04 November 2021

Latihan New Horizon 2021 antara TNI AL dan RAN Berakhir

04 November 2021

Latihan New Horizon 2021 (all photos : Koarmada2)

TNI AL dan Royal Australian Navy Gelar Formasi Manuver di Laut Jawa
Unsur-unsur kapal perang TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan Royal Australian Navy (RAN) dengan perhitungan yang tepat dan akurat, sukses menjajal lima formasi manuver yang dilakukan di perairan Laut Jawa dan menghancurkan sasaran Tomato Killer pada hari ke-2 Tahap Manuver Lapangan (Manlap) Latihan Bersama (Latma) New Horizon 2021, Senin (1/11).


Formasi manuver merupakan latihan serial Photoex dalam Manlap New Horison, dimana unsur-unsur TNI AL dan RAN yang terlibat melaksanakan serangkaian formasi manuver di laut. Latihan berlanjut dengan kegiatan Replenishment At Sea (RAS) atau pembekalan yakni metode mentransfer bahan bakar, amunisi, dan barang lainnya dari satu kapal ke kapal lain saat posisi sedang berlayar, serta dilanjutkan dengan serial Gunex (Gun Exercise) yakni penembakan meriam yang menggunakan Tomato Killer sebagai sasaran. 


Pada Latma New Horison 2021 kali ini, TNI AL mengerahkan dua kapal perang yakni KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan KRI Malahayati-362 serta sebuah Heli Panther. Sementara pihak RAN mengirimkan kapal HMAS Anzac F-150 dan sebuah Heli MH-60R. Sedangkan materi latihan dititikberatkan pada pengembangan latihan peperangan anti kapal permukaan/Anti-Surface Warfare (ASuW), meliputi fase latihan pangkalan (Harbour Phase) di Gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslatkaprang) Komando Latihan Koarmada II yang sudah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 29 - 30 Oktober 2021. 


Sukses melakukan Formasi Manuver dan latihan RAS, ketiga unsur New Horizon 2021 langsung melaksanakan Serial Gunex dengan Formasi Oscar. Urutan pertama HMAS Anzac F-150  melepaskan tembakan meriam utama dengan sasaran tomato killer, disusul urutan kedua tembakan meriam 76 KRI I Gusti Ngurah Rai-332.


Setelah itu serial latihan berlanjut ke Surface Exercise (Surfex). Dalam serial ini KRI I Gusti Ngurah Rai-332 berperan sebagai Commander Surface Action Group (SAG), yang berhasil menetralisir tembakan musuh (Killer Tomato) secara terkoordinasi sesuai dengan Engagement Order yang diberikan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 selaku SAG Commander.


"Penembakan kali ini dilaksanakan secara bersama-sama dan dengan zig-zag manuver, dimana HMAS Anzac dengan kaliber 127 mm, KRI MLH dengan kaliber 120 mm dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dengan kaliber 76mm. Latihan berjalan aman dan lancar, serta akan menjadi titik penting dalam membangun mutual trust building antara kedua pihak, "terang Kolonel Laut (P) Sumarji Bimoaji, Komandan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 selaku Komandan Satgas New Horizon 2021 usai latihan. 


Selanjutnya Kolonel Sumarji menambahkan penekanan Pangkoarmada II Laksda TNI Dr. Iwan Isnurwanto, S.H.,M.A.P, M.Tr.(Han)., sebagai Penyelenggara Latihan,  agar seluruh peserta Latma untuk mengutamakan keselamatan personel dan keamanan dari bahaya navigasi selama latihan berlangsung. 


"Tidak kalah penting adalah gunakan kesempatan baik ini untuk mempererat komunikasi dan bertukar pikiran juga pengetahuan, dan meningkatkan hubungan kerjasama, interoperability  dan pemahaman antara personel TNI AL dan RAN yang selaras dengan program prioritas Kasal Laksamana TNI Yudo Margono," pungkas Kolonel Sumarji. (TNI AL)


Sailing Pass Akhiri Kebersamaan TNI AL dan RAN dalam Latma New Horizon 2021

TNI AL. Koarmada II. Surabaya -- Setelah empat hari bergelut dengan serangkaian serial latihan peran dalam Sea Phase atau Tahap Manuver Lapangan, latihan bilateral antara TNI Angkatan Laut dengan Royal Australian Navy (RAN) yang bersandi New Horizon 2021 resmi berakhir. Formasi Sailing Pass ketiga unsur kapal perang menjadi penutup dari puncak latihan yang digelar di perairan Laut Jawa dan Laut Bali tersebut, Rabu (3/11).


Sebelumnya menjelang penutupan, ketiga unsur yakni dua Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dari Satkor Koarmada II, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan KRI Malahayati-362 serta HMAS Anzac F-150 milik RAN melaksanakan serial Photoex dengan melakukan aksi manuver.

Setelah itu melalui radio komunikasi di anjungan, Komandan KRI GNR-332 Kolonel Laut (P) Sumarji Bimoadji selaku Dansatgas Latma New Horizon 21 mewakili Panglima Koarmada II Laksda TNI Dr. Iwan Isnurwanto, S.H.,M.A.P.,M.Tr.(Han) sebagai Penyelenggara Latihan, resmi menutup latihan bilateral yang sudah dimulai sejak tahun 1974 dan rutin digelar setiap dua tahun.


Dalam kesempatan tersebut, Komandan KRI GNR mengucapkan terima kasih atas pelaksanaan seluruh serial latihan yang berjalan lancar dan sukses. Kolonel Sumarji berharap semoga latihan ini dapat mempererat hubungan navy brotherhood antara TNI AL dan Royal Australia Navy kedepannya nanti.

Penutupan diakhiri dengan Sailing Pass dengan posisi KRI MLH-362 berada di depan, disusul di belakangya KRI GNR-332 melaju dari arah lambung kanan. Keduanya lantas memberi penghormatan kepada HMAS Anzac F-150, diiringi lambaian tangan sampai berjumpa kembali di Latma New Horizon yang akan datang, serta memberikan ucapan selamat berlayar menuju homebase di Negeri Kanguru.

39 komentar:

  1. Acik Rayy beli sampan jalaa . buat kapal frigate kalau bajet ciput . tank pulak beli maibie . letak altillery kat bumbung . bajet ciput �� negara lain pakat aset baru . malaysia nak beli apa dengan bajet gitu

    BalasHapus
  2. negara tetangga miskin nggak diajak ? oopss maaf hanya punya gun boat

    BalasHapus
  3. Untuk perairan "sisi dalam" teritorial dan ALKI.....light fregat aka PKR sesuai banget utk misi tsb karena selain bisa mengatasi 4 tantangan (pertempuran AKS, ASW, AA dan pernika), memiliki helikopter organik yg onboard utk menunjang misi ASW tapi juga cost efektif dan cost efficient dibandingkan mengoperasikan "real fregat" atau justru KCR 🀷

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo laut teritorial ituw kan cuman 12NM=22KM, klo sisi dalem, ya litoral donk ah...
      yaa kale pake kapal SEGEDE PKR-SIGMA, ya kegedean lah om smilikity haha!❇❇❇
      susah beloknya, apalagi klo cuman ngadepin kapal2 bandit piyik2

      tupoksinya uda diatur, paling cocok pake kelas kapal patroli, PC dan KCR-40m, ato klo perluw pake TANK BOT haha!✅✅✅

      makanya di selat melaka dan kepulauan riau, biar pun lewat kapal segede kapal induk amrik dan CSG-21 britis slalu ditemenin PC ama KCR 40m

      nah klo PKR paling cuco patroli di lingkar dalem batas kontinen,
      klo kapal2 130-150 seperti ARROWHEAD-INDO..kerennya ya di ZEE ama diluar ZEE, kerna py jarak tempuh jauh dan enduran yg lama..gak perluw bolak balik ke pangkalan begitchu..haha!♻♻♻

      Hapus
    2. KCR itu kisah ketika anggaran pertahanan kita mulai mendapat penguatan di era SBY......yg berarti KCR bukanlah platform yg ideal melainkan platform yg muncul dari keterbatasan anggaran

      Hapus
    3. Masa mainnya perairan di dalam mulu gak mau berkembang.

      Kalau keluar ya perlu juga x real frigate kalau perlu destroyer namanya juga TNI AL menuju World class navy

      Hapus
  4. Latihan lagi guys MUANTAB sebelah sibuk ngocok bingung coli alias COLMEK

    BalasHapus
    Balasan
    1. bacot anak haram jadah , biadab

      Hapus
    2. Eehhhh ada bencong lg ngamuk xaxaaaxaxaxaxaxaxa sama kayak bibibnya suka teriak2 sumpah serapah xaxaxaxaxaxaxaxaxa gitu kok d panggil habaib xaxaxaxaxaxaxaxaxaxaxa nih congπŸŒπŸŒπŸŒπŸŒπŸŒπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ€£πŸ€£πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›

      Hapus
    3. anak haram jadah laknat luh biadab

      Hapus
    4. @unknown anak kutis suka dorong & makan TELEK

      Hapus
  5. Kesian sebelah sepi latihan wkwkwk

    BalasHapus
  6. Kesian sebelah tak dianggap penting sama Australia wkwkwk

    BalasHapus
  7. Sebelah tak diajak kerena budget Ciput, hanya harap derma minyak buat exercise, pas exercise jg hanya bisa pakai boat kecik dan kapal ompong 🀣🀣🀣 nih ta kasih pisang 🍌🍌🍌

    BalasHapus
  8. Otak 1cc tumben blm nongol. Gw udah tebar pisang dimana2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti dia nongol jam 11 dan jam 12 pas lagi sepi.. Si Gemporkwaria lagi ngelayanin Tusbol Mat Bangla.. Wkwkwkkwkwk..

      Hapus
  9. Bahkan untuk membeli helikopter TUDM pun tak mampu.

    Pemerintah hanya bisa menyewakan helikopter sementara bagi TUDM.

    Malon senang digondolin umngok bangla cina

    Kahkahkahkah

    Sudah kismin masih sombong

    BalasHapus
  10. wuee gambar diatas 3 kapal 1 jalur...supirnya jago nich gaesz bisa lurus haha!✅✅✅

    https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgmGcb6pvqWTz5SXND832N5LDhtuAhjRiHr3HKJ1Vqf-tK4BBaS-uj8vxPQH3xxy5MhmhVVj-xFXcydhlWj0I11l8_L61zsWs10PyQvkfUk7Qgji9C1Z9jnST5ErWMNSaklt-sdhuztS_k94rCUlP34-dZaRKiVNoFmsJkiddR6iprIMRNOxK0mkec4=s1080

    BalasHapus
  11. Mengenal lebih baik Tamadun Bangsa Melayu dan keterkaitannya dengan Malaysia .... (berambung)

    Smoga berguna bagi anda-anda semua

    Salam Damai Serumpun dari Tanah Melayu Se,menanjung
    --------------

    Menjadi Melayu itu bukanlah semata-mata menjadi Melayu, namun secara tidak langsung atau langsungnya menjadi sebahagian dari satu kebudayaan manusia dari sekian banyak kebudayaan manusia di muka bumi ini.
    Kebudayaan Melayu itu - seperti juga kebudayaan manusia-manusia yang lain itu terlahir dari pengaruh sekeliling, dari unsur alam dan manusia. Hubungan dengan kebudayaan manusia lain memperkayakan lagi kebudayaan sedia ada dan itulah sifat yang kebanyakan ada pada budaya-budaya manusia yang lain. Manusia beradaptasi dari hubungannya dengan alam dan manusia, menghasilkan peradaban demi peradaban, tamadun demi tamadun.
    Itu juga adalah elemen-elemen untuk bertahan demi kelangsungan hidup, dan ini terbukti berjaya apabila manusia Melayu masih mempertahankan pendirian dan kebudayaannya, teruji merentas waktu ribuan tahun. Keunikan identitinya jelas, tidak ada yang sama baik kebudayaan Timur dan Barat, Utara dan Selatan, tinggal lagi kebudayaannya ada hubungkait rapat dengan budaya manusia-manusia serumpunnya di sekelilingnya, menandakan Melayu itu ada kaitan sejarah dan budaya dengan manusia-manusia berhampiran dengannya. Maka tidak mudah untuk menuduh begitu dan begini kepada Melayu, sementelah langit dan benua ini begitu kukuh terpasak sejarah dan budaya-budaya pribumi itu, jika mahu membuang Melayu darinya maka mesti dan pasti membunuh kesemuanya sekali.
    Melayu itu sendiri adalah 'jigsaw puzzle' paling besar dari semuanya. Semua sejarah dan budaya serumpunnya berhubungkait dengannya - seolah-olah seperti kapsul masa.

    BalasHapus
  12. GMF Dapat Kontrak USD 80 Juta dari Kemhan, Rawat Pesawat Hercules TNI AU

    PT Garuda Maintenance Facility atau GMF Aero Asia Tbk bisnis perawatan pesawat militer. Saat ini GMF menangani sejumlah proyek terkait pesawat milik TNI AU melalui Kementerian Pertahanan.
    Direktur Utama GMF, Andi Fahrurrozi, mengatakan kontrak dengan Kemhan yakni untuk perawatan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU. Nilai kontrak ini mencapai USD 80 juta.
    "Untuk tahun ini pesawat TNI AU yang kita dapatkan dari kontrak melalui Kemenhan adalah modifikasi centering box untuk 8 pesawat Hercules C-130," ujar Andi dalam konferensi pers virtual, Jumat (20/8).

    Pesawat Hercules pertama dari kontrak ini baru akan masuk pada Desember 2021. Total ada 8 pesawat yang akan dikerjakan oleh GMF.
    "Pesawat pertama akan masuk di Desember 2021. Nominal pada kontrak itu adalah 80 juta dolar dan itu kontribusinya sangat besar bagi GMF," kata dia.
    "Kemudian dengan TNI AU tahun ini kita dapat maintenance untuk beberapa engine CF-56DS3. Kemudian support untuk komponen service dan juga untuk material untuk mendukung overhaul dari pesawat 737 milik TNI AU," lanjutnya.

    Selain dengan Kementerian Pertahanan dan TNI AU, GMF juga berhasil mendapat kontrak dengan Sekretariat Negara untuk merawat pesawat kepresidenan.
    "Kami juga dapat kontrak dari Setneg untuk perawatan pesawat BBJ Kepresidenan," ujarnya.

    GMF juga menjalin kerja sama dengan anak perusahaan PLN, PT PJB terkait proyek generator. Menurutnya proyek ini kontribusinya cukup besar untuk keuangan GMF.
    "Untuk project PLN terutama dengan anak perusahaan PLN yaitu PJB kami dapat overhaul untuk generatornya dan proyek ini sangat signifikan dan besar. Salah satu yang besar di PJB Cirata yang sedang berjalan," kata dia.
    Tak hanya itu, GMF juga berhasil mendapat kontrak dengan Pertamina Grup untuk proyek turbin dan generator. Juga proyek pembangkit swasta di luar perawatan aviasi.

    https://kumparan.com/kumparanbisnis/gmf-dapat-kontrak-usd-80-juta-dari-kemhan-rawat-pesawat-hercules-tni-au-1wMuSycSTui/full

    -------------------------

    LUARR BIAASAAHH $ 80 juta dolar...gaesz buat apgred 8 bijik C-130 kita hore haha!✅✅✅

    ituw blom termasuk kontrak2 laen utk BOWING 737 dan BOWING BBJ-2 wuuiihhh...sangar..

    mAEROTS ngiler tuch haha!������

    apalagi WARGANYET KL gaesz,

    -$ 80 juta ituw lebih besar dari $70jt heli bonsai

    -$ 80 juta ituw lebih besar dari RM 70 juta<-ringgit buat apgred KORNET KL yg katanya 25x ituw haha!������

    BalasHapus
  13. KL sambut 1 bijik BOMBER tua amrik
    pake 8 pesawat dari 3 merek, 3 negara
    uda seperti pawai kemerdekaan yak haha!♻♻♻

    https://twitter.com/tudm_rasmi/status/1441666348451463171

    sementara:

    -ada penceroboh BOMBER ELDER BRADER masuk ZEE takde skrambel haha!❎❎❎

    -ada penceroboh 16 bijik PESAWAT BESAR ELDER BRADER masuk ZEE, cuman disambut pesawat 1 HAWK KECIK...haha!❎❎❎

    60NM ituw dket bner gaesz klo pake pesawat...mana rame2 pulak...kesian yach

    https://www.thestar.com.my/news/nation/2021/06/01/rmaf-16-foreign-military-aircraft-detected-near-malaysian-airspace?fbclid=IwAR1wJVHXxqCQOnfoaE-l1bJD2ycagxwzOXSvsysaw68rkaE5qC6F7Q1xFyA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata mamarika jadi seakan-akan B 52 yg ceroboh udara malon karena di pepet 3 type pesawat tempur.... Wkwwkkwkk

      Hapus
  14. OOT, KIHKIHKIH.....GRADE A


    Apakah Pengakhiran Projek Kapal LCS Kita?

    Masih belum cecah air…

    (DEFENCE SECURITY ASIA) – Nampaknya episod sedih projek pembinaan enam buah kapal Littoral Combat Ship (LCS) belum menunjukkan penghujungnya, walaupun selepas sembilan tahun kontrak pembinaan kapal-kapal TLDM itu ditandatangani.

    Rakyat Malaysia perlu menunggu lebih lama lagi untuk melihat kapal-kapal LCS itu siap. Lompong-lompong dalam kawalan perairan negara yang sepatutnya diisi oleh kapal-kapal LCS itu akan terus kosong untuk dieksploitasi oleh musuh-musuh negara, sebagaimana yang kini berlaku di Beting Patinggi Ali) (Luconia Shoals).

    Bayangkan… kontrak ditandatangani pada 2011 tetapi sehingga hari ini rakyat Malaysia masih belum nampak kelibat sebijik kapal LCS pun mencecah permukaan air walaupun berbilion ringgit sudah dibelanjakan.

    Mungkin ada pihak yang “tersilap” dalam membaca kontrak pembinaan kapal LCS itu dan menyangka mereka sedang membina kapal pengangkut pesawat (aircraft carrier) berkuasa nuklear. Mungkin itulah “sebab” utama disebalik tempoh yang terlalu lama untuk pihak kontraktor utama menyiapkan kapal LCS yang pertama dan lima buah yang lain.

    Drama LCS ini sedikit sebanyak juga memberikan gambaran sebenar terhadap kemampuan industri pertahanan kita, kemampuan industri pembinaan kapal, pengurusan projek, sikap terhadap pertahanan negara dan lain-lain lagi.

    Menyedihkan, apatah lagi ia berlaku selepas satu lagi drama yang hampir sama membabitkan pembinaan kapal-kapal New Generation Patrol Vessel (NGPV) untuk TLDM.

    Apakah kita sudah lali dengan perkara-perkara begini dan menerimanya sebagai suatu kebiasaan untuk rakyat Malaysia. Kalau iya, kita boleh lupakan impian untuk menjadi negara maju.

    Episod NGPV dan kini LCS (kedua-duanya melibatkan implikasi kewangan berbilion-bilion ringgit wang awam) telah menjadikan Malaysia sebagai bahan lawak negara-negara luar. (orang Zimbabwe pun gelak kat kita)

    Terbaru Menteri Pertahanan Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob dalam Dewan Rakyat berkata, Kementerian Pertahanan sedang menimbang beberapa opsyen untuk menyelamatkan projek pembinaan kapal-kapal LCS oleh Boustead Heavy Industries Corporation (BHIC) bernilai RM9 billion.

    Opsyennya adalah membiarkan BHIC menyelesaikan kontrak itu atau menamatkan kontrak dan melantik syarikat penyelamat.

    Opsyen yang lain adalah melantik Naval Group France untuk menyiapkan pembinaan dua buah kapal tetapi opsyen itu kata Menteri Pertahanan telah pun ditolak oleh Jemaah menteri.

    Jika kerajaan memilih supaya BHIC menyiapkan projek ini, ia perlu melepaskan RM3 bilion lagi untuk projek ini, kata Ismail.

    Mengikut kontrak, kapal LCS pertama sepatutnya diserahkan kepada TLDM pada 2017 tetapi dilengahkan kepada 2019 dan kini sudah hendak memasuki 2021, masih tiada bayang kapal pertama.

    Setakat ini masih belum ada maklumat tentang opsyen mana yang dipilih oleh kerajaan untuk menyelamatkan projek pembinaan kapal-kapal LCS ini.

    Masa depan projek bernilai RM9 bilion ini masih terumbang-ambing lagi dan rakyat Malaysia pun tidak tahu sama ada mereka akan melihat kapal LCS TLDM berada di perairan mengawasi sempadan negara.

    Mungkin juga kapal LCS yang direkabentuk dengan kemampuan halimunan akan kekal “halimunan” daripada pandangan rakyat Malaysia untuk selama-lamanya.

    Satu lagi persoalan adalah, apa akan jadi kepada persenjataan, sistem sensor dan elektronik yang kontraknya telah ditandatangani sebelum ini.

    Pasti sistem-sistem yang sepatutnya antara paling moden di pasaran sudah pasti lapuk sebelum ia dapat dipasang di kapal-kapal LCS. Peluru berpandu anti-kapal, NSM buatan firma Norway, Kongsberg pun sudah lemau.

    Maklumlah, sudah hampir 10 tahun kontrak LCS ini berjalan dan nampak gaya penantian untuk kapal pertama LCS negara akan terus berlarutan.

    — DEFENCE SECURITY ASIA

    BalasHapus
  15. TOOTHLESS, OMPONK...

    Ada Usaha Lengkapkan Kapal Peronda Kelas-Kedah Dengan Peluru Berpandu?

    (DEFENCE SECURITY ASIA) – Apa sebenarnya perancangan Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) terhadap isu menaiktaraf enam buah kapal peronda generasi baru kelas-Kedah yang mula memasuki perkhidmatan pada tahun-tahun 2006-2009.

    Pada ketika itu, pembinaan kapal adalah diatas konsep Fitted For But Not With (FFBNW) tetapi sudah dekat 15 tahun (sejak kapal pertama kelas-Kedah dilancarkan) tiada tanda-tanda keenam-enam buah kapal itu akan dilengkapi dengan persenjataan lain selain daripada meriam.

    Direkabentuk berdasarkan rekaan kapal korvet Meko 100 oleh syarikat Blohm + Voss terdapat harapan ketika ia mula dilancarkan bahawa kapal-kapal seberat lebih 1,800 tan itu akan dilengkapi dengan peluru berpandu (selepas beberapa tahun berkhidmat) bagi membolehkan ia “bergigi” ketika melaksanakan rondaan terutamanya di Laut China Selatan yang kini “semakin panas.”

    Bagaimanapun,kita kini sudah hendak sampai ke penghujung tahun 2021 dan kapal-kapal peronda kelas-Kedah masih tidak “bergigi” dan sekadar dilengkapi dengan meriam 76mm dan 30mm.

    “Pada ketika ini, TLDM telah melihat pelbagai opsyen untuk menaiktaraf kemampuan kapal peronda generasi baru itu untuk menjadi plafform peluru berpandu.”

    “Bagaimanapun, kajian mendalam perlu dilaksanakan untuk menentukan sama ada kemampuan peluru berpandu itu akan selari dengan objektif kapal kelas ini,” kata beliau sebagaimana dipetik di dalam temuramah dengan majalah pertahanan itu.

    Nampaknya, kita terpaksa menunggu lebih banyak kajian dilakukan sebelum melihat kapal-kapal peronda kelas-Kedah itu dinaiktaraf sebagai platform peluru berpandu.

    Namun, ia adalah satu permulaan yang baik kerana terdapat usaha di pihak TLDM untuk melihat sama ada kapal-kapal peronda itu perlu dilengkapi dengan peluru berpandu.

    Apa yang perlu adalah Kementerian Kewangan untuk meluluskan peruntukan tambahan.

    Panglima TLDM itu juga berkata, dalam keadaan ketika ini, sekiranya TLDM memutuskan untuk melengkapkan kapal-kapal peronda kelas-Kedah itu dengan peluru berpandu, ia akan memberikan tekanan tambahan terhadap belanjawan TLDM.

    Sementara itu, Mohd Reza juga berkata, menaiktaraf kapal-kapal kelas-Lekiu TLDM dengan peluru berpandu yang baru juga bergantung dengan masa depan projek pembinaan kapal-kapal Littoral Combat Ship (LCS) yang kini mengalami kelewatan yang amat serius.

    Melengkapkan kapal-kapal friget kelas-Lekiu itu dengan peluru berpandu yang baru merupakan di antara opsyen yang sedang dikaji untuk mengekalkan kedudukan platform peluru berpandunya.

    Beberapa tahun sebelum ini, admin pernah diberitahu bahawa terdapat cadangan untuk melengkapkan kapal-kapal peronda kelas-Kedah ini dengan peluru berpandu Naval Strike Missile (NSM) yang dibangunkan oleh firma Kongsberg daripada Norway, peluru berpandu yang sama sebagaimana digunakan oleh kapal-kapal LCS TLDM.

    Ia sekurang-kurangnya akan mengurangkan kos penyelenggaraan dan alat ganti kerana faktor commonality.

    Tetapi tak tahu apa jadi dengan cadangan itu sekarang ini, apatah lagi kapal-kapal LCS pun tak siap-siap sehingga kini.


    — DEFENCE SECURITY ASIA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Malon aneh bro..

      Kapal Peronda jadi..kd ingat Hansip klo malam Ronda
      .wkwkwkwkak

      Hapus
    2. kajian teruss........
      endingnya zonkkk....
      kena prank lagi

      Hapus
    3. Jangan2 memang Kedah class itu downgrade.... Alias gak capable untuk jadi sekelas korvet.

      Memang hanya murni sebuah kapal patroli.

      Hapus
  16. Malon tak diajak latihan karena suka BUAL dan LAWAK je hahaha...

    BalasHapus
  17. Gak ada gemPORK kagak seru, nih loh gue jemput pakai fisang khas untuk gemporkwaria xixixi 🍌🍌🍌

    BalasHapus
  18. Lhoooo...khan udah saya beri tau, tanpa Ritual Pemanggilan Khusus dengan segala persyaratannya ngak turun di dunia nyata, dia masih di Alam Ghoib πŸ™‚

    BalasHapus