17 Februari 2017
Pesawat angkut R-80 (image : RAI)
Pesawat Ilham Habibie R-80 Ditargetkan Terbang Perdana Tahun 2021
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie menyatakan pihaknya akan mulai membuat purwarupa atau prototipe pesawat R-80 pada tahun 2017 ini.
Dengan demikian, pesawat R-80 ditargetkan bisa melakukan penerbangan perdana pada tahun 2021.
"Kita akan mulai membuat prototipe Insya Allah dalam tahun ini, tapi penerbangan perdananya paling cepat 2021," kata Ilham di TPS 05 Kuningan Timur, Rabu (15/2/2017).
Ilham mengungkapkan, purwarupa pesawat tersebut akan dibuat dari nol. Adapun biaya yang diperlukan untuk pembuatan pesawat tersebut secara total diperkirakan mencapai 1 miliar dollar AS.
Menurut Ilham, sumber dana untuk proyek tersebut beragam. Selain brasal dari pemerintah, dana juga diperoleh dari kocek RAI sendiri, investor strategis, pasar finansial, dan beberapa sumber lainnya.
Ilham menyatakan, sesuai dengan namanya, pesawat R-80 akan berkapasitas 80 orang. Adapun jarak tempuh optimal pesawat tersebut adalah jarak pendek, yakni 500 kilometer.
"Di situlah keunggulan pesawat terbang baling-baling dibandingkan dengan jet. Kalau pakai jet lebih boros. Di jarak tertentu, 500 kilometer ke bawah lebih optimal pakai turboprop," ungkap Ilham.
Mengenai lokasi produksi, Ilham menyatakan pihaknya membedakan lokasi produksi dari prosesnya.
Untuk bagian pesawat single part atau bagian-bagian kecil sebelum menjadi rakitan, kemungkinan besar produksi dilakukan di Bandung.
Adapun bila proses produksi sudah merangkak menjadi rakitan kecil dan menengah hingga final, maka rencananya RAI akan membuat pabrik baru di kawasan Kertajati.
"Di bandara, jadi di bandara Kertajati akan ada semacam industrial park. Jadi kawasan industri, ada bagian khusus industri dirgantara," ungkap Ilham.
Terkait lokasi produksi di Kertajati, Ilham mengaku saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan. Adapun landasannya kemungkinan sudah mencapai 70 persen sebelum akhirnya rampung.
(Kompas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WoW lama amir...
BalasHapusSabar menanti sampai tuwek...😞
kalu mao cepat pake cara yang disebelah..kaboer ah haha!
HapusIya soalnya kan mereka mulai dari awal. Bukan pengembangan seperti n245.
HapusYang menarik, nantinya gmana persaingan r80 dan n270 ya ?
Atau n270 di gagalin ?
guwe malah bingung itu n250 kok didiemin, kan uda bangun proto 2 pesawat.
Hapusini gak dapet2 sertipikat ato ada kendala laen?
No offense ya. Bukan menghina, cuma pendapat saya. N250 kalau dulu jadi dibuat mungkin harganya bakal cukup mahal, malah pt. Di bisa lebih bangkrut lagi. N250 itu menggunakan komponen yang terbaik tanpa melihat pasar.
HapusMaaf ya, tapi pak habibi itu terlalu berambisi dengan proyeknya. duli dengan n250 skrng r80. Toh ada kerjasama dengan pt.di, padahal pt.di ada rncana buat n270. Lebih baik ngikutin rencananya pt.di
@caan
HapusLha itu apa pasarnya...yg tiap hari berjubel dibandara&pertumbuhan penumpang terus naik tiap tahunnya?
Kalo kita lihat speknya ATR-42/72 gakjauh beda dg desain N-250 kok
alau enggak salah seinget ane, n250 kalau diproduksi bakal lebih mahal dari ATR om. Cmiiw. komponen elektroniknya kan mereka masih ambil dari luar semua.
HapusMaksud saya waktu itu om, skrng pun bukannya tetep terlalu beresiko buat dua pesawat yang hampir sama dalam waktu hmpir sama juga om ?
Spek r80 dan n270 bedanya bnyak enggak sih om ?
n270 yg mana lagi sich om caan? guwe kok blom pernah dengar proyek ini.
Hapuscuman tau n250 sm n 2130 jet
Semoga banyak perusahaan dalam negri yang bergerak di bidang componen pesawat seperti bikin kursi pesawat,interior design,atau perusaahan sub kontrak sehingga duit berputar hanya di dalam negri .
BalasHapusSudah ada to konsoriumnya...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSmilinghari212 : iya om,konsorsium sudah dibentuk. Cukup bersabar saja
Hapus