Inilah Tawaran Fregat FDI/Belharra Prancis ke Indonesia

01 Juni 2024

Fregat FDI/Belharra pertama Amiral Ronarc’h D660 untuk AL Prancis (photo: Reddit)

Pembuat kapal Prancis, Naval Group, menawarkan fregat Defense and Intervention Frigates (FDI) dengan konfigurasi penuh ke Indonesia. Proposal tersebut mencakup kemungkinan produksi lokal, rudal ASTER 15 dan 30, Sistem Manajemen Tempur SETIS®, radar AESA, ITAR-free guarantee, dan jangka waktu konstruksi 36 bulan.

Proposal Fregat FDI ke Indonesia

Delegasi Indonesia yang menaiki FS Bretagne yang meliputi Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Erwin S. Aldedharma juga mendapat pemaparan mengenai fregat FDI tersebut. Dinyatakan bahwa fregat FDI sangat selaras dengan kebutuhan TNI AL akan pembangunan kapal tempur permukaan yang cepat dan operasi armada tempur kolaboratif, serta meningkatnya kekhawatiran TNI AL terhadap ancaman siber dan elektronik dalam peperangan laut.

Salah satu fitur utama FDI yang ditunjukkan oleh perwakilan Naval Group adalah statusnya sebagai “digital frigate/frigat digital” pertama. Penunjukan ini menggarisbawahi penggabungan pertimbangan digital dan keamanan siber kapal sejak tahap desain awal. Karakteristik penting lainnya dari FDI yang disampaikan kepada para pejabat TNI AL adalah pengurangan Radar Cross Section (RCS) dan rendahnya signature magnetik, inframerah, dan elektronik.

Spesifikasi fregat FDI/Belharra (image: Mer et Marine)

Selain itu, FDI ditawarkan dalam konfigurasi multi-misi penuh, artinya TNI AL bisa mendapatkan seluruh sensor dan senjata anti-udara, anti-kapal selam, anti-permukaan, asimetris, dan peperangan elektronik. Ini termasuk 32x SYLVER VLS untuk rudal ASTER 15 dan 30, acoustic decoys CANTO, radar multi-fungsi Sea Fire 4D AESA, serta sonar array yang dipasang di lambung kapal, kedalaman variabel, dan derek.

Selain itu, mirip dengan FDI yang saat ini sedang dibangun untuk Angkatan Laut Prancis dan Yunani, FDI Indonesia akan dilengkapi dengan dua pusat data, sistem manajemen keamanan siber terpusat, dan pusat Asymmetric Warfare khusus yang mencakup optronik siang dan malam 360⁰, sistem pengawasan dengan tampilan resolusi tinggi dan augmented reality.

Satu pusat data cukup untuk mengelola seluruh fungsi FDI, sedangkan pusat data kedua siap mengambil alih segera jika diperlukan, misalnya jika pusat data pertama lumpuh karena serangan siber/kinetik. Ini adalah bagian dari kemampuan redundansi digital FDI, menurut perwakilan Naval Group.

Konfigurasi penuh untuk Indonesia: AAW, ASW, ASuW, Assymetric Warfare (photo: NavalNews)

CMS dan Data Link

Untuk sistem manajemen tempur (CMS), FDI Indonesia juga akan menggunakan SETIS®, sehingga TNI AL dapat bergabung dengan ‘SETIS Club’ bersama angkatan laut lain di seluruh dunia yang menggunakan CMS. Naval Group menjelaskan bahwa melalui klub ini, TNI AL dapat belajar dari pengalaman angkatan laut lain dengan SETIS dan, jika diinginkan, berbagi wawasannya. Selain itu, TNI AL mempunyai kesempatan untuk meminta peningkatan perangkat lunak yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya.

Perwakilan Naval Group menambahkan bahwa CETIS sepenuhnya dapat dioperasikan dengan SUBTICS® CMS yang akan diinstal pada dua Scorpène Evolved Indonesia.

Untuk mengakomodasi kebutuhan TNI AL agar armada masa depannya dapat diintegrasikan dengan platform yang belum diubah, FDI ditawarkan dengan I4®Drones Management/Mission Software dan hanggar khusus UAV. Tergantung pada permintaan Indonesia, FDI juga dapat dipasang pada jaringan Tactical Data Link yang berbeda, termasuk Link 11, Link 16, Link 22, dan Link Y.

Menariknya, dalam pemaparannya ditegaskan bahwa FDI merupakan kapal perang bebas ITAR/ITAR-free.

Dalam 36 bulan fregat FDI/Belharra siap untuk delivery, jika produksi kapal pertama dilakukan di Prancis (photo: NavalNews)

Produksi, Pemeliharaan, dan Kesiapan Lokal

Naval News mendapat penjelasan tambahan bahwa FDI pertama untuk Indonesia dapat dibangun di Prancis dalam waktu 36 bulan dan FDI berikutnya akan dibangun secara lokal oleh perusahaan pembuat kapal milik negara Indonesia, PT PAL Indonesia. Namun, serupa dengan Scorpène Evolved, Prancis juga terbuka terhadap gagasan produksi lokal penuh dari kapal pertama.

PT PAL Indonesia mengatakan kepada Naval News bahwa mereka juga tertarik dengan FDI, terutama yang berkaitan dengan aspek “frigat digital”, dan akan menyambut baik ide produksi lokal.

Program pendidikan dan pelatihan komprehensif bagi personel TNI AL yang akan mengoperasikan kapal tersebut juga telah diusulkan. Untuk pemeliharaan, FDI akan menampilkan sistem pemeliharaan prediktif terintegrasi, yang dirancang untuk mengantisipasi dan mengatasi potensi masalah sebelum menjadi kritis.

Dari segi kesiapan, FDI dirancang dengan ketahanan 45 hari dan ketersediaan teknis hingga 300 hari per tahun. Kapal itu juga bisa memiliki umur lebih dari 30 tahun.

(Naval News)