30 Juni 2023

Perisai Trisula Nusantara (1)

30 Juni 2023

Konsep Perisai Samudra Nusantara (all photos : KompasTV)

Memborong Alutsista, Indonesia dalam Ancaman Perang?

AKUISISI 12 pesawat Mirage 2000-5 bekas dari Qatar memicu pro-kontra. Fokus perdebatan bukan hanya pada harga yang terbilang mahal, yakni Rp12 triliun, tapi juga urgensinya.


Sebagian publik mempertanyakan untuk apa mengambil pesawat bekas karena Indonesia telah memesan pesawat Rafale baru dari Prancis, IFX hasil kerja sama dengan Korea Selatan, dan F-15 dari Amerika Serikat (AS). Kontroversi kian kencang karena pemerintah justru menambah pembelian pesawat Mirage 2000-9 bekas milik Uni Emirat Arab (UEA).
 

Merespons sorotan tersebut, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut pembelian pesawat bekas sebagai interim solution karena banyak pesawat temput TNI AU berusia sangat tua dan perlu refurbishment. Perbaikan dan modernisasi tidak serta-merta bisa dilakukan karena membutuhkan waktu lama, paling cepat 18 bulan.
 

Sedangkan kehadiran pesawat tempur baru masih membutuhkan waktu lama. Seperti Rafale, paling cepat diterima 3 tahun dan baru kelar selama 5 tahun ke depan. Mirage 2000-5 pun masih laik pakai, karena usia pakai rata-rata 10-15 tahun dan jarak tempuh masih sangat rendah.


Sebenarnya, di era Prabowo ini mendatangkan alutsista bekas merupakan bagian dari belanja alusista besar-besaran. Bisa dibilang gebrakan ini puncak program modernisasi alutsista atau minimum essential force (MEF) yang berlangsung sejak 2009. Pada fase MEF III ini (2019-2024), target belanja bukan kaleng-kaleng, sebab di antaranya merupakan alutsista kelas berat.


Beberapa alutsista yang sudah diakusisi maupun masuk daftar akusisi di era Prabowo antara lain pesawat Rafale, F-15, kapal selam Scorpene, fregat FREMM, fregat Arrow Head atau Merah Putih, rudal jarak jauh (balistic missile) KHAN, dan rudal pertahanan pantai (coastal defense) Brahmos dan lainnya. Selain alutsista impor, Indonesia juga gencar memberdayakan industri pertahanan dalam negeri.


Belanja alutsista yang bisa dibilang terbesar semenjak era Orde Lama, menjadikan Indonesia negara terkuat di belahan bumi selatan, tentu mengundang tanda tanya. Di antaranya apakah Indonesia sedang melakukan perlombaan senjata (arm race) atau bahkan ada ancaman serangan dari negara lain atau perang di depan mata? Skeptisme sangat wajar muncul karena penggunaan anggaran besar untuk memperkuat pertahanan tentu berdasar pertimbangan rasional dan matang. 


Bidak Telah Bergerak 
Keputusan Indonesia belanja alutsista besar-besaran tentu bukan sekadar untuk gagah-gagahan sehingga Indonesia tidak ketinggalan (arm race) dari China, India, Australia, dan sejumlah negara sahabat di Asia Tenggara. Atau, agar target kekuatan militer Indonesia masuk 10 besar dunia bisa secepatnya tercapai. 


Keberadaan alutsista juga bukanlah barang koleksi yang ditumpuk begitu saja dan hanya dikeluarkan untuk parade militer di Harlah TNI. Lebih dari itu, sekuat apa kekuatan militer dimiliki suatu negara, dalam hal ini kuantitas dan kualitas persenjataannya, akan menghadirkan efek gentar (deterrence effect) agar negara lain berpikir seribu kali sebelum mengusik.


Walaupun dalam keadaan damai, suatu negara juga tidak boleh berleha-leha dan menganggap akan berlangsung damai selamanya. Justru, untuk mempertahankan kondisi damai inilah diperlukan upaya strategis memperkuat otot militer untuk mengantisipasi setiap ancaman masa depan, seperti dipercaya kalangan militer semenjak era Romawi kuno: si vis pacem para bellum (jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang).


Kesadaran inilah yang juga dipahami Prabowo Subianto. Saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertajuk "Optimalisasi Industri Pertahanan dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21" di Universitas Padjajaran Bandung (9/7). Ia menegaskan bahwa sejarah manusia mengisahkan bangsa yang ingin damai dan merdeka adalah bangsa yang siap perang. 


"Itulah inti pertahanan. Kalau jadi perang, kita tidak bisa buru-buru ke supermarket membeli alat perang," ujar dia.


Berangkat dari pemahaman ini, jika Indonesia ingin siap menghadapi perang, maka minimal mulai dari sekarang negara ini sudah mau berpikir soal potensi adanya perang dan mengoptimalisasi industri pertahanan. 


Dalam momen tersebut, mantan Danjen Kopassus ini memaparkan definisi perang sebagai pemaksaan kehendak oleh sebuah negara dengan tujuan menguasai suatu wilayah atau sumber daya suatu negara. Caranya, yaitu dengan kekuatan fisik atau kekerasan. Mengutip filosopi perang bangsa Athena, suatu negara wajib memiliki pertahanan yang kuat untuk mengantisipasi perang.


"The strong do what they can and the weak suffer what they must. Kalau dia mampu membom dia membom kalau mampu hancurkan satu kota dia akan lakukan. Yang lemah akan menderita," kata Prabowo.

See full article SindoNews

PH Navy Deploys 2 Modern Anti-sub Assets in Palawan

30 Juni 2023

Frigate BRP Antonio Luna (FF-151) and its partner AgustaWestland (now Leonardo) AW-159 "Wildcat" helicopter (all photos : PN)

MANILA – The Philippine Navy (PN) has deployed two of its more modern and capable assets, the missile and anti-submarine warfare (ASW) frigate BRP Antonio Luna (FF-151) and its partner AgustaWestland (now Leonardo) AW-159 "Wildcat" helicopter, to beef up the capabilities of the Western Command (Wescom) based in Puerto Princesa, Palawan.

In a Facebook post on Tuesday, the Wescom said these two anti-submarine assets have recently arrived in its area of responsibility.

"These two tandem ASW platforms have been deployed on the country’s western border for maritime and sovereignty patrols that ensure effective maritime presence, particularly, in the West Philippine Sea (WPS)," it added.

The post did not say when the frigate and helicopter arrived at the Wescom area for security reasons.

Wescom said the deployment of the BRP Antonio Luna and the "Wildcat" anti-submarine helicopter represents a full-mission deployment for the PN.

It also added that inclusion of the AW-159 also beefed up the warfighting package of BRP Antonio Luna.

"The tandem platforms engage in different tests and training activities while patrolling the WPS," Wescom stressed.

It added that the presence of these modern naval and air assets in Wescom's joint operational area ensures the Armed Forces of the Philippines' (AFP)'s readiness and commitment to defending the country's maritime interests against any potential threats.

"The deployment of these warfighting assets is a necessary step to protect the nation's sovereignty and territorial integrity. The FF-151 and AW-159 crews have also been working together to ensure maximum readiness during any eventualities," Wescom pointed out.

It also said that the deployment of these assets serve as a critical deterrent to any hostile forces in the region.

"The combined warfighting capabilities of FF-151 and AW-159 better equip the AFP to defend the country's sovereignty against any potential threat in its western frontier," Wescom pointed out.

An AW-159 landing made its first landing on the flight deck of BRP Antonio Luna while the ship was underway off Corregidor Island last April 27.

"On the morning of 27 April 2023, the Philippine Navy achieved another significant milestone in its development of anti-submarine warfare capability as the PN AW-159 Mk220 'Wildcat' helicopter, with tail number NH-441, successfully conducted its first deck landing aboard BRP Antonio Luna, an ASW guided missile frigate, while underway at vicinity 30 nautical miles southwest of Corregidor Island," a post on the BRP Antonio Luna's Facebook page said.

This achievement demonstrates the growing capability and readiness of the Navy's crews and platforms as a team for ASW operations.

"Both the JRCFs (Jose Rizal Class Frigates) and the PN Wildcats were products of the 1st Horizon Projects under the Revised AFP (Armed Forces of the Philippines) Modernization Program, which were delivered and commissioned into the service in 2020/2021 and 2019, respectively. The JRCFs were built by Hyundai Heavy Industries of South Korea while the PN ‘Wildcats’ was built by Leonardo Helicopter Limited UK (LHUK)," the post further said.

The PN's "Wildcat" aircrew are still undergoing the contracted in-country training with LHUK while the JRCFs are being used in the various operational areas of the country.

The AW-159s, which the PN has two, were acquired to increase the ASW capabilities of the JRCFs.

"The PN through the Naval Air Wing and Offshore Combat Force are taking steps to complete the integration of these game-changer assets in order to be deployed together in securing our maritime domain," the BRP Antonio Luna said.

It added that these initiatives are a great contribution to fulfilling the Navy’s vision of becoming a modern, multi-capable naval force responsive to our maritime nation's defense and development.

Meanwhile, Wescom spokesperson Commander Ariel  Joseph Coloma, in a separate interview, said these two ASW assets arrived in their area last week.

He added that these assets are now conducting patrols in the WPS.

Coloma also said the deployment of these naval assets aims to fulfill maritime patrol requirements in the WPS. 

(PNA)

Kadispenau Sebut Pesawat Super Hercules C-130J Hemat Energi Hingga 50 Persen

30 Juni 2023

Pesawat C-130J Super Hercules TNI A-1340 (photo : Lockheed Martin)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama (Marsma) TNI R. Agung Sasongkojati menyampaikan pesawat baru TNI AU C-130J Super Hercules punya beberapa keunggulan, salah satunya hemat energi sampai 50 persen dibandingkan dengan Hercules pendahulunya. Menurut Kadispenau, kelebihan itu sangat berarti untuk operasional Hercules dalam mendukung operasi-operasi TNI Angkatan Udara.

"Dia (C-130J Super Hercules) lebih cepat, lebih tinggi, lebih banyak daya angkutnya, lebih hemat, lebih irit. Jadi sekali lagi, pesawat ini lebih cepat dibandingkan dengan pesawat yang lama, lebih tinggi terbangnya. Kemudian juga lebih hemat dalam penggunaan bahan bakar, serta betul-betul efisien dan efektif dibandingkan dengan pesawat yang lama. 50 persen lebih hemat. Itu sangat berarti," kata Kadispenau saat menyambut kedatangan unit kedua C-130J Super Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/6/2023).

Dia pun optimistis pesawat baru TNI AU buatan Lockheed Martin dari Amerika Serikat itu dapat meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Udara terutama saat melaksanakan operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).

"Pesawat ini bagus, gres, brand new, dibandingkan dengan pesawat-pesawat Hercules kita lainnya yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun, bahkan setengah abad. Namun, tidak usah khawatir, Hercules yang setengah abad pun kalau dirawat pasti tetap bagus. Demikian pula, apalagi yang baru seperti ini. Ini akan meningkatkan kemampuan kita membantu masyarakat, pertahanan, keamanan, dan tentu saja untuk pembangunan kita semua," kata Agung Sasongkojati.

Pesawat C-130J Super Hercules TNI A-1340 (photo : TNI AU)

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan RI pada 2019 resmi membeli lima unit C-130J Super Hercules dari Lockheed Martin. Lima pesawat itu dijadwalkan tiba secara bertahap di Tanah Air pada 2023 sampai dengan awal 2024.

Unit pertama C-130J Super Hercules tiba di Lanud Halim Perdanakusuma pada 6 Maret 2023. Unit ketiga sampai kelima dijadwalkan tiba ke Tanah Air pada Juli 2023, Oktober 2023, dan Januari 2023. Kelima pesawat itu nantinya ditempatkan di Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Pesawat Super Hercules C-130J memiliki panjang 34,69 meter, tinggi 11,9 meter, dan lebar sayap 39,7 meter, sementara panjang kompartemen kargonya 16,9 meter, lebar 3,12 meter, dan tinggi 2,74 meter. Pesawat teranyar TNI AU C-130J Super Hercules buatan Lockheed Martin itu dapat membawa beban maksimal hingga hampir 20.000 kilogram atau hampir 20 ton. C-130J Super Hercules juga dapat mengangkut 8 palet atau 97 tandu, 128 pasukan tempur, dan 92 pasukan terjun payung.

Pesawat C-130J Super Hercules juga memiliki peningkatan fitur dari tipe pendahulunya misalnya peningkatan sistem perlindungan bahan bakar, serta sistem penanganan kargo. Ada juga perbaikan sistem flight station yang lebih canggih dan sistem avionik digital terintegrasi penuh.

Pesawat baru TNI AU itu juga telah dilengkapi dengan tampilan layar head-up dan teknologi navigasi canggih yang mencakup sistem navigasi inersia ganda dan GPS. Kecepatan maksimal pesawat C-130J Super Hercules mencapai 660 kilometer per jam pada ketinggian 6.706 meter dan tenaganya diperoleh dari empat turboprop Rolls-Royce AE 2100D yang bisa menghasilkan daya 4.700 tenaga kuda.

(Republika)

29 Juni 2023

Bakamla RI Tambah Perkuatan Kapal Patroli Tercepat di Indonesia

29 Juni 2023

Kapal Kapal High Speed Craft (HSC) yang bernomor lambung HSC IV/32-04 (photo : InfoPublik)

Elshinta.com - Bakamla RI secara resmi mendapatkan perkuatan satu unit Kapal High Speed Craft (HSC) baru karya putra bangsa. Peresmian kapal HSC yang bernomor lambung HSC IV/32-04 ditandai dengan penekanan sirene dan pengguntingan pita dalam suatu rangkaian acara peresmian yang dipimpin langsung oleh Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia di Dermaga PT Palindo Marine Shipyard, Batam, Provinsi Kepri, Senin (26/6).

Adapun spesifikasi kapal HSC tersebut memiliki panjang 14.30 meter, lebar 3.3 meter, bahan badan kapal alumunium, mesin 3 x 425 HP, kecepatan hingga mencapai 65 knots dan akomodasi 6 orang.

Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia dalam sambutannya mengatakan kapal HSC ini merupakan kapal keempat dimiliki Bakamla RI, dan sangat diandalkan dalam penegakan hukum khususnya di wilayah pesisir dan kepulauan. Menurutnya, saat ini tantangan maritim semakin kompleks terutama di wilayah kepulauan yang sering terjadi pelanggaran pelayaran, penyelundupan senjata,  narkoba.

“Dan yang saat ini ditekankan pemerintah adalah Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO),” ungkap Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia.

Kapal Kapal High Speed Craft (HSC) yang bernomor lambung HSC IV/32-04 (photo : Palindo Marine)

Mengakhiri sambutannya, Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia mengatakan, kita patut bersyukur karena keberhasilan dari PT Palindo dalam membangun HSC ini yang merupakan wujud kemampuan industri maritim dalam negeri terhadap keamanan maritim nasional. “Saya berharap  kedepan Bakamla dapat mengadakan HSC lebih banyak,” ujar Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia menutup sambutannya.

Secara simbolik peresmian kapal HSC ditandai dengan pernyataan dari Kepala Bakamla RI yang menyatakan, “Pada hari ini Senin, tanggal 26 Juni 2023, pukul 08.40 WIB HSC IV/32-04 saya nyatakan resmi sebagai unsur patroli Bakamla RI dan masuk dalam jajaran unsur patroli Zona Bakamla Timur”, kemudian dilanjutkan dengan penekanan sirene.

Sebelumnya acara didahului dengan penandatanganan naskah berita acara serah terima kapal dari Dirut PT Palindo Marine Shipyard Harmanto kepada Kepala Biro Sapras Bakamla Laksma Bakamla Rudi Parulian Simorangkir, S.E., kemudian penandatanganan naskah berita acara serah terima kapal dari Kepala Biro sarpras Laksma Bakamla Rudi Parulian Simorangkir, S. E., kepada Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia dan penandatanganan naskah berita acara kapal dari Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Dr. Aan Kurnia kepada Kepala Zona Bakamla Timur Laksma Bakamla Dr. Drs. Haris Djoko Nugroho, M.Si.

Peresmian kapal HSC juga diwarnai dengan pemotongan pita oleh Kepala Bakamla RI yang dilanjutkan dengan peninjauan kapal serta sea trailtrail kapal HSC IV/32-04. Kehadiran Kepala Bakamla RI pada acara peresmian tersebut didampingi Kepala Biro Perencanaan Bakamla Laksma Bakamla Phundi Ruspandi, Kepala Biro Sapras Bakamla Laksma Bakamla Rudi Parulian Simorangkir, S.E., Kepala Zona Bakamla Timur Laksma Bakamla Dr. Drs. Haris Djoko Nugroho, M.Si., dan Direktur Operasi Laut Laksma Bakamla Friche Flack, M. Tr (Opsla).


Prototipe Jet Tempur KF-21 Keenam dan Terakhir Sukses Melakukan Penerbangan Uji Coba Perdananya

29 Juni 2023

Prototipe keenam dan terakhir pesawat tempur KF-21 Boramae (photos : KDB)

SEOUL (Yonhap) -- Prototipe keenam dan terakhir dari pesawat tempur KF-21 Boramae buatan Korea Selatan berhasil melakukan penerbangan pertamanya pada Rabu, kata DAPA, menandai kemajuan terbaru dalam upaya negara itu untuk mengembangkan pesawat perang canggih.

Prototipe dua kursi lepas landas dari Wing Pelatihan Terbang ke-3 (3rd Flying Training Wing) Angkatan Udara di Sacheon, sekitar 300 kilometer selatan Seoul, pada pukul 15:49. dan menyelesaikan penerbangan 33 menit, menurut Defense Acquisition Program Administration (DAPA).

Prototipe pertama dan kedua melakukan penerbangan pertama masing-masing pada bulan Juli dan November tahun lalu, sedangkan yang ketiga, keempat dan kelima masing-masing melakukan penerbangan perdananya pada bulan Januari, Februari dan Mei tahun ini.

Korea Selatan meluncurkan proyek senilai 8,8 triliun won (US$6,74 miliar) pada tahun 2015 untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik canggih yang dimaksudkan untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 negara yang sudah tua.


Prototipe terakhir akan menjalani tes penerbangan tambahan, seperti kinerja avionik dan persenjataan, dan perbandingan operasi penerbangan dengan prototipe kursi tunggal lainnya, menurut DAPA.

Dari prototipe, hanya yang keempat dan keenam yang memiliki kokpit dua kursi. Varian twin-seater KF-21 rencananya akan digunakan untuk misi pendidikan dan pelatihan pilot.

Keenam prototipe akan menjalani total gabungan lebih dari 2.200 tes penerbangan hingga paruh pertama tahun 2026 sebelum pengiriman model produksi pertama yang direncanakan ke Angkatan Udara akhir tahun itu.

Bulan lalu, jet tempur tersebut lulus evaluasi kesesuaian tempur sementara berdasarkan hasil ratusan uji terbang dan darat yang berlangsung selama sekitar dua tahun. Fase produksi awal KF-21 akan dimulai tahun depan.

Pesawat tempur itu dirancang untuk terbang dengan kecepatan maksimum Mach 1,81, dengan jangkauan terbang 2.900 kilometer. Ini akan dilengkapi dengan teknologi canggih, seperti AESA, atau radar active electronically scanned array.

RSS Dauntless LMV Conducted the Inaugural Firing of the MICA Anti-air Missile During Exercise Pacific Griffin 2023

29 Juni 2023

RSS Dauntless-21, Independence-Class Littoral Mission Vessel (LMV) conducted the inaugural firing of the MICA Surface to Air missile at Exercise Pacific Griffin 23 (photo : SIng Mindef)

Singapore and US Navies Conduct Bilateral Exercise Pacific Griffin

The Republic of Singapore Navy (RSN) and the United States Navy (USN) concluded the fourth edition of bilateral Exercise Pacific Griffin, which was held in Guam and its surrounding waters from 18 to 27 June 2023. The RSN participated in the exercise with the Formidable-class frigate RSS Tenacious, with an embarked S-70B Seahawk naval helicopter, and the Independence-class littoral mission vessel RSS Dauntless. The USN participated with the Ticonderoga-class guided missile cruiser USS Shiloh, with an embarked MH60R Seahawk naval helicopter, the Independence-class littoral combat ship USS Manchester, with a MH60S Seahawk and an MQ-8C naval helicopter embarked, and the Lewis and Clark-class dry cargo ship USNS Cesar Chavez. The exercise also involved naval divers from both the RSN and USN.

RSS Tenacious-71, fired two harpoon missiles in a simultaneous-time-on-target firing during Exercise Pacific Griffin 23 (photo : Sing Mindef)

This year's exercise saw both navies conduct a series of advanced naval warfare exercises, including serials such as an escort of a high-value asset, naval gunnery firing, and a surface action group exercise, where assets and personnel from the two navies planned and executed a series of warfare missions. In addition to the firing of the anti-surface Harpoon missile by RSS Tenacious, RSS Dauntless also successfully conducted the inaugural firing of the MICA anti-air missile. RSN naval divers also conducted training in areas such as maritime explosive ordnance disposal and maritime counter-terrorism operations. On the sidelines of the exercise, RSN personnel partnered USN personnel in community relations activities to aid the local community in Guam following Typhoon Mawar.

Exercise Pacific Griffin 23 participating assets sailing in formation (photo : Sing Mindef)

RSN's Commander First Flotilla and exercise Co-Commander Task Group, Colonel Ng Kok Yeng Daniel highlighted the value of the exercise in enhancing cooperation and professionalism between the two navies. He said, "Exercise Pacific Griffin is an important exercise, and is part of a series of regular bilateral interactions with our US counterparts. It serves as a valuable platform for both navies to enhance our mutual cooperation and understanding. With the vast training space in the waters off Guam, the exercise also provides us with the opportunity to hone our sharp edge and capabilities."

The Independence-class littoral combat ship USS Manchester (LCS 14), Lewis and Clark-class dry cargo ship USNS Cesar Chavez, Republic of Singapore Navy Independence-class littoral mission vessel RSS Dauntless (LMV 21) and an MH-60R Seahawk helicopter prepare to sail in formation in the Philippine Sea during Exercise Pacific Griffin 2023 (photo : Dvids)

Sailing on board RSS Tenacious as part of the Sea Combat Commander team, which comprises personnel from both navies, the USN's Co-Commander Task Group, Deputy Commodore Destroyer Squadron 7, Capt. Sean Lewis added that "this exercise demonstrated how two nations can come together with a common interest and create an exercise of such robust execution".

USS Shiloh cruiser CG-67 (photo : Seaforces)

Conducted biennially since 2017, Exercise Pacific Griffin highlights the strong navy-to-navy relations between Singapore and the US, as well as the excellent and long-standing bilateral defence relations between both countries. Apart from bilateral exercises, both navies also engage in a wide range of activities, including professional exchanges, cross-attendance of courses and participation in multilateral exercises. These regular interactions have enhanced cooperation and mutual understanding between the two militaries, and deepened personal and professional ties between their personnel.

28 Juni 2023

Pesawat C-130J Super Hercules TNI AU Yang Kedua Tiba di Jakarta

28 Juni 2023

Pesawat C-130J Super Hercules TNI AU kedua dengan tail number A-1340 (all photos : Kemhan)

Pesawat C-130J Super Hercules TNI AU yang kedua telah hadir di Tanah Air. Kedatangan pesawat dengan tail number A-1340, disambut tradisi water salute dan pengalungan slempang batik kepada empat crew pesawat C-130J oleh Wakasau Marsdya TNI A. Gustaf Brugman, di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu (28/6).


Pesawat C130J yang ke-2 tersebut rencananya akan diserahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada beberapa hari ke depan. Sebelumnya, Menhan Prabowo telah menyerahkan pesawat C-130J Super Hercules pertama kepada Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di Bulan Maret 2023, yang disaksikan  Presiden Jokowi  dan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid dan Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.


Dari lima Pesawat C-130J Super Hercules TNI AU produksi Lockheedmartin AS pesanan pemerintah melalui Kemhan ini, sebanyak dua unit sudah tiba dan pesawat berikutnya menyusul pada Juli serta Oktober 2023. Sementara pesawat kelima dijadwalkan pada Januari 2024.

Perbaikan Simulator Hawk di Depo 40

28 Juni 2023

Perbaikan simulator Hawk Lanud Rusmin Nuryadin di Depo 40 Bandung (photos : Koharmatau)

Baru-baru ini Depo Pemeliharaan 40 Koharmatau, Sulaeman Bandung telah berhasil memperbaiki Host Computer Simulator Hawk 209. Host Computer Simulator yang berhasil diperbaiki tersebut merupakan fasilitas latihan (Faslat) dari Wing 6 Lanud Rusmin Nurjadin (RSN) Pakanbaru.


Perbaikan dilaksanakan di Bandung kemudian oleh Bantuan Pemeliharaan Lapangan (Banharlap) dilaksanakan instalasi yaitu melakukan instalasi host computer dengan menghidupkan stand alone lebih kurang 2 jam, melaksanakan setting konfigurasi dan instalasi host computer ke dalam sistem simulator.


Kemudian dilaksanakan uji coba berupa test load dan uji terbang oleh anggota faslat selama 3 jam dengan hasil host computer dapat bekerja dengan baik, menghidupkan simulator beserta host computer secara prosedural selama 1 jam dengan hasil baik, melaksanakan uji terbang oleh penerbang skadron 12 (Kapten Pnb Arif Rahman dan Lettu Pnb Hadi Prayitno selama 1 jam dengan hasil baik dan normal, melaksanakan endurance tes sistem simulator tanpa beban selama 2 jam dengan hasil baik dan normal.


Setelah instalasi di faslat Wing 6 Lanud RSN, dan diujicoba dengan hasil baik, dilaksanakan serah terima barang hasil pemeliharaan untuk dapat dipergunakan kepada Kafaslat Wing 6 Mayor Pnb Martono, Selasa (27/6/23)

Hanwha Memulai Produksi AS9 Huntsman SPH untuk AD Australia

28 Juni 2023

Hanwha akan memasok 30 AS-9 SPH 155mm dan 15 AS-10 AARV kepada Australia (photo : HDA)

Hanwha Defense Australia (HDA) telah memulai produksi kendaraan keluarga AS9 dan AS10 Huntsman untuk Angkatan Darat Australia di bawah program Land 8116 Fase 1 negara itu, kata perusahaan itu kepada Janes pada 26 Juni.

Di bawah program ini, Departemen Pertahanan Australia (DoD) menandatangani kontrak senilai AUD1 miliar (USD667 juta) dengan HDA untuk memasok 30 self-propelled howitzer (SPH) AS9 155 mm dan 15 kendaraan pemasok amunisi lapis baja AS10 (AARV).

Seorang juru bicara dari HDA mengatakan produksi tiga kendaraan pertama – dua AS9 dan satu AS10 – yang akan dikirim ke Angkatan Darat Australia sedang berlangsung di pabrik produksi Hanwha di Changwon, Korea Selatan.

Juru bicara menambahkan bahwa produksi 28 AS9 dan 14 AS10 yang tersisa – yang perlu diproduksi di Australia – di bawah kontrak akan dimulai pada tahun 2024.

“Produksi kendaraan buatan Australia akan dimulai tahun depan. Pembangunan Pusat Keunggulan Kendaraan Lapis Baja Hanwha/Hanwha Armoured Vehicle Centre of Excellence (H-ACE) di Geelong di mana kendaraan Huntsman akan dibangun saat ini lebih cepat dari jadwal dan akan selesai tahun depan, ”tambah juru bicara itu.

Juru bicara juga mengindikasikan bahwa jadwal pengiriman kendaraan telah dipercepat melalui jadwal baru yang telah disepakati. Namun, juru bicara itu tidak menjelaskan lebih lanjut.

27 Juni 2023

Local Defence Industry Marks Maintenance Milestone

27 Juni 2023

The completion of deep maintenance on a US Navy MH-60R Seahawk 'Romeo' helicopter with Australian and US Defence and industry representatives in Nowra (photo : US DoD)

The Australian defence industry marked the first-ever deep-level maintenance completion of a United States Navy MH-60R Seahawk ‘Romeo’ helicopter in Nowra, NSW today.

In October 2022, the helicopter arrived in Australia and will soon return to the United States after successful maintenance and repairs by defence industry partner Sikorsky Australia.

More than 200 personnel in Nowra support the world-class Australian capability, delivering maintenance, logistics, warehousing and technical support for the Royal Australian Navy MH-60R.

This achievement highlights a 100-year partnership between Australia and the United States.

Efforts continue to strengthen supply chain resilience in the region with Australia pursuing options to expand maintenance, repair, overhaul, and upgrade of manufacture capabilities.

The Royal Australian Navy fleet of MH-60R helicopters is expanding to a total of 36 aircraft from mid-2025 through Project SEA9100.

Quotes attributable to Assistant Minister for Defence, Matt Thistlethwaite:

“Australians performing a deep level maintenance on a Romeo helicopter signifies the trust and confidence of the United States Navy in our local industry, and the skill and competence of our tradespeople and technicians.”

“Sikorsky Australia and its employees should rightly be proud of this achievement. It is no small feat to keep the most advanced maritime helicopter in the world fighting fit.”

“Our local defence industry partners continue to achieve excellent outcomes. With the support provided for the Romeo helicopter, we can now add this significant milestone to its list of achievements.”

(Aus DoD)

Prabowo Pastikan Indonesia Penuhi Komitmen ke Korsel soal Proyek Jet Tempur KFX/IFX

27 Juni 2023

Pesawat tempur KF-21 Boramae (photo : KF21 Boramae)

JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan Pemerintah Indonesia akan memenuhi semua komitmen-komitmen terhadap Korea Selatan (Korsel) terkait proyek pesawat tempur KFX/IFX.

"Iya itu memang akan kita negosiasi terus sama mereka. Pokoknya kita akan penuhi komitmen-komitmen kita," kata Prabowo setelah diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di lingkungan Istana Negara, Jakarta, Senin 26 Juni sore.

Prabowo mengatakan saat ini pemerintah sedang bernegosiasi dengan Korsel.

Disinggung mengenai waktu pemenuhan komitmen proyek KFX/IFX itu, Prabowo enggan merinci secara spesifik. Namun, Prabowo menjamin akan memenuhi seluruh komitmen terhadap Korsel.

"Kita pokoknya penuhi komitmen kita kepada mereka," ucapnya disitat Antara.

Pemerintah Indonesia turut ambil bagian dalam proyek pengembangan pesawat tempur KFX/IFX bersama Korsel. Jet tempur itu diberi nama KF-21 Boramae.

Indonesia dikabarkan masih memiliki kewajiban pembiayaan untuk proyek KFX/IFX.

Total investasi untuk KF-21 Boramae adalah senilai 8,8 triliun won, atau sekitar Rp100 triliun dengan skema pembiayaan 60 persen dari pemerintah Korsel, 20 persen dari Korea Aerospace Industries (KAI) --perusahaan pertahanan asal Korsel--, dan 20 persen dari Pemerintah Indonesia.

Pengembangan KF-21 Boramae saat ini berada pada tahap engineering and manufacturing development (EDM), yang diperkirakan berlangsung hingga 2026. Setelah itu, jet tempur akan masuk ke tahap produksi massal.

Indonesia berencana membeli 48 unit KF-21 Boramae dalam program gabungan tersebut, sementara Korsel membeli 120 unit.

(VOI)

Awasi Jalur Lintas Kapal di Samudera Pasifik, TNI AL Dirikan Lanal Baru di Sarmi, Papua

27 Juni 2023

Sarmi, Papua (image : GoogleMaps)

SARMI, KOMPAS.TV - Posisi Perairan dan wilayah Laut Sarmi berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, area ini sering dijadikan jalur lintas kapal dari luar maupun lokal, ditambah maraknya kegiatan illegal logging, illegal fishing, pencurian hasil kekayaan laut dan sumber daya alam lainnya, sehingga TNI AL Komando Armada III mendirikan pangkalan Angkatan Laut di Sarmi, Papua.

Dengan aktivitas seperti ini dapat meningkat kerawanan pencurian dan ancaman keamanan di laut tinggi hal ini yang mendorong pemerintah dan masyarakat setempat menginginkan adanya tni al di wilayah Kabupaten Sarmi.

Pada rangkaian kegiatan peresmian Lanal Sarmi, dimeriahkan dengan atraksi olahraga dirgantara dan bakti sosial penyerahan sembako kepada masyarakat sekitar.

26 Juni 2023

Austal Australia Delivers 5th Evolved Cape-class Patrol Boat Royal Australian Navy

26 Juni 2023

The fifth of eight Evolved Cape-class Patrol Boats (ECCPB’s), ADV Cape Woolamai (318) (photo : Austal)

Austal Limited (Austal) (ASX: ASB) is pleased to announce Austal Australia has delivered the fifth of eight Evolved Cape-class Patrol Boats (ECCPB’s) to the Royal Australian Navy.

The vessel, ADV Cape Woolamai was officially accepted by the Commonwealth of Australia on 22 June 2023.

Austal Limited Chief Executive Officer, Paddy Gregg said the delivery of the fifth Evolved Cape-class Patrol Boat again highlights Austal’s proven shipbuilding capabilities, efficiency and productivity from the Henderson, Western Australia shipyard.

“With the delivery of every Evolved Cape-class Patrol Boat, Austal is demonstrating the capacity, capability, and expertise to construct naval vessels for Australia to the highest quality, efficiently.

“This latest vessel, the ADV Cape Woolamai, is the fifth we have delivered in just 15 months. We’re launching and delivering a new patrol boat every three months, following approximately 12 months construction.

“Austal’s highly skilled and efficient local production team, supported by our trusted supply chain partners, are achieving outstanding productivity in the delivery of the Evolved Cape-class Patrol Boat Project for the Royal Australian Navy.

“We remain on track to deliver all eight Evolved Cape-class Patrol Boats on schedule, in mid-2024 and thank the Commonwealth again for their trust in our team to deliver this great capability for Australia,” Mr Gregg added.

The 58-metre aluminium monohull patrol boat is the fifth of eight to be delivered to the Royal Australian Navy since the project commenced in May 2020. The first four Evolved Cape-class Patrol Boats, Cape Otway, Cape Peron, Cape Naturaliste, and Cape Capricorn were delivered within a twelve-month period, from March 2022. The sixth Evolved Cape-class patrol Boat, the ADV Cape Pillar, was launched at the company’s Henderson, Western Australia shipyard earlier this month.

The Evolved Capes feature new, larger amenities to accommodate up to 32 people, improved quality of life systems and advanced sustainment intelligence systems that further enhance the Royal Australian Navy’s ability to fight and win at sea. The patrol boats will be utilised for a wide variety of constabulary and naval missions and play a critical role in Australia’s national security, as a high-performing, reliable and effective maritime asset.

Austal Australia continues to employ approximately 400 people (directly) in Western Australia and is engaging more than 300 supply chain partners across Australia, to deliver the Evolved Cape-class Patrol Boat Project (SEA1445-1) for the Royal Australian Navy.

In-service support for the Cape, Evolved Cape and Guardian-class Patrol Boat fleets operated by the Australian Border Force, Royal Australian Navy and Pacific Island nations is provided by Austal Australia through dedicated service centres located in Henderson, Western Australia; Cairns, Queensland; and Darwin, Northern Territory.

Austal Australia is also contracted to deliver 22 steel Guardian-class Patrol Boats to the Commonwealth of Australia under the Pacific Patrol Boat Replacement Project (SEA3036-1) and has delivered 15 vessels since 2018.

Prabowo Subianto Remajakan Seluruh Pesawat Tempur RI

26 Juni 2023

Setelah program upgrade 41 kapal perang TNI AL kini seluruh pesawat tempur TNI AU juga akan menjalani program upgrade (photo : Antara)

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan pemerintah meremajakan (refurbish) seluruh pesawat tempur TNI Angkatan Udara, terutama yang sudah tua atau yang masa pakainya lebih dari 30 tahun. Menurut Prabowo masa peremajaan pesawat tempur tua paling cepat menghabiskan waktu 18 bulan.

“Itulah upaya kami di Kementerian Pertahanan, pertama refurbish semua pesawat tempur kita sekarang. Semua pesawat tempur kita refurbish, (itu) sedang kita laksanakan sekarang,” kata Prabowo Subianto saat jumpa pers di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 19 Juni 2023.

Kementerian Pertahanan merencanakan peremajaan (upgrade/refurbish) dan perbaikan (overhaul/repair) untuk beberapa pesawat TNI AU, di antaranya SU-27/30, F-16, dan Hawk 100/200. Dalam proses yang bersamaan, Kementerian Pertahanan juga membeli pesawat tempur baru Dassault Rafale buatan Dassault Aviation dari Prancis, dan F-15 Super Eagle dari Amerika Serikat.

Namun tiga unit pesawat baru Dassault Rafale dijadwalkan tiba di Tanah Air dalam waktu 36 bulan atau tiga tahun ke depan. Sementara itu, proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari pemerintah Amerika Serikat, mengingat F-15 dibeli dengan skema foreign military sales (FMS).

“Pesawat baru yang sudah kita tanda tangan kontrak, terutama Rafale dari Prancis itu paling cepat adalah yang pertama datang itu 36 bulan, tiga tahun, dan selesainya itu kira-kira rata-rata 60 bulan. Jadi (baru bisa) operasional mungkin 60 bulan atau lima tahun,” kata Prabowo.

Oleh karena itu, demi memastikan TNI AU selalu siap tempur, Kementerian Pertahanan membeli 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar. "Pembelian Mirage ini adalah sebagai, pertama suatu interim solution (solusi sementara). Jadi pesawat-pesawat kita yang sekarang ada sudah sangat tua dan dalam keadaan perlu refurbishment yang cukup besar," kata dia.

See full article Tempo

HTMS Prachuap Khiri Khan Practice Firing Leonardo 76/62 Guns with VULCANO BER Ammunition

26 Juni 2023

OPV-552 HTMS Prachuap Khiri Khan the Krabi-class offshore patrol vessel conducted live firing with Leonardo 76/62 Super Rapid Multi Feeding main gun fired VULCANO 76 BER (Ballistic Extended Range) 76mm ammunition, the characteristics of the projectile there is a scattering of fragments (photos : Royal Thai Navy)

Offshore patrol boats of the HTMS Krabi series HTMS Prachuap Khiri Khan Royal Thai Navy (RTN) has practiced naval firearms with real ammunition during preparatory training 3rd NAC: Third Naval Area Command off the coast of Phuket in the Andaman Sea.

Together with other ships from the Phang Nga Naval Base, including frigate series HTMS Chao Phraya class HTMS Sai Buri practiced naval gun shooting NG12-1(H/PJ33A) twin 100mm and two twin 37mm NG15-2 (Type 76A) machine guns and fast attack ships, the HTMS Chonburi series of guns. HTMS Phuket Practice firing the OTO Melara 76/62 ship guns and the twin Oto Melara Breda 40/L70 DARDO machine guns. HMS Prachuap Khiri Khan Launched a Leonardo 76/62 Super Rapid Multi Feeding (SR MR) naval gun, another success after the first real launch of the Harpoon Block 1C in March 2023.


Firing of the Leonardo 76/62 SR MR of HMS Prachuap Khiri Khan which is a warship built in a Thai shipyard recently, on 23 June 2023, it was also revealed for the first time that VULCANO 76 BER (Ballistic Extended Range) ammunition was also fired.

The 76mm VULCANO BER is a long-range non-guided ammunition based on the Vulcano family of 155mm and 127mm ammunition, capable of firing at both surface targets, air target and supporting coastal fire with a firing range of up to 30km.

Using the Multifunction Fuze system such as Altimetric Fuze (Height Fuze), Proximity Fuze (Nearly Explosive Fuze), Time Fuze and Impact & Fusion and Delay Impact, it is a ship that is capable of using very modern weapons.

(AAG)

25 Juni 2023

Deretan Jet Tempur Canggih Yang Batal Dibeli Indonesia

25 Juni 2023

F-5 Tiger TNI AU sewaktu masih aktif (photo : TNI AU)

Deretan Jet Tempur Canggih Gigit Jari Batal Dibeli Indonesia Untuk TNI AU

Merdeka.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan membeli 42 jet tempur Rafale. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah menandatangani kontrak dengan Prancis.

Secara bertahap, pesawat tempur ini akan datang ke Indonesia. Dimulai dengan enam buah pesawat yang sudah disepakati.

Selain pembelian pesawat, terdapat juga penandatanganan nota kesepahaman antara Dassault Aviation dengan PT Dirgantara Indonesia, yang menyepakati pemeliharaan dan perbaikan pesawat tempur Prancis di Indonesia.

Rafale merupakan pesawat tempur segala peran (multirole atau Perancis menyebutkan sebagai omnirole) yang dioperasikan Prancis sejak 2004. Hingga 2018, Prancis mengoperasikan sedikitnya 132 unit Rafale untuk AU dan 48 unit untuk Angkatan Laut Prancis.

Pengganti F-5 Tiger
Pesawat Rafale ini akan digunakan oleh skadron-skadron TNI AU. Kementerian Pertahanan memang memfokuskan pengadaan pesawat tempur untuk menggantikan F-5 Tiger yang telah dipensiunkan dan hingga kini belum ada gantinya.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Fadjar Prasetyo menuturkan, TNI AU telah mengirimkan enam penerbang untuk menjalani latihan mengawaki pesawat jet tempur generasi 4,5 Rafale buatan Dassault Aviation yang dibeli Indonesia dari Prancis.

"Sudah kami kirim enam penerbang dan delapan orang teknisi ke Prancis untuk menjalani latihan," kata Fadjar

Sebagai pelengkap, Indonesia juga kemungkinan akan membeli Mirage 2000. Pesawat ini sama-sama berasal dari Prancis. Bisa menjadi pesawat transisi bagi pilot-pilot TNI AU sebelum menerbangkan Rafale.

Sebelumnya sejumlah pabrikan pesawat tempur gencar melobi pemerintah Indonesia. Namun dengan pemilihan jet tempur ini, kini mereka harus gigit jari. Apa saja pesawat tempur yang batal dibeli oleh Indonesia?

F-16 Viper dengan livery TNI AU (image : Lockheed Martin)

F-16 Viper
Indonesia sempat menjajaki pembelian F-16 Viper. Tahun 2019 lalu, Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna menyebutkan armada F-16 Viper Block 72/72 akan memperkuat armada militer udara.

Pilot-pilot TNI AU memang sudah akrab dengan F-16. Tidak perlu lagi persiapan banyak untuk menggunakan salah satu varian tertinggi pesawat produksi Lockheed Martin ini.

Pabrikan F-16 pun sudah merayu Indonesia agar kembali menggunakan produk mereka. Dalam website Lockheed Martin mereka telah memasang foto F-16 Viper, lengkap dengan cat loreng biru khas TNI AU.

Pesawat itu merupakan generasi paling baru dan paling mutakhir untuk TNI AU. Mereka juga menyebut seri F-16V Blok 72 itu adalah yang paling canggih di dunia saat ini.

 Namun pembelian F-16 Viper tak pernah terjadi. 

Sukhoi Su-35 (photo : Mikhail Voskresenskiy)

Sukhoi Su-35
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli Sukhoi SU-35 dari Rusia. Total Kemhan dan TNI berencana mendatangkan 11 jet tempur untuk menggantikan F-5.

"Dalam rapat terbatas, Presiden RI sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah Pesawat Sukhoi SU-35 yang siap tempur," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tahun 2017.

Mabes TNI mengatakan bahwa Pesawat Sukhoi SU-35 yang akan datang sudah sesuai dengan spek yang diajukan oleh Kasau, sudah siap tempur antara lain dilengkapi persenjataan Air to Air Missile, Air To Ground Missile, Bomb, Ground Suport Equipment, Simulator, Spare Part termasuk mesin cadangan.

Namun Sukhoi-35 batal mengangkasa di langit Nusantara. Tahun 2022 pembelian Sukhoi dibatalkan. Indonesia beralih pada Rafale dari Prancis.

SAAB Gripen dengan livery TNI AU (image : Saab Indonesia)

SAAB Gripen
Salah satu pesawat yang sempat dilirik juga adalah SAAB Gripen. 

Pabrikan jet tempur asal Swedia SAAB, memposting jet tempur Gripen buatannya dengan logo TNI AU. Ada empat desain yang dibuat. Mereka memang gencar melobi Indonesia untuk membeli jet tempur multiperan itu.

"Gripen untuk Indonesia. Kami telah membuat beberapa ide desain untuk Gripen dengan karakter Indonesia. Yang mana yang menjadi favorit Anda?" tulis SAAB di akun Facebooknya tahun 2019 lalu.

Gripen menggunakan yang dapat mendeteksi dan mengindentifikasi pesawat musuh dari jarak maksimum 120 kilometer.

Gripen dirancang sebagai senjata bertahan untuk melindungi dari serangan potensial. Gripen dirancang untuk digunakan pada landasan pacu pendek bahkan hanya 800 meter.

Harga pesawat multiperan ini ditaksir mencapai USD 69 juta atau setara dengan Rp 893 miliar. Selain Swedia, Jas 39 ini juga digunakan oleh Afrika Selatan, Thailand, Hungaria, Republik Ceko.

Northrop F-Tigershark (photo : National Museum)

F-20 Tigershark
Di awal tahun 1980an, TNI AU menggunakan jet tempur F-5 Tiger buatan pabrikan Northrop Corp dari Amerika Serikat. Si harimau ini menggantikan F-86 Sabre dari Australia yang sudah usang.

Northrop saat itu tengah mengembangkan jet tempur baru yang lebih canggih yakni F-20 Tigershark. Sepintas bentuknya tak berbeda jauh dengan F-5 Tiger yang sudah familiar bagi para pilot TNI AU.

F-20 mempunyai keunggulan, biaya operasional murah dan perawatan yang mudah. Pesawat ini bisa disiapkan untuk lepas landas dengan waktu yang sangat singkat untuk kemudian memburu lawannya.

Si Hiu Macan dinilai cocok digunakan untuk negara berkembang dengan budget pertahanan yang terbatas. Indonesia pun awalnya tertarik untuk membeli.

Namun prototipe F-20 Tigershark beberapa kali mengalami kecelakaan. AS memilih F-16 masuk armadanya. Begitu juga Indonesia dan negara lainnya.