Z-9 helicopter (photo : Arich Vlog)
‘Bigger and better’ air and tech show kicks off on Friday
The 2nd Air and Tech Show, the Kingdom’s biggest aviation and tech show, will kick off tomorrow at the Pochentong Airbase in Phnom Penh.
Maland Khim, deputy head of the organising committee, told the Khmer Times that it is expecting more than 12,000 local and international visitors to descend at the airbase for the show.
“We are expecting four thousand attendees every day until the show concludes,” he said. The 1st Air and Tech Show last year attracted more than 9,000 visitors.
Harbin Y-12 aircraft (photo : KH Gaming Review)
The show this year, according to Mr Khim, will be much bigger and better than the one last year.
Mr Khim said this year there will be more private and military aircraft on display.
Last year, visitors got a glimpse and were able to get inside various military and private airplanes, including Mil Mi-8 helicopters, Z-9 choppers, MA-60 multi-purpose planes, L-39 trainer jets, MiG-21 fighter aircraft, Airbus H135 helicopters, Mil-Mi-26 transport helicopters, Pipistrel light aircraft, Diamond monoplane and other types of airplanes and helicopters.
The visitors also got the chance to talk with Royal Cambodian Air Force pilots, airline crew and visiting pilots from Thailand, the United Kingdom, the United States and other countries. Last year, a chopper from Helistar also made several demonstration flights and flew passengers to and from the Pochentong Airbase.
“Visitors will see more airplanes and helicopters this time,” he pointed out.
Mr Khim added that there will be more exhibitors this year. He said there will be also be seminars featuring local and international aviation and tech experts.
MA-60 aircraft (photo : BT & Makara)
Another highlight for the event, according to him, is the remote control and rubber band airplane competitions.
“Except for the aircraft display, the activities will be held inside the NagaWorld hangar at the airbase,” he said.
The Air and Tech Show is organised by Union of Youth Federations of Cambodia Svay Rieng province. This event also has big support from the Royal Cambodian Air Force, the Ministry of Education, Youth and Sports, Helistar, Boeing, Cambodia Airports, NagaWorld and other partners.
The event is primarily meant to inspire people, especially youths, to pursue careers in aviation and technology. It also seeks to showcase and promote the advances of Cambodia’s aviation and technology sectors to the outside world.
(Khmer Times)
Masih hebat nuri lah..
BalasHapusDan uav nyamuk..
Tidak ada yg bisa lawan.. wkkwkwkw..
Pny malingsia mmg tak de sing de lawan.. wkwkmwkw
Malon dah berjaya bina ptm gen 6, sampai sekarang pon tak tampak batang hidungnya ๐
BalasHapus'ndar, kamboja 'ndar...
BalasHapushttps://money.kompas.com/read/2019/12/18/185200226/bantah-edhy-susi-pamer-data-ekspor-lobster-ri-meningkat-sejak-2016?page=all#page2
HapusKalo dipandang dr kaca mata bu Susi memang pengiriman bibit lobster merugikan dr sisi penerimaan nelayan maupun negara. Krn harga 1 lobster dewasa bisa berbanding 10 -20 bibit lobster.
HapusNamun kita tidak punya BUMN yg menangani pembelian hasil tangkapan nelayan, kita hanya punya Bulog yg membeli hasil panen petani. Bulog tdk menerima hasil tangkapan nelayan.
Ada 2 pokok permasalahan yg timbul disin.
Yg pertama dr sisi nelayan, mereka berharap hasil tangkapan mereka bisa dijual hari itu jg agar dapur mereka bisa berasap. Kalo nunggu lobsternya besar, kebutuhan hidup harian mereka akan kesulitan. Nah disini letak kebijakan Bu Susi yg kurang pada saat memimpin tdk memberikan solusi kpd nelayan.kecil yg berharap dr hasil tangkapan harian mereka.
Sementara di dalam negeri sendiri, perusahaan mana yg mau nampung pembelian bibit lobster tangkapan harian nelayan.? Disinilah dilematisnya kang Smili..
Yg kedua. Pemerintah jg membutuhkan devisa yg bergerak cepat. Makanya ditempuh win win solutionnya berupa pengiriman bibit lobster akan dilegalkan dng catatan tetap dlm pantauan dan pengawasan pemerintah. Sementara didalam negeri sendiri pemerintah harus memberdayakan pengusaha lokal yg mau berinvestasi disektor ini utk bisa menampung hasil tangkapan benih nelayan dng harga bersaing dr harga pasaran International. Bukan hanya dng jalan melarang ekspor tp tidak memberikan solusi bagi nelayan2 yg bergantung hidup dr situ.
Itu yg terjadi diawal2 kepemimpinan bu Susi yg didemo nelayan pada waktu itu kang Smili
Bagi kaum yg mau berpikir pasti ada jalannya dan sudah dirintis bu Susi utk nelayan lobster dilombok....memang tidak bisa instant ☝️
HapusKalo nanya linknya silahkan cari di detik yo mas
Aku wes moco link nge kang...Lha urusan perut, mereka mintanya instant kang....hahahaha
Hapushttps://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4826549/larang-ekspor-benih-lobster-dulu-susi-sudah-punya-alternatifnya
HapusIyo kang...aku wes.moco kok.
HapusNgene lho kang.... Itu semua strategi jangka menengah.
Sementara perut nelayan itu butuh jangka pendek, yg tdk bisa diatasi dng pelatihan2 budidaya saja.
Berani nda pengusaha penangkaran lobster lokal membeli bibit lobster tangkapan nelayan dng harga lebih tinggi dr harga luar? Hukum pasarnya, makin dilarang harga makin melambung tinggi. Itu yg pengusaha lokal kita blom mampu bersaing dng luar. Apalagi nelayan skrng sdh pinter2 soal kualitas.
Pertanyaannya sdh sampe sejauh mana keberhasilan implementasi kebijakan bu susi yg menerbitkan permen itu berjalan. Kok masih ada nelayan/pengusaha yg tertarik menjual bibit lobster.?
Bu Susi programnya sdh bagus, sampe dibela belain membuat payung hukum berupa kepmen/permen. Tp kebijakan itu berjalankah ditingkat kanwil.? Atau bahkan berakhir sbg project oriented bagi jajaran pejabat dibawahnya bu susi?
Program 1 jt keramba sampe skrng realisasinya gmn.? Betul membuat ikan jd murah, bahkan sangking murahnya sampe ujung2nya banyak ditinggalkan nelayan keramba krn gak cukup nutupin operasional....hehehe
Jadi pemimpin memang harus berani ambil resiko....atau sudah bener itu aturan dilegalkan saja, padahal pilipina aja melarang exspor benih lobster ๐ค๐ค๐ค
HapusNanti kalo ambil contoh aussy apa canada dikomplain lagi....dibilang mereka kan sdh makmur๐ฅ
Ternyata pembubaran petral belum layak disebut sbg prestasi krn hanya pindah ke mulut mafia yg lainya....persis kayak perang mafia narkoba
BalasHapusItu yg pernah saya debatkan dng seorang oknum di forum JKGR pada awal2 kepemimpinan pak Jokowi. Saat itu lg panas2nya membandingkan prestasi kerja sang mantan dng pak jokowi yg baru menjabat. Begitu membanggakan keberanian pak jokowi membubarkan petral. Padahal kita tau semua bahwa itu hanya ganti baju doank.
HapusKasus petral ini lingkarannya ruwet. Tp dr balik itu semua pemerintah singapura lah yg ada dibelakang keruwetan itu serta para politisi partai di negara kita, Karena hanya dr sumber inilah lumbung emas mereka Yg tdk terjangkau tangan2 KPK.
Brapa duit yg didapat pemerintah Singapura dan brp yg dibagi ke partai di Indonesia yg terlibat itu yg saya maukan si Ntung utk ngitungnya brp potensi keeugian negara dari sektor impor minyak.Tp si Ntung lg gemblong alutsista jd gak ada pencerahan yg bisa didapat para fans boy....hahahaha
Saya juga pernah mbahas petral sama tmen2 yg masalah ganti baju itu, dan dikira saya gasuka sama pak jokowi ๐
HapusTapi akhir2 ini seru. Beliau paksa pertamina buat kilang minyak, trus masalah logam mentah itu bener2 asik ๐
Begitu petral dibubarkan, langsung ada kebijakan impor minyak secara G to G. Ini yg mereka banggakan haail kerja pak jokowi. Padahal terobosa itu jg mandek toh.? Wong minyak diatur mekanisme pasar kok, yg mana transaksinya lebih menggiurkan dr pd transaksi G to G.....hahahaha
Hapus