21 Mei 2010
F-16C/D block 52 dan Gripen, calon pengganti F-16A/B (photo : Airlines, SAAB)
Tantangan ke depan semakin berat utamanya bagi TNI AU. Sebagai penjaga kedaulatan negara di udara, TNI AU menjadi pemain utama dalam menghadapi setiap upaya inflltrasi, penerbangan gelap, atau upaya-upaya negatif iainnya dari pihak tertentu untuk memanfaatkan wilayah udara Indonesia guna kepentingan tertentu. KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat sangat menyadari hal itu, sehingga berbagai upaya dilakukan guna menjadikan TNI AU sebagai first class air force. Setidaknya dengan anggaran Rp 1,3 triliun di tahun ini, Imam berharap kesiapan alutsista bisa naik hingga 63%.
C-27J Spartan (photo : wiki)
Saat COMMANDO mewawancarai alumnus AAU 1977 ini beberapa waktu lalu, terungkap sejumlah rencana yang tengah dimatangkan oleh TNI AU. Seperti soal SDM, kualitas penerbang akan ditingkatkan dengan memaksimalkan alokasi jam terbang yang ada. Kualitas input taruna turut dibidik dengan terus naiknya standar indeks prestasl (IP) calon. Masukan sekolah penerbang (sekbang) juga menunjukkan peningkatan IP dari 2,50 menjadi 2,75. "Mungkin nanti akan 3, sehingga yang menjadi penerbang benar-benar pintar," ujar Imam.
Radar pertahanan udara (photo : Guardian)
Paskhas juga termasuk ke dalam program pengembangan. Jumlah batalion akan ditambah namun tidak diikuti penambahan jumlah personel sehingga nanti sepertinya TNI AU akan melakukan tambal-sulam yang berimbas kepada standar DSPP (Daftar Susunan Personel dan Perlengkapan) di batalion Paskhas. Untuk Paskhas juga belum clear soal pilihan meriam anti pesawat antara Oerlikon dan Defa. Menurut Imam, keberadaan Paskhas harus disesuaikan dengan tugas pokok TNI AU. "Batalionnya tidak harus sebesar angkatan darat, karena Paskhas akan melaksanakan tugas khusus yang khas angkatan udara,” ujar Imam.
Skyshield, meriam penangkis serangan udara (photo : krblog)
Selain persoalan di atas, sesungguhnya TNI AU sangat dipusingkan oleh rendahnya kesiapan pesawat yang ada. Apalagi dua tahun terakhir, sejumlah accident yang terjadi membuat jumlah kesiapan alutsista semakin turun. Sementara dari armada yang eksis, diakui KSAU sebagian sudah memasuki masa "uzur" jika dilihat dari tahun pembelian dan teknologi yang digunakan. Karena itu sejumlah rencana digodok Mabes TNI AU untuk mengganti beberapa jenis pesawat. Masuk ke dalam daftar rencana penggantian, pesawat Hawk Mk-53, F-5E/F Tiger ll, OV-10 Bronco, Fokker F27 dan helikopter.
Super Tucano, counter insurgency aircraft (photo : Militaryphotos)
Beberapa jenis pesawat yang diminati disebut KSAU. Nama yang selalu disebut-sebut sebagai pengganti OV-10 adalah Embraer EMB 314 Super Tucano. C-27 Spartan turut disinggung sebagai pesawat angkut untuk mengisi kebutuhan di antara C-130 Hercules dan CN-235. Kebanyakan untuk CN-235, namun terlalu sedikit untuk C-130, itulah alasan TNI AU menyebut pesawat sekelas Spartan. Disusul oleh Hawk Mk-53 dan AS-202 Bravo yang dialokasikan di tahun ini dan F-27 pada 2014.
EC-725 Cougar, helikopter medium (photo : Militaryphotos)
TNI AU juga akan memperoleh tiga radar, helikopter Super Puma untuk melengkapi 16 pesanan TNI AU namun untuk tiga heli terakhir sepertinya akan diganti Cougar, dan tentu melengkapi Hercules mungkin dengan versi terbaru. Satu lagi, AU juga bakal kebagian tiga C -212 - 300 buatan PTDI. Bagaimana dengan F-5 dan F-16. Rupanya juga sudah dipikirkan. Katanya TNI AU sudah melihat langsung Gripen, atau mungkin F-16 Block 52. Namun dengan low profile, "Harus orang yang pintar yang menentukan. Saya tidak mau nanti disalahkan," kata Imam lagi.
(COMMANDO, volume VI edisi no. 2, Mei 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar