31 Desember 2021

TNI AU Gelar Ranpur ILSV di Lanud Silas Papare dan Lanud Yohanis Kapiyau

31 Desember 2021

ILSV di Lanud Silas Papare Jayapura dan Lanud Yohanis Kapiyau Timika (photos : TNI AU)

MYLESAT.COM – TNI AU menggelar kekuatan terbarunya di Papua. Alutsista darat yang digelar adalah ranpur ILSV alias Indonesian Light Strike Vehicle. Ranpur ini sempat mencuri perhatian publik saat ditampilkan untuk pertama kali pada pameran pertahanan Indo Defence 2014.

“Penggelaran ini sesuai perintah Panglima TNI, kami menyiapkan ILSV di Jayapura dan Timika,” ungkap KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Menurut Marsekal Fadjar, TNI AU menggelar ranpur ILSV di dua pangkalan udara, yaitu Lanud Silas Papare di Jayapura dan Lanud Yohanis Kapiyau di Timika.

Sesuai fungsinya untuk pertahanan pangkalan (Hanlan), ILSV dioperasikan oleh satuan Korpaskhas TNI AU yang berada di kedua Lanud. “Kehadiran ILSV ini untuk memperkuat unsur Pertahanan Pangkalan,” tambah KSAU lagi.

Kedatangan ILSV di Jayapura dan Timika ini adalah bentuk dukungan Mabes TNI terhadap pangkalan udara yang dioperasikan TNI AU. Dengan sistem perlindungan diri dan ground cleareance 284 mm, ILSV sangat tangguh diajak melahap medan kasar.

KSAU sendiri melihat langsung ILSV yang dioperasikan Paskhas saat dihadirkan di pelataran Mabesau pada 28 Desember 2020.

ILSV J-Force dioperasikan Paskhas untuk berbagai misi. Seperti penyerangan, pengintaian, komunikasi, patroli jarak jauh, dan bantuan kemanusiaan.

Rantis lapis baja dengan kapasitas mesin 2.982 cc ini dihadirkan dalam dua varian untuk Paskhas, yaitu varian kubah RCWS (Remote Control Weapon System) dengan senapan mesin berat, dan varian kubah putar manual dengan senapan mesin sedang.

Indonesian Light Strike Vehicle (ILSV) adalah kendaraan taktis yang diproduksi J-Forces (PT Jala Berikat Nusantara Perkasa) bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Ranpur ini pernah ditampilkan dalam parade dan defile peringatan HUT TNI Ke-74 TNI Tahun 2019 di Lanud Halim Perdanakusuma.

Untuk varian angkut personel, ILSV diluncurkan dalam dua varian yaitu APC 2.5 dan 4.5. ILSV pada dasarnya adalah rantis 4×4 multirole yang dibangun dari sasis Toyota Hilux Generasi VII. Bobot ILSV berkisar di angka 3,5 ton.

Pada Indo Defence 2016, ILSV ditampilkan juga dalam varian varian antipeluru dengan baja berstandar NIJ level III. Selanjutnya tahun 2017 dimulai produksi serial varian GAG (Guerilla Anti Guerilla) untuk Korps Brimob.

Versi GAG bisa membawa delapan pasukan dan dibekali mesin 170 hp 2.500 cc Toyota Hilux.

Tahun 2020, IMLA (Indonesian Military Landworthiness Authority) Puslaik Kementrian Pertahanan (Kemhan) melaksanakan sertifikasi kelaikan rantis ILSV J-Forces 2400 cc dan ILSV J-Forces Armored 2400 cc Kopaska dalam rangka uji statis dan uji sinamis.

Dengan diterimanya sertifikat kelaikan dari Puslaik Kemhan, ILSV pun resmi menjadi salah satu ranpur terbaru andalan TNI, melengkapi deretan ranpur yang sudah dioperasikan sebelumnya.

(MyLesat)

Myanmar Army Conducts Training of SH-1 155mm SPH

31 Desember 2021

SH-1 155mm SPH of the Myanmar Navy (photo : Myanmar Defence Review)

Gun crew of Myanmar Army SH-1 155 mm howitzer inputting  target's azimuth data into the automatic fire control system computer which can calculate the trajectory of the artillery and automatically lay the gun.

SH 1 is a 155 mm/52 calibre wheeled self-propelled artillery system developed by China North Industries Group Corporation (NORINCO). It is also considered one of the best among wheeled self-propelled artillery systems.

Being a wheeled self-propelled howitzer, SH 1 is easy to produce and maintain but as capable as tracked artillery system. However it is much more mobile than the towed howitzers and thus well suited for mountainous regions of Myanmar.

That is the main reason why Myanmar bought large number of SH 1 howitzers in early 2010s. Currently there are as many as 72 SH 1 howitzers in Myanmar inventory and they are used extensively in many counter insurgency operations.

Since 2015, SH 1s were spotted in many occasions including the Armed Forces Day patade.

SH 1 can fire a range of ammunitions, including: Extended-Range, Full-Bore, Rocket-Assisted, High-Explosive (ERFB-RA/HE) and Extended-Range Full-Bore, Base-Bleed, High-Explosive (ERFB-BB/HE).

When using the ERFB-BB/HE round, the howitzer can reach a maximum range of 53km.

SH 1 is only in service in Myanmar, China and Pakistan.

Philippina Mulai Terima Atmos 2000 SPH

31 Desember 2021

ATMOS 2000 155mm SPH Philippine Army (photo : PDFF)

Philippine Army dilaporkan telah menerima kedatangan Elbit Systems Soltam ATMOS 2000 Self Propelled Howitzer (SPH) pada tanggal 30 Desember 2021. Foto kedatangannya telah muncul di beberapa medsos. 

Kedatangan howitzer sebanyak 8 dari jumlah pesanan 12 unit howitzer 155mm/52 cal diatas platform truk 6x6 sudah menjawab pertanyaan publik tentang platform truk beroda berapa yang digunakan, kendaraan ini kemudian dikirim ke kamp Fort Andres Bonifacio. 

Philippina menjadi negara kedua di kawasan yang mengoperasikan SPH ATMOS 2000 setelah Thailand, namun Thailand mengoperasikan 2 tipe ATMOS 2000 yaitu berbasis truk 6x6 dan 8x8.

Pembiayaan bagi pesanan howitzer ini telah diterbitkan oleh Department of Budget and Management (DBM) Philippina pada bulan December 2019 berupa Special Allotment Release Order (SARO) untuk pembayaran Down Payment sebesar 15% senilai PHP339,867,865.00 dan selanjutnya pada bulan April 2021 sisanya sebesar PHP835,128,700.00 dikelurkan SARO lanjutan oleh DBM.

Keduabelas SPH ini akan menemani 12 howitzer tarik (Towed Howitzer) Elbit-Soltam M-71 155mm/39cal yang telah datang sebelumnya pada pertengahan 2017 yang diperoleh dengan biaya PHP410.84 million.

Angkatan Bersenjata Philippina terus memodernisasi diri tidak hanya pada Angkatan Darat-nya (Philippine Army) saja namun juga pada Angkatan Laut (Philippine Navy) dan Angkatan Udaranya (Philippine Air Force), termasuk dalam hal ini adalah Philippine Marines Corps (PMC).

(Defense Studies)

Turki Akan Ekspor Kapal Patroli Ke Indonesia

31 Desember 2021

KPC-65 Large Patrol Craft 65 meter (image : TAIS)

Setelah sebelumnya mengekspor kapal angkatan laut ke Pakistan, Qatar, UEA, India, Turkmenistan, Georgia, Nigeria, Mesir dan Ukraina, Turki kini muncul di jalur untuk memasuki pasar baru di Asia Tenggara. Dalam sebuah wawancara dengan SavunmaTR, Duta Besar Indonesia untuk Turki Dr. Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan bahwa negosiasi telah dimulai pada pengadaan kapal perang dari Turki, menyatakan bahwa akan ada "peningkatan serius kerjasama dengan Turki pada sistem Angkatan Laut" dan bahwa "kita perlu berbuat lebih banyak untuk meningkatkan hubungan industri pertahanan [...] Itu sebabnya beberapa pembicaraan dimulai tentang kemungkinan Indonesia untuk mendapatkan kapal perang dari Turki.''
Model kapal KPC 65 buatan TAIS (photo : OryxSpioenko)

Desain angkatan laut Turki pertama yang diminati Indonesia adalah KPC 65 (Large Patrol Craft - 65 meter) oleh TAIS Shipyards. Jangan terkecoh dengan penamaannya sebagai kapal patroli, karena kapal sepanjang 65 meter itu memiliki alat pemukul yang serius. Ini datang dalam bentuk meriam 76mm, turret meriam 35mm ganda, dua stasiun senjata jarak jauh (RWS) STAMP 12,7mm, peluncur roket ASW Roketsan, dan delapan rudal anti-kapal ATMACA (AShM). Tentu saja, persenjataan ini dapat diubah tergantung pada kebutuhan pelanggan, dengan kemungkinan Indonesia akan mengganti ATMACA dengan Exocet.

Persenjataan KPC 65 dari kiri ke kanan, dua 12.7mm RWS, AShMs, ASW rocket launcher dan kanon 35mm gun, hanya dua AShMs pada tipe ini (photo :  OryxSpioenko)

Salah satu sistem senjata yang kemungkinan akan dipertahankan adalah peluncur roket ASW Roketsan. Angkatan Laut Indonesia terus mengoperasikan empat belas kelas Kapitan Pattimura (kelas Parchim) dalam peran anti-kapal selam (ASW) dari enam belas yang dibeli dari Jerman pada tahun 1992. Angkatan Laut Jerman telah mewarisi kapal-kapal ini dari Volksmarine Jerman Timur setelah reunifikasi kedua Jerman pada tahun 1991, tetapi memiliki sedikit kebutuhan untuk mengoperasikan kapal setelah berakhirnya Perang Dingin. Sementara sempat memperkuat kemampuan patroli dan ASW Angkatan Laut Indonesia pada saat itu, sonar dan sistem senjata kelas itu sementara itu ketinggalan zaman dan membutuhkan penggantian: KPC 65 mampu memenuhinya.


Indonesia diyakini tertarik pada akuisisi awal dua KPC 65 untuk Angkatan Lautnya. Duta Besar Dr. Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa ''kita akan melangkah lebih jauh di industri pertahanan dan kita akan melihat peningkatan yang signifikan dalam kerja sama kita, terutama di bidang sistem Angkatan Laut [...] dan juga pengembangan, desain bersama antara kedua negara. ''Apakah ini berarti jika KPC 65 akan mengalami perubahan desain berdasarkan kebutuhan Indonesia dan akan diproduksi di galangan kapal di Indonesia masih belum diketahui, meskipun yang terakhir tampaknya masuk akal.

Guided Missile Fast Patrol Boat 67 (GMFPB) dengan desain stealth (image : TAIS)

Selain KPC 65, Galangan Kapal TAIS menawarkan berbagai kapal yang mencakup desain LHD asli pertama Turki, beberapa desain FAC, OPV, korvet dan fregat, kapal pendarat, dan kapal pengisian ulang. Konsorsium TAIS mencakup Galangan Kapal Anadolu (yang saat ini sedang membangun TCG Anadolu LHD), Galangan Kapal Istanbul, Galangan Kapal Sedef, Galangan Kapal Sefine dan Galangan Kapal Selah. Setelah membangun beberapa kapal pendarat besar dan kapal pendarat tank kelas Bayraktar untuk Angkatan Laut Turki, TAIS juga menemukan keberhasilan ekspor dengan pembangunan lima kapal tambahan untuk India dan dua kapal pelatihan kadet dan tiga kapal pendarat untuk Qatar.

Multi Mission Frigate 140, kapal permukaan terbesar dari TAIS Shipyards (image : TAIS)

Apakah Galangan Kapal TAIS mampu menembus pasar Indonesia dengan desain kapal patroli KPC 65, hal ini dapat mengarah pada kerjasama pertahanan yang lebih dalam antara Turki dan Indonesia. Kedua negara saat ini sedang berkolaborasi dalam proyek tank Modern Medium Weight Tank (MMWT), dan Indonesia juga telah menyuarakan minatnya untuk mengakuisisi UCAV Turki.

LHD Anadolu adalah termasuk Juan Carlos class seperti halnya Canberra class milik AL Australia (photo : Weapon Detective)

Pada tahun 2021 Indonesia menguraikan rencana untuk menginvestasikan USD125 miliar untuk memodernisasi militernya. Rencana tersebut memprioritaskan pengadaan peralatan dari industri pertahanan lokal dan mengamankan transfer teknologi dari luar negeri. KPC 65 juga cocok dengan rencana ini, dengan kemungkinan batch pertama dibangun di Turki dan sisanya di Indonesia (seperti yang terlihat pada proyek MMWT). Kerja sama di masa depan dapat melampaui industri pertahanan. Industri teknologi tinggi Turki juga memungkinkan negara tersebut untuk berpartisipasi dalam beberapa proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan Indonesia.

Lihat artikel lengkap OryxSpioenkop

30 Desember 2021

Offset A400M dan Penjualan Pesawat Terbang Indonesia

30 Desember 2021

Manufacturing pesawat A400M (photo : Airbus)

Kementerian Pertahanan dan Airbus Defence and Space (ADS) telah menandatangani kontrak akuisisi dua A400M dan opsi empat pesawat pada 10 Oktober 2021 di Jakarta dan dilanjutkan kegiatan seremonial serupa saat Dubai Airshow 2021 pada 18 November 2021. Kontrak dua A400M memanfaatkan slot Pinjaman Luar Negeri (PLN) senilai US$ 700 juta dalam Penetapan Sumber Pembiayaan (PSP) sebesar US$ 5,8 miliar yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan pada 26 April 2021. Indonesia bersedia menyisihkan dana sebesar €484 juta kepada ADS untuk mendapatkan dua pesawat angkut yang material airframe-nya menggunakan aluminium alloy, titanium alloy dan carbon fiber ini.

Tercakup pula dalam kontrak, yaitu paket offset yang ditujukan kepada PT GMF AeroAsia Tbk dan PT Dirgantara Indonesia. Dibandingkan dengan kontrak akuisisi 36 Rafale dari Dassault Aviation Prancis dan 6 fregat FREMM dari Fincanteri Italia, sasaran offset A400M lebih bagus karena semua firma penerima offset adalah perusahaan yang bonafit, dapat diandalkan dan memiliki rekam jejak yang jelas dalam bisnis dirgantara maupun pertahanan. Lalu bagaimana detail offset yang didapatkan oleh Indonesia dari ADS sehingga negeri ini akan tercatat sebagai operator ke-10 A400M di dunia?

A400M cutaway (image : Airbus)

Pabrikan pesawat terbang Pan-Eropa sepakat memberikan direct offset kepada PT GMF AeroAsia Tbk terkait dengan kemampuan maintenance, repair and overhaul (MRO) A400M, termasuk dokumen-dokumen technical publication dan peralatan ground support equipment. Hal ini selaras dengan kepentingan anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) untuk memperluas lini bisnis ke sektor pertahanan melalui GMF Defense yang kini sedang melaksanakan program penggantian center wing box (CWB) sejumlah pesawat C-130 TNI Angkatan Udara. Kemampuan MRO yang diberikan oleh ADS kepada PT GMF AeroAsia Tbk terbatas pada airframe dan tidak mencakup mesin dan avionik.

Paket indirect offset ditujukan kepada PT Dirgantara Indonesia dan terkait dengan CN235 dan NC212i. Apabila kontrak pengadaan dua A400M telah efektif, BUMN industri dirgantara ini akan mendapatkan autonomous right CN235, sehingga semua komponen pesawat terbang yang memiliki endurance delapan jam itu dapat diproduksi sepenuhnya di Bandung. Cakupan autonomous right CN235 di antaranya produksi CWB dan engine mounting, cowling dan eductor. ADS akan memberikan pula jig dan fixture CWB CN235 yang diambil dari fasilitas di Spanyol untuk mendukung produksi CWB dan komponen terkait di Bandung.

CN235 manufacturing (image : PTDI)

ADS setuju memberikan design and sales authorization kepada PT Dirgantara Indonesia untuk NC212i. Pabrikan pesawat terbang Indonesia diperbolehkan untuk memasarkan NC212i ke seluruh pasar dunia, termasuk negara-negara yang tidak tercakup dalam perjanjian yang ada saat ini dengan ADS. Sebelumnya, BUMN ini harus mendapatkan izin dari ADS untuk memasarkan NC212i di luar kawasan Asia Tenggara. Selain itu, ADS akan menghapus pembagian keuntungan yang disepakati secara kontraktual untuk setiap NC212i yang dijual oleh firma yang didirikan pada 23 Agustus 1976 ini.

PT Dirgantara Indonesia akan pula menerima current design data package NC212i dari ADS, selain transfer teknologi untuk kustomisasi yakni standar konfigurasi EE92 yang sudah mendapatkan sertifikasi EASA. Standar konfigurasi EE92 merupakan kode untuk NC212 yang di antaranya mencakup kalkulasi tentang stress dan strain dan sebarannya, suatu hal yang sangat penting dalam desain, produksi maupun modifikasi pesawat terbang. Semua paket terkait NC212i diperlukan karena produksi pesawat yang ditenagai oleh mesin TPE-331-12JR-701C buatan Honeywell hanya dilakukan di Bandung saja.

Perakitan pesawat NC212 di PTDI (photo : Tempo)

Autonomous right CN235 dapat mempercepat penyerahan pesanan ke konsumen firma ini karena CWB dan komponen lainnya akan diproduksi di Bandung. Namun 2017 merupakan tahun terakhir BUMN yang pernah dipailitkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mendapatkan pesanan CN235 dari konsumen. Dalam kurun waktu 2018-2021, PT Dirgantara Indonesia gagal mendapatkan pesanan CN235 lagi konsumen, sehingga penyerahan CN235-220 MPA N70 untuk TNI Angkatan Laut pada tiga bulan pertama 2022 akan menjadi penyerahan backlog order terakhir. Secara otomatis, lini produksi CN235 di Bandung akan tutup sementara sampai mendapatkan pesanan baru dari konsumen.

Mengapa tidak ada pesanan baru untuk CN235 kepada BUMN ini selama empat tahun berturut-turut? Apakah masalah kemampuan pemasaran? Apakah ada persaingan antara ADS dan PT Dirgantara Indonesia pada ceruk pasar yang hampir sama, yaitu antara C295 versus CN235? Ataukah perpaduan antara kedua faktor tersebut?

Penjualan CN235 dan NC212 oleh PTDI hingga 2016 (image : PTDI)

Untuk NC212i, backlog order kini terdiri atas tujuh unit pesanan Kemhan berdasarkan kontrak 2017 dan dua buah pesanan Ministry of Agriculture and Cooperative Thailand yang ditandatangani pada 2020. Sementara pada 2021 tidak ada pesanan NC212i dari konsumen. Meskipun offset dari ADS cukup menguntungkan bagi PT Dirgantara Indonesia, tetapi kemampuan manajemen PT Dirgantara Indonesia untuk menjual CN235 dan NC212i perlu dibenahi. Rekor empat tahun berturut-turut tanpa ada pesanan CN235 jelas akan mempengaruhi cash flow perseroan antara tiga tahun hingga lima tahun mendatang. (Alman Helvas)

Myanmar Air Force Received Six More Yak-130 Combat Training Aircraft

30 Desember 2021

Six new Yak-130 of the Myanmar Air Force (photos : MRTV-Dambiev)

It is reported that on December 15, 2021, at the already traditional ceremony dedicated to the 74th anniversary of the Myanmar (Burmese) aviation at the airfield of the Myanmar Air Force Flight School Meithil (near Mandalay), 17 different aircraft and helicopters were officially introduced to the Myanmar Air Force, including six new Russian-made Yak-130 combat training aircraft. As can be judged, the Yak-130 planes put into operation at the ceremony have Myanmar side numbers from "1815" to "1820", which brings the total

number of Yak-130s received by the Myanmar Air Force to 20 units, making Myanmar the largest foreign operator of this type.

In addition to six Yak-130s, four Chinese K-8W combat trainers, four Chinese Y-12 light transport aircraft and one ATR 72-600 regional turboprop passenger aircraft and two Airbus AS365N2 Dauphin 2 helicopters purchased from the secondary market were also handed over to the Myanmar Air Force.


Recall that a publicly unannounced contract for the supply of an unnamed number of Yak-130 aircraft to Myanmar was signed by Rosoboronexport on June 22, 2015. The first three Yak-130 aircraft built by the Irkutsk Aviation Plant (a branch of Irkut Corporation PJSC ) under this contract were delivered to Myanmar at the end of 2016 and were transferred to the Myanmar Air Force in February 2017, having received Myanmar side numbers "1801", "1802" and "1803" (serial numbers from 130.12.03-0101 to 130.12.03-0103). In the fall of 2017, the Myanmar Air Force received the next batch of three Yak-130 aircraft with side numbers "1804", "1805" and "1806" (serial numbers from 130.12.03-0104 to 130.12.03-0106). The official ceremony of entering the first six received Yak-130s into the Myanmar Air Force took place on December 15, 2017, at the Meithila airfield.

In December 2018, the following six Yak-130 aircraft with tail numbers from "1807" to "1812" (serial numbers from 130.12.03-0107 to 130.12.03-0112) were delivered to Myanmar. They were put into operation in Myanmar Air Force at a ceremony at the airport Meiktila December 15, 2019.
AS-365N2 Dauphin and Y-12 light transport (photo : MWD)

Two more Yak-130 aircraft with tail numbers "1813" and "1814" (presumptive serial numbers 130.12.03-0113 and 130.12.03-0114) were apparently delivered to Myanmar in late 2019 or early 2020. There is no data on their commissioning, but, most likely, this also took place at the next ceremony in Meithila on December 15, 2020.

The additional six Yak-130 aircraft, with tail numbers from "1815" to "1820," put into operation by the Myanmar Air Force, were, according to known data, built at the IAP in 2020 and, presumably, delivered to Myanmar at the end of the same year. Their alleged serial numbers are apparently from 130.12.03-0115 to 130.12.03-0120.

Thus, now Myanmar has received a total of 20 Yak-130 aircraft. Other foreign recipients of the Yak-130 produced by IAP are Algeria (17 aircraft), Bangladesh (16), Belarus (12), Vietnam (six out of 12 ordered), Laos (four).

MTX-1A piston light trainer made by Mtanmar (photo : Myanmar Air Force)

It should be noted that at the ceremony on December 15, 2021 at the Meithila airfield, the MTX-1A piston light trainer aircraft of Myanmar national production was also demonstrated in the air for the first time. In fact, it is localized in Myanmar Chinese Nanchang CJ-6 trainer aircraft, which in turn is a modified clone of the old Soviet Yak-18 trainer aircraft.

As for the four Chinese K-8W combat trainers handed over at the ceremony on December 15, 2021, to the Myanmar Air Force, we recall that Myanmar previously received 12 K-8 aircraft under a 1998 contract, and in 2009 signed an agreement with the Chinese side regarding the acquisition 48 (according to other sources, 50) modified K-8W aircraft with their assembly in Myanmar. As can be judged, the implementation of this agreement was very delayed, and the assembly of K-8W aircraft from vehicle kits supplied from the PRC was started at the Myanmar Air Force aircraft repair plant in Meithila only in 2016. The exact number of K -8W aircraft already assembled there is unknown, but, according to one of the reports, before the ceremony on December 15, 2021, it was 20 units.

KAPA K-61 Batalyon Kapa 2 Marinir Selesai Uji Verifikasi

30 Desember 2021

Serah terima kembali 3 ranpr Kapa K-61 Korps Marinir (all photos : PasMar 2)

Dispen Kormar (Surabaya) -- Guna meningkatkan fungsi dan kelayakan kendaraan tempur (Ranpur) untuk melaksanakan tugas pokok, 3 unit Ranpur Kapa K-61 telah selesai melaksanakan pemeliharaan dan uji kalayakan manuver darat di Bogor dan manuver laut di Ancol Jakarta. Minggu (26/12/2021).


Pemeliharaan Ranpur Kapa K-61 TA. 2021 dilaksanakan secara bertahap dan berkala dengan memperbaiki disetiap kerusakan yang ada pada Ranpur, diharapkan dapat mengembalikan kondisi dan kemampuan Ranpur secara prima, selanjutnya di laksanakan uji kelaikan manuver baik di darat maupun di laut.


Komandan Batalyon Kapa 2 Marinir Letkol Mar Yudha Fahruliyan, S.H., M.Tr. Opsla menyampaikan perawatan yang maksimal adalah syarat mutlak dalam kesiapan operasional kendaraan tempur.


Seperti halnya pada Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri Kapa K-61, Ranpur yang dipergunakan sebagai mengangkut Artileri saat melaksanakan Pendaratan Amfibi oleh Korps Marinir TNI AL, juga dapat dipergunakan untuk mendukung Operasi Militer selain perang.


Walaupun usia Ranpur yang sudah tidak muda lagi namun performa kendaraan masih layak operasional, hal tersebut tak terlepas dari mutu pemeliharaan dan perawatan dilaksanakan.


Dengan adanya pemeliharaan dan uji kelaikan diharapkan seluruh kendaraan tempur Batayon Kapa 2 Marinir dinyatakan siap untuk mendukung tugas-tugas pokok Satuan.

Contracts for Black Hawk Choppers, OPVs Possibly Out by January

30 Desember 2021

Austal OPV for Philippine Navy (photo : NavalNews)

MANILA – Department of National Defense (DND) Secretary Delfin Lorenzana expressed hope that the contracts for the additional 32 Polish-made S-70i "Black Hawk" combat utility helicopters and six offshore patrol vessels (OPVs) will be finalized and signed by January.

"Those (Black Hawks and OPVs) could be the last two contracts to be signed next month," Lorenzana said when asked if there will be other major modernization contracts signed, shortly after the signing of the PHP28 billion contract for two missile corvettes with South Korean shipbuilder Hyundai Heavy Industries (HHI) on Tuesday.

Lorenzana earlier said the government has allocated a total of PHP62 billion for the acquisition of 32 "Black Hawk" combat utility helicopters for the Air Force and six OPVs for the Philippine Navy.

"Newly approved funding for capital assets acquisition: 32 units 'Black Hawk' helicopters - PHP32 billion and six units of OPV - PHP30 billion," he added.

Asked where the country intends to acquire the additional helicopters and OPVs, Lorenzana replied, "OPV with Austal (the Australian defense manufacturer and shipbuilder) and 'Black Hawk' from PZL Mielec, Poland."

He, however, clarified that there is still no contract issued for these assets as it is “still under negotiation.”

Shore-Based Anti-Ship Missile System (photo : Economic Times)

SARO for Shore-Based Anti-Ship Missile System

Meanwhile, the Department of Budget and Management (DBM) on December 27 released two Special Allotment Release Orders (SAROs) to cover the initial funding requirements of the "Shore-Based Anti-Ship Missile System Acquisition Project of the Philippine Navy under the Revised Armed Forces of the Philippines Modernization Program."

The first SARO is worth PHP1.3 billion while the second is worth PHP1.535 billion.

Earlier reports said the medium-range ramjet supersonic BrahMos cruise missile system is being eyed for this project.

The BrahMos cruise missile can be launched from a ship, aircraft, submarine, or land and has a top of Mach 3 and is capable of carrying warheads weighing 200 kg. to 300 kg.

The acquisition of a land-based missile system is under Horizon Two of the Revised Armed Forces of the Philippines Modernization Program, which is slated for 2018 to 2022 and geared for the acquisition of equipment for external defense. It has a budget of PHP300 billion.

(PNA)

29 Desember 2021

Dua Kapal Perang Baru Jenis LST Perkuat Koarmada III untuk Mengamankan Perairan Indonesia Timur

28 Desember 2021

KRI Teluk Weda-526 dan KRI Teluk Wondama-527 perkuat Koarmada 3 TNI AL (photos : TNI AL)

Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Irvansyah,S.H.,CHMRP.,M.TR.(Opsla) menyambut kedatangan dua kapal perang baru yang akan menambah kekuatan operasional dan pertahanan TNI AL/ Koarmada III  khususnya di wilayah Indonesia Timur. Dua kapal perang baru tersebut adalah KRI Teluk Weda-526 dengan Komandanya Letkol Laut (P) Thomas Riyanto, M.Si (Han) dan KRI Teluk Wondama-527 dengan Komandanya Letkol Laut (P) Rizkal Fadlul Kamal, S.E., M.Tr.Hanla, dimana kedua kapal tersebut masuk Dinas Aktif TNI Angkatan Laut Tanggal 26 Oktober 2021.

Kedua kapal ini merupakan Kapal Perang Jenis Landing Ship Tank (LST) ke-8 dan ke-9 yang dipesan TNI Angkatan Laut kepada Galangan Kapal, PT. Bandar Abadi, Batam yang selanjutnya akan memperkuat dan bergabung dengan Satuan Kapal Amfibi Koarmada III  yang mampu membawa Prajurit Pasukan Pendarat, Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard dan Tank BMP-3F serta Helikopter. Dimana kedua kapal tersebut dirancang untuk melaksanakan tugas sesuai Fungsi Asasi sebagai pengangkut pasukan pendarat lengkap dengan kendaraan amfibi dan peralatan tempurnya untuk didaratkan di pantai yang dikuasai musuh dalam suatu Operasi Amfibi.

Dalam acara penyambutan dua kapal perang baru tersebut turut hadir Kepala Staf Koarmada III Laksamana Pertama TNI Yeheskiel Katiandagho S.E., M.M., M.H., Inspektur Koarmada III Laksamana Pertama TNI DR. Toto Dwijaya Saputra S.T., M.SI(Han)., M.TR.Opsla., Kapok Sahli Koarmada III Laksamana Pertama TNI Budi Jatmiko, S.T., M.A.P., CHRMP, pejabat utama Koarmada III dan pejabat unsur Forkopimda Provinsi Papua Barat, Kota/ Kabupaten Sorong serta Ketua Daerah Jalasenastri Koarmada III beserta Pengurus Daerah Jalasesanstri Armada III juga Ketua dan Pengurus Korcab XIV Sorong.


Dikatakan Panglima Koarmada III, nama KRI Teluk Wondama-527 diambil dari nama teluk yang terletak di daerah Kepala Burung Pulau Papua sebagai Daerah Konservasi Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNLTC) yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta pemandangan alam khas Papua, baik yang berada dilaut maupun di darat sehingga Teluk Wondama merupakan primadona pariwisata indonesia masa depan.

Sementara nama KRI Teluk Weda-526 diambil dari nama sebuah teluk yang terletak di Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara yang terkenal akan keindahan taman bawah laut yang menakjubkan dengan kehidupan ikan yang melimpah dimana salah satunya adalah spesies hiu kaki langka (Hemisayllium Halmahera).

Lebih lanjut dikatakan Panglima Koarmada III ada satu hal yang paling membanggakan kita semua bahwa awak KRI Teluk Wondama-527 dan KRI Teluk Weda-526, sebagian Bintara dan Tamtamanya merupakan lulusan Satdik 3 Kodiklatal yang berada di Katapop, Distrik Salawati, Kabupaten sorong.

Untuk kita ketahui bersama bahwa Satdik 3 Kodiklatal yang berdiri pada tahun 2020 telah berhasil meluluskan 449 orang prajurit yang merupakan gagasan dan terobosan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono, sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan personel TNI AL, khususnya yang bersumber dari Pemuda dan Pemudi Provinsi Papua Barat, Papua, Maluku serta Maluku Utara.

Kapal LMS Keempat, KD RENCONG tiba di Kota Kinabalu

29 Desember 2021

KD Rencong 114 (photos : TLDM)

KOTA KINABALU – Kapal Misi Persisir (LMS) keempat Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM), RENCONG telah selamat tiba di Pangkalan TLDM di Kota Kinabalu, hari ini.

Markas Pemerintahan Armada Timur menerusi hantaran di media sosialnya berkata, ketibaan kapal tersebut telah disambut oleh Panglima Armada Timur, Laksamana Madya Datuk Sabri Zali serta barisan kepimpinan tertinggi Armada Timur.


“Kapal LMS Rencong yang dianggotai 45 orang kru selamat tiba di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu hari ini setelah majlis penyerahan fizikal kepada Kerajaan Malaysia selesai dilaksanakan pada 18 Disember yang lalu di Qidong, China.

Penggunaan nama Rencong adalah bersempena senjata tradisional Melayu yang turut melambangkan simbol semangat kepahlawanan, perjuangan, keberanian dan kekuatan dalam menentang dan menangkis serangan musuh.

Kapal LMS Rencong mula dibina pada 18 September 2019 dan dilancarkan ke permukaan air pada 16 Disember tahun lepas oleh Pasukan Projek LMS TLDM di Wuhan.


Manakala, penyerahan Rencong kepada Malaysia telah dilaksanakan pada 18 Disember lalu di Qidong, China.

Pada Oktober lepas, TLDM juga telah mentauliahkan kapal LMS yang ketiga, KD Badik di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu.

Rencong merupakan kapal LMS keempat TLDM yang akan menyertai Skuadron LMS Ke-11 yang berpangkalan di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu. 

PAL akan Gandeng Swasta Revitalisasi Kapal TNI AL

29 Desember 2021

MRO Kapal-kapal TNI AL (photos : PAL)

JAKARTA, investor.id - Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) mengapresiasi PT PAL Indonesia (Persero) yang berencana menggandeng galangan kapal swasta nasional untuk melaksanakan proyek revitalisasi kapal TNI AL.

Sekretaris Jenderal Ikatan Perusahaan Iperindo Akan Naim menjelaskan, rencananya akan ada revitalisasi 40 unit armada TNI AL yang melibatkan galangan swasta nasional yang dipimpin langsung oleh PT PAL.

"Perusahaan galangan kapal anggota Iperindo itu nantinya akan diseleksi. Galangan yang lulus assesment akan menjadi mitra PT PAL untuk bersama-sama mengerjakan proyek revitalisasi armada milik TNI AL, meliputi Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO)," kata Akan Naim dalam keterangannya, Jumat (24/12).

Terhadap proyek itu, Direktur Utama PT PAL Kaharudin Djenod, baru-baru ini telah mengundang para pelaku usaha galangan anggota Iperindo yang mendiskusikan rencana tersebut.


Askan Naim mengatakan, bila rencana mulia PT PAL ini terwujud, maka akan menjadi proyek percontohan, yakni kolaborasi antara BUMN dan swasta. Dengan pola kerja yang inklusif ini diharapkan industri maritim nasional bisa bangkit dari keterpurukan.

Ketua umum Iperindo Eddy Kurniawan Logam menambahkan bahwa ini adalah momentum yang ditunggu selama hampir dua tahun. Program pembangunan dan perbaikan kapal yang transparan seperti ini yang diharapkan para pelaku usaha untuk membangkitkan industri galangan kapal nasional.

Ke depannya, ungkap Eddy,  proyek pembangunan dan pemeliharaan kapal pertahanan dan keamanan jangan lagi dikuasai  segelintir perusahaan galangan, tapi harus dibuka secara transparan dan memberikan kesempatan hidup kepada  semua galangan Nasional yang mampu bekerja.

"Kami dari Iperindo sangat mendukung program PT PAL yang kami nilai ini sangat baik dan transparan untuk kemajuan industri maritim nasional," kata Eddy.

Melalui sinergi seperti ini, lanjut Eddy, akan tercipta pemerataan dan keadilan sekaligus menumbuhkan minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor maritim.

DND Signed Contract for 2 New Corvettes

29 Desember 2021

The new corvette design for the Philippine Navy is seen in this rendering image provided by HHI (image : HHI)

Hyundai to build 2 more PH warships

Defense Secretary Delfin Lorenzana on Tuesday inked a P28-billion deal for the Navy’s acquisition of two brand-new corvettes capable of antiship, antisubmarine and antiaircraft warfare.

Lorenzana virtually signed the contract with representatives of South Korean shipbuilder Hyundai Heavy Industries, the same company that built the Navy’s most modern ships: the frigates BRP Jose Rizal and BRP Antonio Luna.

Lorenzana told reporters that he expects to also ink deals for the acquisition of 32 Black Hawk helicopters and six offshore patrol vehicles next month as part of the Revised Armed Forces of the Philippines Modernization Program.

“I am very pleased that we were able to meet our target to have the contract for the Philippine Navy Corvette Lot 1 Acquisition Project signed before the year ends despite delays due to the pandemic,” he said.

28 Desember 2021

Menentukan Arah Teknologi Kapal Selam Indonesia

28 Desember 2021

Tiga kapal selam TNI AL beroperasi di Natuna (photo : Submarines)

Penguasaan teknologi kapal selam adalah satu dari tujuh program prioritas nasional industri pertahanan yang dicanangkan sejak era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kini di masa Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), daftar program itu telah ditambah tiga kegiatan sehingga menjadi 10 program prioritas. Sejak awal program ini dilaksanakan melalui kemitraan industri dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan, telah terdapat keraguan di sebagian kalangan tentang kapabilitas DSME dalam teknologi kapal selam. Keraguan itu telah terbukti karena ketiga kapal selam memiliki isu-isu teknis yang menghalangi untuk lebih banyak berlayar di laut daripada terikat di dermaga. Ketiga kapal selam tersebut nampaknya lebih menjadi beban daripada aset bagi Indonesia.

Kebutuhan kapal selam sesuai MEF 2024 adalah delapan (image : Submarines)

Mengingat bahwa penguasaan teknologi kapal selam telah menjadi program prioritas industri pertahanan, hal yang dapat dilakukan saat ini adalah meninjau ulang teknologi kapal selam yang ingin dikuasai oleh Indonesia. Tinjauan ulang harus bersifat obyektif, didorong oleh pertimbangan sains dan teknologi dan tidak didorong oleh kepentingan politik yang berjangka pendek dan absurd. Salah satu absurditas yang perlu dihindari adalah keinginan tidak berdasar untuk menguasai teknologi kapal selam dalam jangka pendek dan menjadi eksportir kapal selam diesel elektrik pada 2030. Terkait dengan tinjauan ulang, beberapa hal perlu menjadi pertimbangan pemerintah.

Fasilitas produksi kapal selam PT PAL (photo : PAL)

Pertama, asal teknologi kapal selam. Pemilihan asal teknologi kapal selam hendaknya mempunyai keterkaitan erat dengan keputusan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk membeli kapal selam baru dalam waktu dekat. Saat ini Jerman dan Prancis menjadi kandidat kuat yang nampaknya akan memasok kapal selam ke Indonesia apabila Kemenhan mampu mengatasi masalah pendanaan program tersebut. Sehingga sangat mungkin di masa depan asal teknologi untuk membangun kemampuan indigenous rekayasa kapal selam Indonesia akan berasal dari Jerman atau Prancis.

TKMS Type 214 varian Papanikolis (photo : Arnekiel)

Indonesia dan Jerman sejak 10 Juli 2012 memiliki The German-Indonesian Joint Declaration for a Comprehensive Partnership: Shaping Globalization and Sharing Responsibility yang mencakup pula industri pertahanan. Sementara Indonesia dan Prancis telah menandantangani Indonesia-France Strategic Partnership pada 1 Juli 2011 saat kunjungan Perdana Menteri François Fillon ke Jakarta yang menjadi landasan bagi kerjasama kedua negara di berbagai bidang. Salah satu turunan dari kemitraaan strategi itu adalah penandatanganan Defence Cooperation Agreement pada 28 Juni 2021 yang juga meliputi industri pertahanan. Kesepakatan kerja sama bilateral itu dapat dijadikan payung bilateral bagi Indonesia untuk memperoleh teknologi kapal selam dari salah satu pihak dan kini tergantung bagaimana pemerintah Indonesia mampu melakukan lobi diplomatik agar Jerman atau Prancis menerbitkan izin ekspor teknologi kapal selam ke Indonesia.

Naval Group Scorpene varian Riachuelo (photo : Marmilbr)

Kedua, paket akuisisi teknologi. Sejak beberapa tahun silam Kemenhan telah memiliki peta jalan penguasaan teknologi kapal selam yang mengandalkan offset daripada lisensi. Apabila dicermati lebih jauh, offset adalah potongan-potongan (puzzle) kemampuan yang diberikan suatu negara ke negara lain untuk memproduksi suatu komponen atau menghasilkan suatu kemampuan, namun tidak memberikan semua kemampuan yang dibutuhkan. Untuk penguasaan teknologi secara utuh, offset tidak dapat berdiri sendiri tanpa dikombinasikan dengan metode lainnya.

Spek teknis yang diminta TNI AL untuk kapal selam baru adalah mempunyai teknologi AIP dan dapat menembakkan rudal anti kapal dari bawah air (photo : DRDO)

Mengacu pengalaman Indonesia di era Orde Baru dalam penguasaan teknologi tinggi, opsi terbaik untuk akuisisi teknologi adalah melalui lisensi daripada offset. Indonesia sebaiknya membeli lisensi kapal selam dari Eropa agar dapat belajar secara tuntas tentang teknologi kapal selam dibandingkan hanya mengandalkan offset saja. Pembelian lisensi memang mensyaratkan jumlah minimal kapal selam yang harus dibeli, namun hal demikian dapat diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan kapal selam Indonesia hingga 20 tahun ke depan. Perlu dicatat bahwa Korea Selatan membangun kemampuan rancang bangun kapal selam lewat pembelian lisensi kapal selam kelas 209 dari Howaldtswerke-Deutsche Werft pada dekade 1990-an dan bukan offset.

Rudal anti kapal SM-39 Exocet (photo : MBDA)

Ketiga, investasi pemerintah pada program teknologi kapal selam. Pemerintah telah berinvestasi Rp 1,5 triliun melalui APBN 2015 dalam bentuk Penanaman Modal Negara (PMN) untuk mendukung penguasaan teknologi kapal selam dengan outcome yang belum sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyelamatan terhadap investasi tersebut melalui pemilihan mitra yang tepat agar PMN tambahan sebesar Rp 1,28 triliun pada APBN 2021 tidak senasib dengan investasi beberapa tahun lalu. Pemerintah juga perlu melakukan pengawasan dan audit teknologi terhadap industri pertahanan yang menerima PMN untuk mengetahui sejauh mana kesiapan teknologi yang telah dikuasai, begitu pula kapasitas sumberdaya manusia agar PMN tambahan mempunyai outcome lebih baik.

Rudal anti kapal UGM-84 Harpoon (photo : US Navy)

Kritik terhadap kerjasama teknologi kapal selam dengan DSME bukan semata terbatas pada kinerja kapal selam buatan Korsel yang tidak sesuai dengan harapan, tetapi menyangkut pula kesiapan industri pertahanan Indonesia. Industri pertahanan tidak sepenuhnya siap dalam mendukung penguasaan teknologi kapal selam, baik dari sisi industrial maupun sumberdaya manusia. Apakah industri pertahanan BUMN, termasuk galangan kapal, masih menjadi tempat pilihan favorit para insinyur muda dari perguruan tinggi ternama di Indonesia? Perlu dikaji apakah pemerintah perlu berinvestasi dalam menyiapkan sumberdaya manusia industri pertahanan lewat pemberian program beasiswa khusus yang bersifat mengikat.

Rudal anti kapal Brahmos sub-launched (photo : DRDO)

Aspirasi untuk menguasai teknologi kapal selam harus senantiasa bersifat realistis, memperhatikan kondisi politik keamanan internasional dan kemampuan dan kesiapan industri perkapalan domestik. Pemerintah perlu meninjau ulang apakah betul penguasaan teknologi kapal selam dapat dilakukan dengan mengandalkan pada offset saja atau tidak. Pengalaman di masa silam dalam penguasaan teknologi kapal patroli FPB-57 menunjukkan bahwa Indonesia membeli lisensi agar dapat menguasai teknologi rekayasa kapal tipe tersebut. (Alman Helvas)

Sea Trials of the First of Six Evolved Cape-class Patrol Boats

28 Desember 2021

Sea trials of the first of six Evolved Cape-class Patrol Boats (photo : Austal)

Austal Australia has commenced sea trials of the first of six Evolved Cape-class Patrol Boats under construction for the Royal Australian Navy.

Based on Austal’s proven 58 metre aluminium monohull design, the Evolved Capes include a number of enhancements that further extend the capability of the vessel and the fleet.

The Evolved Cape-class patrol boats include modifications determined through the extensive in-service experience of the two RAN and eight Australian Border Force Capes, operating throughout Northern Australia waters.

Crew capacity on the Evolved Capes has been increased by 10 people, and quality-of-life provisions have been enhanced, ensuring those who operate the new patrol boats have connectivity to the outside world.

Austal Australia is on track to deliver this first vessel in the first quarter of 2022, with the remaining five Evolved Capes in various stages of construction at the company’s shipyard in Henderson, Western Australia.

Selesai Upgrade CMS Mandhala, TNI AL dan Len Uji Tembak KRI Ajak

28 Desember 2021

CMS Mandhala buatan LEN (image : LEN)

BANDUNG – KRI Ajak (653) baru saja rampung dari pemeliharaan depo (hardepo) atau pemeliharaan perbaikan kapal secara menyeluruh pada bulan Desember 2021 ini. PT Len Industri (Persero) dipercaya TNI AL untuk meng-upgrade hardware dan software Combat Management System (CMS) Mandhala, serta mengintegrasikannya dengan sistem senjata, radar dan juga sensor-sensor kapal perang.

Uji penembakan KRI Ajak menggunakan meriam 57mm dan 40mm secara remote dengan CMS Mandhala berjalan dengan baik di Perairan Masalembo, Jawa Timur pada awal Desember 2021.

KRI Ajak kini sudah dilengkapi dengan combat system buatan Len yang terintegrasi dengan senjata meriam 57mm dan 40mm, radar navigasi, radar surveillance, sensor (electro-optical targeting system) EOTS, gyro vertical, speedlog, hingga sensor arah angin.

Direktur Bisnis & Kerjasama Len, Wahyu Sofiadi mengatakan, “Terimakasih atas kepercayaan dari TNI AL. Uji penambakan di Perairan Masalembo pada awal Desember kemarin berjalan dengan baik. Di bidang pertahanan ini memang membutuhkan kemandirian teknologi yang mumpuni agar tidak bergantung dengan asing, dan PT Len Industri selalu siap dalam mendukung hal ini.”

KRI Ajak 653 (photo : LEN)

CMS merupakan brainware yang berfungsi melakukan pengolahan data dari berbagai sensor menjadi informasi navigasi, potensi ancaman, serta reaksi yang dapat dilakukan untuk melumpuhkan ancaman tersebut. CMS juga dapat memberikan visualisasi menyeluruh terhadap situasi taktis pertempuran, menyediakan sarana untuk melakukan reaksi secara efektif dan efisien melalui sistem persenjataan yang dimiliki.

“CMS Mandhala pertama kali digelar di KRI Ajak pada tahun 2014. Sekarang, selain upgrade CMS dan integrasinya dengan sensor dan sistem senjata, Len juga melakukan perbaikan senjata meriam 57mm, 40mm, 20mm, perbaikan radar surveillance, perbaikan dome sonar, dan integrasi pengadaan EOTS,” imbuh Wahyu.

Tentang KRI Ajak (653)

KRI Ajak (653) merupakan jenis Kapal Cepat Torpedo (KCT) yang bertugas sebagai elemen pemukul musuh, baik di permukaan maupun di bawah permukaan (anti submarine warfare), termasuk sebagai kapal pendeteksi anti-kapal selam.

KRI Ajak adalah kapal perang jenis patroli Kelas Andau milik TNI AL selain KRI Singa (651). Pada tahun 1989, KRI yang sebagian lambung kapal dan peralatannya dibuat di Lurssen Jerman ini masuk sebagai bagian dari Satuan Kapal Cepat Armada Timur TNI-AL, Surabaya, dan dipasang di PT PAL.

KRI Ajak memiliki panjang 58,1 meter, lebar 7,6 meter, draught 2,95 meter, memiliki bobot 445 ton pada beban penuh serta memiliki kecepatan maksimal 27 knot dengan daya jelajah 2.200 mil.

(LEN)

Merkel Approved Additional One Type 218SG Submarine to Singapore

28 Desember 2021

With the addition of one submarine, the total order for Singapore's Type 218SG submarine come into five (photo : Stephen Gergs)

Merkel's last-minute approval sees German arms exports peak

After a last-minute approval of arms deals in the billions by Angela Merkel's departing government, Germany's weapons exports reached a record level in 2021, despite the government only acting in an executive capacity at the time.

The former government approved deals worth almost 5 billion euros ($5.6 billion) in its last nine days in office. That brought Germany's total weapons exports to a record 9.04 billion euros for the year, according to the Economics Ministry in response to a lawmaker's question, seen by German press agency dpa.

Egypt is the main recipient of German arms exports, despite criticism for human rights violations and its involvement in conflicts in Yemen and Libya.

Under the last-minute agreements, Thyssenkrupp Marine Systems may deliver three MEKO A-200 EN frigates to Egypt; Diehl Defence has been authorized to deliver 16 IRIS-T SLS/SLX air defense systems to Egypt; and ThyssenKrupp Marine Systems is allowed to export a Type 218 SG submarine to Singapore.

It is now clear that the arms exports to Egypt run to 4.34 billion euros, despite the fact that the government was only acting in an executive capacity, when such major decisions are usually avoided.

See full article Daily Sabah