22 Februari 2017
Helikopter angkut Blackhawk UH-60L (photo : Ralph Duenas)
TNI dan US Army akan Tingkatkan Kerjasama Militer
Jakarta, InfoPublik - TNI dan Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) kembali akan meningkatkan hubungan kerjasama di bidang militer.
Hal itu terungkap saat Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menerima kunjungan Commanding General US Army Pasific (USARPAC) General Robert Brown di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta, Selasa (21/2).
Dalam pertemuan tersebut, Panglima TNI menjelaskan Jenderal Robert dalam rangka mempererat hubungan dan kerja sama antara militer Indonesia dan Amerika Serikat “Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi peningkatan hubungan kerjasama militer kedua negara,” jelasnya.
Menurut Gatot, kawasan laut Indonesia terdapat dua jalur ekonomi yang sangat utama yaitu Selat Malaka dan Selat Sulawesi yang memiliki potensi-potensi kerawanan termasuk aksi terorisme, oleh karena itu pertukaran informasi intelijen sangat dibutuhkan. “TNI harus berkerja sama dengan Amerika Serikat tentang penanganan aksi terorisme, terlebih saat ini kelompok ISIS telah menyebar keluar wilayah, termasuk wilayah Asia Tenggara,” katanya.
Gatot berharap kerja sama militer dengan Amerika Serikat dibidang pendidikan perlu ditingkatkan dimasa yang akan datang untuk mempererat hubungan militer kedua negara. “Ada lebih banyak pertukaran personel TNI untuk mengikuti pendidikan baik militer maupun lembaga lainnya di Amerika Serikat,”harapnya.
Gatot juga mengapresiasi atas bantuan Alutsista F-16 dan Helikopter Serang Apache AH-64, dimana telah mendorong Kasad Jenderal TNI Mulyono untuk membeli helikopter angkut Black Hawk.
Sementara itu, Commanding General USARPAC General Robert B. Brown mengatakan bahwa, sebagai salah satu bangsa dari kawasan Pasifik maka pertemuan dengan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan stabilitas dan keamanan.
Menurut Robert pengadaan Helikopter Aphace dan Black Hawk tersebut tidak ada masalah, mengingat telah memperoleh persetujuan dari pihak Amerika Serikat. “Saya yakin bahwa dukungan yang diberikan merupakan kerja sama yang bermanfaat bagi kedua belah pihak,” ujarnya.
Ia menilai Indonesia menduduki tempat khusus di Amerika Serikat, dimana unsur militer Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara akan terus bekerja sama. “Apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada TNI atas dukungan penuh dalam berbagai hal dan pelaksanaan Latihan Bersama (Latma) seperti Garuda Seals,” tuturnya.
Robert B. Brown juga mengatakan , kerja sama dibidang Peacekeeping Operation(PKO) telah dilaksanakan antara militer Indonesia dan Amerika Serikat dengan sangat baik, bidang lainnya seperti pertukaran dan saling bertukar ahli (Subject Matter Expert Exchange-SMEE) akan mendorong hubungan kedua belah pihak semakin kuat.
Turut mendampingi Panglima TNI, diantaranya Kasad Jenderal TNI Mulyono, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Benny Indra Pujihastono, Kabais TNI Mayjen TNI Hartomo, Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto, dan Kapuskersin TNI Laksma TNI Tatit Eko Witjaksono. Sedangkan Delegasi dari Amerika Serikat, diantaranya Koorspri Danjen USARPAC Kolonel Mark D. Bieger, Penasehat Kebijakan Luar Negeri USARPAC Mr. Matthew S. Cook, Athan Amerika di Jakarta Kolonel Adrew Marble.
(InfoPublik)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kl kerja sama pengadaan, knp gak jg sekalian tot.. tot asal2 aja yg penting apa yg blm dipunyai adalah model heli spt itu..efesien dan ngangkut bnyk orang. tapi jg tanya heli blackhawk wktu di irak/suriah kok aman2. dilengkapi sistem apa? kl blackhawk dikirim ke indonesia gak punya fitur apa2. wa bahaya donk..
BalasHapusBuat apa beli Black Hawk. Kan sudah bisa bikin sendiri. Tidak cinta produk dalam negeri.
BalasHapus/sarcasm
Siapa yg bikin helikopter? Indonesia baru bisa merakit/assembling, kita semua dibohongi klo Indonesia bisa bikin helikopter
HapusGa ada yang bilang pt.di bisa bikin heli....yg nyebar isu ini pertama kali justru pihak yang "pro le-onar"
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSebenernya saya percaya ptdi mampu kok kalau buat heli. cuma entar berat di ongkos research, belum tentu ada yang mau beli juga.
HapusKatanya blackhawk ini bakal pakai mesin yang sama dengan apache ya ?
I really have to wonder if people actually know what /sarcasm means.
HapusIts a reference to those comments on the Merlin by the way.
Saya ngerti kok om, saya cuma nyambung omongan mikail
Hapus@IRS
HapusKalo kita bahasnya sporadis/spotong2 hanya akan berputar2 saja sekitar istilah "merakit" !!
Selama pt.di tidak terlibat dlm pengembangan suatu produk, maka pangkatnya adl "perakit". Walopun utk ec-725&c-295 pt.di tidak sekedar merakit tapi jg menjadi suplier utk airframenya(fuselage&tailboom serta fuselage&sayap)
Utk mendapatkan lisensi merakit tentu ada perhitungan bisnisnya...brp unit yang harus diserap(tentu utamanya oleh konsumen didalam negri lebih dulu). Sampai ditahap ini dibutuhkan sinergi yg baik antara operator&pihak manufaktur(pemanufaktur memberikan pelayanan prima sdg operator konsisten dg penyerapan unit dimaksud).
Tidak terbantahkan pt.di pernah mengalami masalah pelik, shg tidak mampu menjalankan tgg-jwbnya sbg produsen dg baik. Namun saat ini kondisinya telah membaik walau tetap perlu perbaikan scr simultan.
Mengenai kinerja pt.di, ada hal yang luput dr perhatian...yaitu ttg konsistensi operator utk menyerap produksi dlam negri.
Angkasa,10/7/2004 menuliskan pt.di memperoleh lisensi perakitan atas pemesanan 16 unit heli super puma yang penyerahannya terbagi dlm 2 gelombang. 9 heli telah diserahkan, walo sempat diterpa krismon, sdg 7 heli lainnya akan diserahkan. pd periode selanjutnya.
Masih mengutip dr angkasa (edisi berbeda), dlm perjalanannya AU meminta 7 heli berikutnya diganti tipe menjadi cougar spt yang sdg dikerjakan saat ini.
Tidak dijelaskan apa implikasi atas perubahan tipe ini, tapi tentunya akan mempengaruhi perhitungan&kepercayaan bisnis pt.di.
Inkonsistensi ini tampaknya mjd preseden dimasa2 selanjutnya.
Dalam pembelian C-295 (kemhan komit beli 16 unit: 9+7)terjadi pro-kontra antara operator vs kkip/kemhan...shg kondisi ini menimbulkan ketidakpastian bg pti dlm aspek lisensi utk merakit&memproduksi airfamenya krn dlm perjalannya operator menginginkan C-27 spartan.
Bahkan dlm rencana penggantian NC-212, user ingin menggantinya dg C-27 yang kelasnya 2 tingkat diatas NC-212??????
Tidak berhenti disini...kompas hari ini (23/2/17) menuliskan bhw kemhan "sebenarnya" telah memesan 16 unit ec-725 yang terbagi dlm 2 pesanan(6 dan 10 unit dalam periode yang berbeda)...dari6 unit pertama, 2 telah diserahkan, sedang 4 menunggu proses penyerahan yang hingga kini "belum" memperoleh kepastian serah terima oleh user.
Preseden akibat inkonsistensi diatas dan ditambah dg kontroversi pembelian heli aw-101 tentu saja mempengaruhi kelngsungan bisnis bg pt.di sekaligus memengaruhi kondite pt.di dimata industri aviasi global
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSaya malah menyoroti kemampuan pt.di bukan dari masalah mampu bikin apa enggak om, tapi bagaimana mereka memanage produksi mereka mereka sendiri. Kalau belum mampu selesai tahun xx ya bilang sama user. Biar enggak ada yang namanya telat dalam pengiriman.
HapusDalam bisnis kalau sudah enggak dipercaya user ya bakal susah berkembang.
Pak budi itu udah saatnya diganti, kadang dia kalau ngomong juga bikin masalah.
Saya memahami masalah mampu/mau bikin heli sndiri itu enggak usah didebatin, saya juga enggak bakal protes sama ptdi. Tapi Ptdi itu sendiri jauh dari kata perusahaan yang sehat, masih banyak PR untuk ptdi.
Saya setuju kita bakal suport terus ptdi, tapi bukan berarti menjadikannya anak emas yang selalu dimanja. Ptdi itu perusahaan.
blekhok..akuh sich yess yach(mas anang stail haha!)
Hapusjgn dibuly yach om2, guwe gelian haha!
Jabatan direktur itu kan masi digaji....kalo menurut dewan komisaris, perfomanya jelek pasti sudah diganti.
HapusTapi kalo yang perfomanya jelek malah sang komisaris...gimana dong?
@caan
HapusMungkin nanti ketika N-219 dan N-245 memasuki masa produksi, Pak Budi sudah pensiun dan direktur yang baru yang akan memperoleh standing-applausnya
Ada baiknya bang caan buru2 aja mengirim CV ke kementrian BUMN, sebelum keduluan orang lain....
aduhh pt rindu order makin terjepit dach haha!nasib nassibb
BalasHapusKebakaran di lt.7 mabes...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusilang dech barbuk...pepo aman dach haha!
HapusHell yeah 😳
Hapus@PG
HapusMenurut pak kumendan...dokumen awe aman krn sudah disimpan ditempat lain
om2, ada info A4, itu kbakaran gara2 ulah om antiembalgo yg pgn bakar awewe semata wayang kesayangan, doi salah alamat malah kena ged yg ada dokumen su 35. jiahh mulai dari nol lagi dach kajiannye tim hore. gegara aksi bakar2an, pada frustasi skrg ada gosip gres f35 bakal nyodok, siap2 kesalip diskon besar2an opa trump haha!
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagusnya tni angkatan darat igat sejarah rezim orba ...rezim orba jadi kacung nya sekutu barat yaris sempurna 30 tahun lebih , perang dingin usai rezim orba di perlakukan tidak manusiawi di tendang ...lebih menyakitkan lagi di embargo tim tim pun lepas tni lumpuh alias untuk pertama kalinya bangsa indonesia menyerah tampa syarat ke ausi sekutu .
BalasHapusTNI AD bukannya yang paling setia pakai peralatan barat, bung? dari senjata genggam sampai gendong, kendaraan tempur darat, meriam/artileri, dll kecuali heli Mi 17 dan Mi 35. Itu juga rezim heli Mi bakalan nerhenti karena sekrg kayanya TNI AD melirik ke apache dan heli angkut barat lagi.
Hapustul om daring, yg atas om pokonya ruski strong cepet dtg kayak awewe kesayangan.
Hapustp diajak bela negara mah malah bobo haha! makanya om antiembalgo bangun dong negerinya.
jangan tanya apa yang kemenhan mao beli tapi apa yang om antiembargo perbuat untuk bela negara tercinta ini ciieh ajib haha!
nyok ronda nyookkk beres beberesss banjeerr
blackhawk interesting choice. so the tot will goes for pindad or dirgantara?
BalasHapus