8 Agustus 2007
KRI dr Suharso (990) TNI Angkatan Laut (photo : TNI-AL)
Kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) jenis Bantu Angkut Personel (BAP) KRI Tanjung Dalpele-972 akan berubah nama menjadi Kapal Rumah Sakit TNI AL yang diberi nama KRI dr Suharso-990.
Kesiapan untuk menjadi kapal rumah sakit ini tengah dituntaskan Koarmatim meliputi mengecatan perubahan nama kapal di lambung kapal serta pemberian tanda palang merah dengan dasar putih yang akan di lambung dan di atas siap mengemban misi kemanusiaan.
Kapal memiliki panjang keseluruhan 122 meter, daya angkut sebesar 11.300 ton, berbobot mati 2480 ton dan kecepatan maksimum 15 knot. Disamping itu juga memiliki ciri khas lain yakni berupa Dockwell yang dapat dijadikan sebagaimana layaknya dock terapung untuk dua buah LCU-23M. Mobilitas kapal ini cukup tinggi karena dilengkapi dengan Stern Ramp dan Side Ramp. Selain itu kapal tersebut dilengkapi dengan fasilitas kesehatan mulai dari Ruang Bedah, Poliklinik, Penunjang Klinik hingga Fasilitas Tempat Tidur dan Ruang Perawatan. Fasilitas akomodasi di kapal ini dirancang untuk mampu menampung 75 orang ABK, 65 orang tenaga para medis, 40/100 orang pasien dalam keadaan darurat dan 400 orang pasukan.
Sebagai Rumah sakit terapung KRI dr Suharso-990, sebelumnyamemiliki nama KRI- Tanjung Dalpele 972 yang tergabung sebagai unsur Satuan Kapal Amphibi (Satfib) Komando Armada RI Kawasan Timur, kapal ini diproduksi Daesun Korea Selatan, dan tiba di Indonesia (Surabaya) tanggal 21 September 2003.
Disamping itu juga Rumah Sakit Terapung KRI dr.Suharso-990 memiliki ciri khas lain seperti memiliki dua Helli Pad yang mampu menampung 2 buah Helicopter secara bersamaan juga dilengkapi dengan meriam 57mm dan 2 unit senjata Metraliur serta memiliki Dockwell yang dapat dijadikan sebagaimana layaknya dock terapung untuk dua buah LCU-23M.
Eks KRI Tanjung Dalpele (972) TNI Angkatan Laut (photo : Kaskus Militer)
Nama kapal perang rumah sakit dr. Suharso-990 adalah merupakan nama yang diambil dari nama salah satu dokter yang banyak berjasa perjuangan Ia dokter pejuang dan dokternya para pejuang. Sebagai dokter Palang Merah , ia terjun ke medan juang merawat penderita yang cedera dalam pertempuran. Para penderita itu banyak yang sudah kehilangan tangan atau kaki, menjadi orang cacat untuk selama-lamanya. Untuk meringankan penderitaan mereka, dokter Suharso berupaya membuat tangan dan kaki tiruan.
Dokter kelahiran desa Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada tanggal 13 Mei 1912, ini sungguh merasa kasihan melihat keadaan para pejuang yang cedera dalam pertempuran itu. Dalam benaknya timbul tekad untuk menolong mereka. Jangan sampai orang-orang yang cacat itu merasa tidak berguna dan menjadi sampah masyarakat. Mereka tidak boleh kehilangan harga diri.
Atas pengabdiannya, ia pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden RI No.088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 . Ia memang seorang pejuang. Semenjak menyelesaikan studi di AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) Bagian B di Yogyakarta, lalu melanjut ke Nederlandsch Indische Artsen School di Surabaya dan lulus sebagai Indisch Arts tahun 1939, ia bekerja sebagai asisten di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Surabaya. Karena bertengkar dengan seorang suster Belanda, ia dipindahkan ke Sambas (Kalimantan Barat). Di sana ia bertugas sampai saat Jepang mendarat di Indonesia .
Ada yang unik terhadap tampilan luar Kapal Rumah Sakit dr. Suharso ini, dimana gambar Red Cross mera putih atau biasa kita kenal sebagai ciri atau lambang Palang Merah terpampang besar dilambung kiri dan kanan kapal rumah sakit ini sebagai ciri khas rumah sakit terapung TNI AL.
Kapal Rumah Sakit ini merupakan kapal yang dapat difungsikan untuk penanganan korban bencana alam, operasi kemanusiaan lainya serta kapal yang difungsikan sebagai kapal penanganan korban perang .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar