15 November 2016
Helikopter medium class AS365N3 Dauphin buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) khusus Search and Rescue pesanan Badan SAR Nasional (Basarnas). (photo : Kompas)
Diserahkan, Dua Heli Buatan PTDI yang Dipesan Basarnas
BANDUNG, KOMPAS.com - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan dua helikopter medium class AS365N3+Dauphin khusus Search and Rescue pesanan dari Badan SAR Nasional (Basarnas).
Serah terima dilakukan di Hanggar Rotary Wing KP II PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Selasa (15/11/2016).
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, helikopter AS365N3+Dauphin ini dilengkapi dengan fitur-fitur yang sangat memudahkan rescuer dan pilot dalam proses evakuasi SAR, baik untuk evakuasi korban bencana alam ataupun mencari korban kecelakaan pesawat terbang.
"Pesawat ini kami pakaikan hoist. Selain itu, kami juga pakai fitur autopilot empat exsist agar proses hoisting lebih stabil. Dengan dibantu autopilot empat exsist, untuk rescue lebih mudah. Jadi untuk rescue yang paling penting adalah stabilitas waktu covering," ujar Budi seusai serah terima, Selasa siang.
Budi menambahkan, secara konstruksi, helikopter AS365N3+Dauphin merupakan produk kerjasama PTDI dengan perusahaan Airbus Helicopters, Perancis.
Meski bukan produk asli PTDI, teknologi dan fitur-fitur SAR yang disematkan pada helikopter ini sah menjadi produk asli buatan PTDI.
"Belum banyak (unsur) lokalnya. Nanti kami targetkan (produk) berikutnya lebih banyak lokalnya. Properti right untuk sistemnya milik PTDI. Meskipun helikopter milik Airbus, kalau ada yang perlu tipe sama dengan peralatan sama Airbus harus bayar royalti ke PTDI untuk sistemnya, karena kita yang mengembangkan teknologi pesawat ini," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Basarnas FH Bambang Sulistyo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk kembali memesan kembali helikopter buatan PTDI sebagai bentuk dukungan terhadap industri lokal.
"Basarnas punya komitmen untuk mendorong kekuatan industri strategis agar bisa berkembang bersama-sama menjadi kebanggaan bangsa," tuturnya.
Bambang menambahkan, dua helikopter AS365N3+Dauphin yang sebelumnya telah diserahkan oleh PTDI kepada Basarnas pada tanggal 18 Februari 2014 silam sudah banyak membantu kinerja Basarnas.
"Harapan ke depan mudah-mudahan bisa menggunakan kembali hasil produk buatan PTDI. Kalau sesuai spesifikasi kita akan manfaatkan hasil produk dari PTDI," (Kompas)
Tampilan kokpit AS365 Dauphin Basarnas. (photo : Angkasa)
Basarnas Akan Beli 13 Heli Dauphin Lagi dari DI
Basarnas akan beli 13 unit helikopter AS365 Dauphin lewat PT Dirgantara Indonesia. Heli jenis ini dipilih untuk melengkapi tiga helikopter yang kini sudah dimiliki sehingga jumlahnya akan genap jadi satu skadron. Komitmen ini diambil sebagai upaya untuk ikut mendukung pengembangan industri strategis dalam negeri. Demikian ungkap Kepala Basarnas Marsdya TNI F.H. Bambang Soelistyo dalam jumpa pers usai Serah Terima Dua Helikopter AS365N3+ Dauphin, Selasa (15/11) di Hanggar DI, Bandung.
“Bagaimana pun dari hitungan kebutuhan operasional selama ini, minimal kami memang butuh satu skadron, yang mana jumlahnya adalah 16 unit. Hingga saat ini kami baru memiliki tiga unit, yakni dua AS365 dan satu AW 139. Heli-heli ini akan ditempatkan di wilayah operasi Indonesia Barat, Tengah-Barat, Tengah-Timur, dan Timur. Heli AW139 sendiri dipilih karena performanya dinilai tepat untuk misi SAR di Papua, dan heli ini memang akan ditempatkan di sana,” ungkap Bambang Soelistyo.
Hadir dalam acara Serah Terima Helikopter Dauphin hari Selasa ini, Dirut DI Budi Santoso serta jajaran pimpinan Basarnas dan DI. Pada kesempatan sama, Bambang Soelistyo menyatakan pula kehadiran pesawat terbang dan kapal dengan teknologi modern adalah suatu keharusan bagi Basarnas demi mempermudah dan mempermudah misi dan tugas SAR di dalam negeri. Di lain pihak, untuk keperluan yang sama, Basarnas juga tengah membangun Flight Monitoring System untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam operasi percarian dan pertolongan kecelakaan serta musibah.
Bagi DI, seperti diungkap Budi Santoso, menyiapkan Dauphin sendiri adalah hal baru. Selain mampu merakit pesawat jenis baru, enjinir pabrikan pesawat yang terletak di Bandung, Jawa Barat ini, ini selanjutnya beroleh kemampuan merancang sistem yang diperlukan untuk tugas-tugas SAR. Pengetahuan dan pengalaman serupa juga akan diperoleh lewat perancangan sistem internal untuk 11 heli AS565 Panther pesanan TNI AL yang sebentar lagi akan dikerjakan.
Panther dan Dauphin sendiri sosoknya serupa, namun Airbus Helicopters merancangnya untuk kebutuhan berbeda. Jika Panther untuk keperluan militer, Dauphin untuk sipil. “Selanjutnya property right dari sistem internal Dauphin dan Panther akan jadi milik PT DI. Dengan demikian jika Airbus Helicopters (Perancis) dapat pesanan lagi untuk helikopter dengan sistem yang sama, DI berhak atas royaltinya. Kami pikir, heli-heli dengan sistem serupa akan banyak dibutuhkan banyak negara, karena telah disesuaikan dengan trend kapal-kapal perang yang kian mengecil,” ujar Budi Santoso.
Bagi TNI AL, Panther selanjutnya memang akan kerap “disiagakan” di kapal-kapal perang terbarunya yang berasal dari klas Sigma yang bersosok kecil dibandingkan kapal-kapal perang dari era terdahulu. Selain mampu merakit/membuat Dauphin dan Panther, DI juga telah fasih merakit/membuat helikopter jenis BO105, Bell 412, AS 332 Super Puma, EC 725 Cougar, serta AS350 Ecureuil dan AS 550/5 Fennec. Kedua tipe heli terakhir, sementara ini sedang digarap DI untuk kebutuhan Dinas Penerbangan TNI AD. (Angkasa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Good job.
BalasHapusPt DI hanya jadi calo broker pesawat eurocopter apa gak tambah mahal belli barang terbang dari eropa barat .
BalasHapusGak hnya broker kok, jdi tukang jahit juga. Mayan pembelajaran kdepean. Tp ntah knapa DI blm punya rotary wing hasil riset sendiri. Pdahal pngalaman bangun choper (walau bkn dri 0) sudah banyak.fix wing sudah menghasilkan N219. Kpn rotary menghasilkan produknya DI. Andai Gandiwa dihidupkan...
Hapus"Pengetahuan dan pengalaman serupa juga akan diperoleh lewat perancangan sistem internal untuk 11 heli AS565 Panther pesanan TNI AL yang sebentar lagi akan dikerjakan."
BalasHapusJadi Panthernya belum dikerjaiin? Mumpung penyerahan akhir tahun ini, artinye proses produksinya: 1-2 tahun pembuatan part dan komponen di Airbus Helicopters + 1 bulan perakitan di PT DI. Kebagian kerjanya sedikit sekali yah. Kecuali deadlinenya molor lagi.
yg bikin bingung itu katanya 2014 udah kirim 2, trus bulan ini 2 plus heki aw satu kok jumlahnya cuma 3, jadi perlu 13 buat jd 1 skuadron #gagalpahamsaya
BalasHapus