10 April 2014
Pesawat kepresidenan Republik Indonesia jenis Boeing Business Jet 2 ini dibeli dengan harga 91,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 820 miliar dan memiliki fasilitas 2 VVIP Class (State Room), 4 VVIP Class Meeting Room, 12 Executive Area, serta 44 Staff Area. (photo : Kompas)
JAKARTA, KOMPAS.com -- Sejak tiba di Base Operations (Base Ops) Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sosok pesawat Kepresidenan RI jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2) membuat takjub para tamu undangan acara serah terima yang langsung dihadiri dari pihak Boeing. Sebab sejak 69 tahun merdeka, ini merupakan kali pertama Indonesia punya pesawat kepresidenan RI.
Pesawat Boeing 737-800 untuk presiden RI ini diproduksi Boeing Company sejak 2011. Pesawat itu memiliki rentang sayap 35,79 meter, tinggi 12,50 meter, dan panjang 38 meter. Pesawat canggih ini dipasangi dengan 2 engine CFM 56-7.
Pesawat BBJ2 dirancang untuk memuat 4 VVIP class meeting room, 2 VVIP class state room, 12 executive area, dan 44 staff area. Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang. Jumlah itu disebut cukup untuk sebuah rombongan presiden.
BBJ2 mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet, mampu terbang selama 10 jam, memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785 mach dan kecepatan maksimum 0,85 mach. Pesawat juga dilengkapi dengan perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah ditambah untuk daya jangkau sampai dengan 10.000 kilometer.
Dengan kemampuan itu, pesawat ini lebih dari cukup untuk menjangkau seluruh pelosok Tanah Air dan tugas kepresidenan di negara sahabat. Pesawat seri 737-800 ini juga merupakan jenis yang sama yang digunakan maskapai penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan, pesawat kepresidenan ini memang dirancang untuk dapat memenuhi persyaratan demi menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan presiden RI.
"Setelah melalui proses 4 tahun, pagi ini kita menyaksikan bersama pesawat kepresidenan khusus didesain untuk jalankan tugas pemerintahan dan kenegaraan dari presiden RI," ujar Sudi, di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Sudi mengapresiasi pihak Boeing yang sudah merealisasikan desain sesuai dengan yang diinginkan Indonesia. Proses fabrikasi dan modifikasi pesawat tersebut memakan waktu 5 tahun.
Dia melanjutkan, serah terima pesawat yang dilaksanakan hari ini merupakan peristiwa penting untuk Indonesia. Sudi menyerahkan pesawat kepresidenan itu kepada pihak TNI Angkatan Udara dan Garuda Indonesia untuk bersama-sama merawat dan memelihara pesawat tersebut. (Kompas)
Pesawat Kepresidenan Bisa Deteksi Peluru Kendali
Pesawat Kepresidenan RI (photo : Kompas)
JAKARTA, KOMPAS.com -- Pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 seri 737-800 didesain untuk tingkat keamanan tinggi yang diperuntukkan bagi kepala negara yang menumpang pesawat tersebut. Salah satunya yakni dapat mendeteksi ancaman dari peluru kendali.
"Kemungkinan ancaman peluru kendali, tadi sudah didemonstrasikan kepada kita bagaimana sensor secara otomatis memberikan warning dan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan pesawat apabila itu terjadi," kata Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi kepada wartawan, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014).
Namun, dirinya tidak menjelaskan secara rinci soal langkah selanjutnya terhadap keselamatan pesawat atas ancaman itu. Merujuk pada pemberitaan Kompas.com, Indonesia menggelontorkan 4,5 juta dollar AS untuk biaya pemasangan sistem keamanannya saja.
Sudi juga menyatakan, pesawat tersebut aman untuk difungsikan dan melayani tugas konstitusional presiden RI. "Dari aspek sekuriti memang tidak dimiliki pesawat biasa," ujar Sudi.
Sebelumnya, pesawat kepresidenan tersebut tiba di Jakarta dalam acara serah terima di Base Ops, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Pesawat tersebut mendarat dengan selamat setelah melakukan perjalanan selama empat hari.(Kompas)
Menhan RI dan Mensesneg Sambut Pesawat Kepresidenan RI BBJ-2
Pesawat Kepresidenan RI (photo : Mike Durbin)
Jakarta, DMC – Setelah menempuh perjalanan panjang selama empat hari, pesawat kepresidenan Republik Indonesia jenis Pesawat Boeing Business Jet (BBJ)-2 yang merupakan varian dari pesawat Boeing 737 seri 800 akhirnya hari ini, Kamis (10/4) tiba di di Base Ops Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Saat mendarat di Halim PK, pesawat yang dipiloti David dengan kopilot Jean disambut Mensesneg Sudi Silalahi, Menko Kesra Agung Laksono, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menhub EE Mangindaan, Kasau Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, Kapolri Jenderal Pol Sutarman, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Emirsyah Satar, anggota Komisi II DPR RI, pejabat terkait dari Kemkeu, BPK, BPKP serta perwakilan dari fabrikan pesawat Boeing.
Pesawat kepresidenan RI yang diperuntukkan khusus bagi Presiden RI dan Wakil Presiden RI dalam melaksanakan perjalanan dinas di dalam dan luar negeri ini langsung disambut dengan tradisi khas pecah kendi di atas roda pesawat bagian depan oleh Mensesneg Sudi Silalahi. Sebelumnya sejumlah petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke pesawat hingga muncul efek pelangi di sekitar badan pesawat.
Sebelum tiba di Halim PK, pesawat BBJ-2 ini sempat singgah ke empat wilayah dimulai dari Delaware, AS pada tanggal 7 April 2014 menuju Wellington dan dilanjutkan ke Sacramento. Keesokan harinya, pesawat berlogo burung garuda tersebut lepas landas menuju ke Honolulu dan pada tanggal 9 April 2014 pesawat berangkat ke Guam untuk selanjutnya terbang menuju Halim PK.
Dari hasil perhitungan yang cermat dan teliti serta dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, penggunaan pesawat khusus kepresidenan memiliki sejumlah nilai keunggulan yaitu pertama, dari sisi anggaran negara, penggunaan pesawat kepresidenan jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan pesawat komersial. Dari perhitungan yang dilakukan dengan cermat oleh pemerintah, penghematan anggaran negara, selama masa pakai pesawat beberapa tahun kedepan dikisaran Rp 114,2 milyar per tahun.
Kedua, dari sisi efisiensi dan efektifitas, penggunaan pesawat khusus kepresidenan tentu tidak mengganggu jadwal dan kinerja maskapai penerbangan komersial. Selama ini, perusahaan penerbangan harus mengatur ulang jadwal penerbangannya apabila ada tugas-tugas kenegaraan yang mengharuskan Presiden RI menggunakan pesawat bagi perjalanan dinas kepresidenan.
Dan yang ketiga, dari sisi kebanggaan nasional, sebagai negara besar menjadi suatu kebanggaan tersendiri apabila Presiden RI menggunakan pesawat khusus kepresidenan yang canggih, modern, aman dan benar-benar difungsikan untuk melayani tugas konstitusional Presiden RI.
Pesawat BBJ-2 telah dirancang dan didesain sedemikian rupa hingga dapat memenuhi persyaratan untuk menunjang pelaksanaan tugas kenegaraan Presiden RI. Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang penumpang serta dilengkapi dengan ruang pertemuan, ruang rapat dan ruang eksekutif guna memfasilitasi Presiden RI dalam menunaikan tugas kenegaraan meski sedang melakukan perjalanan.
Pesawat juga dilengkapi perangkat keamanan dan mampu mendeteksi peluru kendali. Tanki bahan bakar telah ditambah hingga menjadikan pesawat ini sanggup menempuh jarak 5.000 mil laut atau sekitar 10.000 km. Dengan kemampuan itu, pesawat ini mampu menjangkau seluruh pelosok kepulauan nusantara serta dalam tugas perjalanan dinas Presiden RI ke negara-negara sahabat.
Atas dukungan dari Komisi II DPR RI, gagasan pengadaan pesawat kepresidenan diawali pada tahun 2007 dan setelah melalui proses tender yang ketat, cermat, dan teliti, fabrikan Boeing dipilih atas Airbus. Proses fabrikasi dan modifikasi 1 (satu) buah pesawat Boeing berlangsung selama hampir lima tahun dengan harga sekitar US $ 89,6 atau sekitar Rp 847 milyar. Harga tersebut sudah termasuk fabrikasi, modifikasi interior dan modifikasi lainnya yang diperlukan. Pembayaran harga pesawat dilakukan melalui skim kontrak tahun jamak dari tahun 2010 hingga tahun 2014.
Pesawat yang memiliki dua tenaga jet dan dilengkapi dengan wing air yaitu teknologi baru yang membuat pesawat lebih cepat dan hemat bahan bakar ini membuka lembaran sejarah baru dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk pertama kalinya, setelah hampir 69 tahun Indonesia merdeka, pemerintah memiliki pesawat kepresidenan yang khusus dirancang dan digunakan hanya untuk menjalankan tugas-tegas pemerintahan dan kenegaraan Presiden dan Wakil Presiden RI.
“Bakal ada proses sertifikasi. Semua komponen di dalam pesawat akan diperiksa dan dipastikan spesifikasinya. Proses itu akan dilakukan oleh Kemhan mulai Jumat besok (11/4). Kita harapkan sertifikasi bisa diselesaikan Kemhan. Minggu depan bisa dilakukan uji penerbangan, sehingga dapat digunakan dalam tugas negara presiden terpilih," ujar Mensesneg.
(DMC)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
BalasHapuskeep update!Lamborghini Huracan
bagus lah meskipun mirip sriwijaya air makassar-sorong, tapi masih mending daripada malu maluin gak punya. tapi kalo air force one sih ga ada apa apanya
BalasHapusSip....
BalasHapus