18 Januari 2016

PT PAL Launching Kapal SSV Pesanan Filipina

18 Januari 2016


Kapal SSV pesanan Filipina (BRP Tarlac 601) mempunyai kecepatan maks 16 knot, dan endurance 30 hari (photo : pdff, Alberth Minas, Detik)

Jakarta -PT PAL Indonesia (Persero) hari ini meluncurkan (launching) 2 jenis kapal perang, salah satunya kapal perang Kapal Strategic Sealift Vessel (SSV) pesanan militer Filipina. Pada peluncuran kali ini, pekerjaan fisik kapal telah selesai 85%. Selanjutnya kapal akan menjalani tahap penyelesaian akhir berupa finishing hingga pengujian di atas laut.

"Hari ini launching SSV, baru kemudian dilakukan finishing dan menjalani serangkaian function test kemudian dilanjutkan sea trial," kata Direktur Utama PAL, Firmansyah Arifin, kepada detikFinance, Senin (18/1/2016).

Setelah lolos serangkaian tes, selanjutnya PAL akan mengirimkan kapal perang SSV ke-1 buatan putra-putri Indonesia ini kepada militer Filipina pada Mei 2016. "Delivery by contract akhir Mei 2016," jelasnya.

Untuk pembangunan kapal perang yang bisa membawa 500 personil dan 121 kru kapal ini, PAL membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Proses pekerjaan dilakukan pada galangan kapal milik PAL di Surabaya.

Selain meluncurkan wujud SSV ke-1, PAL saat bersamaan juga akan melakukan peletakan lunas (keel laying) untuk SSV ke-2. Prosesi peletakan lunas merupakan awal dari konstruksi kapal, yang biasanya diawali dengan pembuatan rangka lunas kapal. PAL sendiri memperoleh pesananan 2 unit kapal SSV dari militer Filipina.



"SSV yang kedua delivery (dikirim) di tahun 2017," tambahnya.

Dari gambar yang diperoleh detikFinance, kapal perang SSV sedang dicat dengan warna abu-abu. Di badan SSV tertulis nomor kapal 601. dan nantinya akan tertempel tulisan "SSV Philippines Navy".


Kapal ini terlihat sangat besar dan perkasa karena memiliki panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter. Saat berlayar, SSV mampu bertahan selama 30 hari dengan kecepatan maksimum 16 knots.

SSV merupakan kapal hasil pengembangan insinyur PAL. Kapal ini mengandung komponen lokal hampir 30%, sisanya komponen dipasok dari luar negeri karena komponen tak tersedia di pasar lokal.


"Kira-kira hampir 30%. Kalau impor itu seperti main engine dan peralatan navigasi karena industri Indonesia belum punya," sebutnya. (Detik)

Selain Perang, Kapal SSV Buatan PAL Bisa untuk Misi Kemanusiaan

Jakarta -Strategic Sealift Vessel (SSV), merupakan salah satu produk kapal perang canggih produksi PT PAL Indonesia (Persero). Kapal yang diproduksi di Surabaya, Jawa Timur ini merupakan kapal perang pengembangan dari jenis Landing Platform Dock (LPD).

SSV saat beroperasi bisa difungsikan untuk kebutuhan militer dan non militer. Untuk fungsi mendukung atau supporting pertempuran, kapal SSV mampu membawa 500 personil dan 121 kru kapal.

Tak hanya itu, kapal ini bisa difungsikan sebagai helipad bergerak karena bisa membawa helikopter. Di dalam kapal, SSV mampu membawa kapal cepat, hingga tank atau kendaraan perang.



Salah satu misi perang dari kapal sejenis yakni saat KRI Banjarmasin (592) terlibat dalam tugas pembebasan kapal Indonesia yang dibajak oleh perompak di Somalia.

"SSV bukan hanya untuk angkut personil tapi bisa bawa alat perang seperti tank, helikopter, kemudian kapal cepat ukuran kecil bisa ditaruh di dalam," kata Direktur Utama PAL, Firmansyah Arifin, kepada detikFinance, Senin (18/1/2016).

Kapal yang memiliki panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter, serta mampu bertahan selama 30 hari dengan kecepatan maksimum 16 knots ini, juga bisa difungsikan untuk misi non perang saat kondisi damai.

Kapal SSV bisa mendukung misi kemanusiaan seperti mobilisasi bantuan bencana. Kapal sejenis, yakni KRI Banda Aceh (593) pernah dilibatkan dalam misi evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501.


"Dalam kondisi damai, bisa dipakai operasi kemanusian. Misal ada gempa atau tsunami, pasokan bantuan seperti alat berat jenis buldozer susah lewat darat maka bisa lewat laut. Kapal bisa diisi buldozer, ambulans, obat-obatan hingga bisa dikasih helikopter," tambahnya. (Detik)

7 komentar:

  1. Good ship, great design, affordable price. Aku agak hairan kenapa Malaysia tidak mendapatkan aset ini daripada Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Actually it's goes cheap because philipine requirement are not so sophisticated, the ship are slower than it's older brother, yet it's heavier for using cheaper(less sophisticated) material. I guess you get what you pay.

      Hapus
    2. bei i think you just too knowledgeably...just too much

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah akhirnya selesai juga, tinggal proses finishing & sea trial.
    Good job PT.PAL

    BalasHapus