18 November 2011
KRI Clurit 641, kapal cepat rudal (photo : Kaskus Militer)
Jakarta, Kapal Republik Indonesia (KRI) Clurit-641 salah satu unsur Jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang dilibatkan dalam Manuver Lapangan (Manlap) Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya ke-30 di Perairan Sangatta Kalimantan Timur, saat ini berlayar lintas laut di sekitar perairan Pulau Bawean.
Kapal yang memiliki persenjataan Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam caliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS), dan meriam anjungan 2 unit caliber 20 mm sehari-hari di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Barat dengan Markas di Mentigi Tanjung Uban Riau.
KRI Clurit-641, dengan Komandan Mayor Laut (P) Gulkariansyah salah satu unsur kapal pemukul reaksi cepat di jajaran Koarmabar memiliki kemampuan pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat .
Kapal perang produksi dalam negeri tersebut memiliki spesifikasi berukuran panjang 43 meter, lebar 7,40 meter, dan berat 250 ton ini memiliki sistem pendorong yang handal mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 27 knot, serta memiliki daya tembak/hancur yang besar karena dilengkapi persenjataan Rudal C-705.
Kapal KCR-40 ini mampu menampung bahan bakar 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal (ABK) dan masih mampu memuat 13 personel Pasukan Khusus. Selain itu memiliki peralatan navigasi akurat dan dilengkapi peralatan komunikasi yang mampu digunakan untuk melaksanakan komunikasi antar kapal permukaan dan pesawat udara dalam satu kesisteman.
KCR-40 yang terbuat dari baja khusus High Tensile Steel dilibatkan bersama dengan tiga KRI jajaran Koarmabar lainnya diantaranya KRI Sutan Taha Syaifudin-376, KRI Cut Nyak Dien-375 dan KRI Teluk Celukan Bawang untuk memperkuat Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya.
Sejak diresmikan masuk memperkuat jajaran TNI AL, keterlibatan KRI Clurit-641 yang baru pertama dalam manuvra Latihan Puncak Armada Jaya ke-30 mampu mengikuti kegiatan manuvra lapangan sejak dari pangkalan Jakarta menuju Pangkalan Utama TNI AL di Surabaya dan selanjutnya lintas laut di Alur Perairan Barat Surabaya (APBS), Laut Jawa, Selat Makassar, perairan Pulau Laut Kaltim, perairan Sangatta Kaltim, dan Laut Sulawesi, hingga puncaknya dilaksanakan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat Marinir di Sangatta, Kalimantan Timur.
Kapal yang memiliki persenjataan Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam caliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS), dan meriam anjungan 2 unit caliber 20 mm sehari-hari di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Barat dengan Markas di Mentigi Tanjung Uban Riau.
KRI Clurit-641, dengan Komandan Mayor Laut (P) Gulkariansyah salah satu unsur kapal pemukul reaksi cepat di jajaran Koarmabar memiliki kemampuan pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat .
Kapal perang produksi dalam negeri tersebut memiliki spesifikasi berukuran panjang 43 meter, lebar 7,40 meter, dan berat 250 ton ini memiliki sistem pendorong yang handal mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 27 knot, serta memiliki daya tembak/hancur yang besar karena dilengkapi persenjataan Rudal C-705.
Kapal KCR-40 ini mampu menampung bahan bakar 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal (ABK) dan masih mampu memuat 13 personel Pasukan Khusus. Selain itu memiliki peralatan navigasi akurat dan dilengkapi peralatan komunikasi yang mampu digunakan untuk melaksanakan komunikasi antar kapal permukaan dan pesawat udara dalam satu kesisteman.
KCR-40 yang terbuat dari baja khusus High Tensile Steel dilibatkan bersama dengan tiga KRI jajaran Koarmabar lainnya diantaranya KRI Sutan Taha Syaifudin-376, KRI Cut Nyak Dien-375 dan KRI Teluk Celukan Bawang untuk memperkuat Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya.
Sejak diresmikan masuk memperkuat jajaran TNI AL, keterlibatan KRI Clurit-641 yang baru pertama dalam manuvra Latihan Puncak Armada Jaya ke-30 mampu mengikuti kegiatan manuvra lapangan sejak dari pangkalan Jakarta menuju Pangkalan Utama TNI AL di Surabaya dan selanjutnya lintas laut di Alur Perairan Barat Surabaya (APBS), Laut Jawa, Selat Makassar, perairan Pulau Laut Kaltim, perairan Sangatta Kaltim, dan Laut Sulawesi, hingga puncaknya dilaksanakan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat Marinir di Sangatta, Kalimantan Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar