasan serta sarana pendukung lain," katanya.
Belajar dari kasus pembelian Tank Leopard, Araf mengingatkan, pembelian persenjataan TNI harus sesuai perencanaan jangka panjang.
(Kompas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat!
BalasHapusohya katanya puluhan mbt leoprad versi terbaru sedang dalam perjalanan ke indonesia sejak awal bulan juni sekitar. kok lama banget belum sampai ke indonesia.. apa benar?
BalasHapusWah alamat gak ada penambahan tank mbt leopard dong...
BalasHapusMenurut sumber Soal penambahan super MBT t 90 ms jellas ada masih tawar menawar soal harga dan cara bayar apa seperti daholo pakek buah sawit ? Bellom jellas .
BalasHapussuper mbt? kalau t90 itu super mbt kenapa Russia buat armata dan claim sepadan dgn western tanks?
HapusJangan deh. Tidak ada gunanya menambah jenis MBT. Satu-satunya kekurangan Leopard 2 dibanding dengan T-90 juga sudah diatasi dengan Leguan AVLB.
HapusMau tidak mau indonesia harus berbenah saat ini situasi kawasan dunia semakit rumit dan tidak bersahabat potensi konflik sudah di depan rumah kita ada laut china selatan dan ada australia selalu jadi bensin di papua . Kembali ke MBT t 90.ms dengan berat hanya 48 ton dengan perlindungan baja reaktif baru yg di tingkatkan lebih unggul dari sebelumnya .
Hapuskalo tank itu dimana-mana eropa jagonya, eh malah t90. ini mah barang tahun 80an ...
BalasHapus