Tampilkan postingan dengan label Konsep Pertahanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konsep Pertahanan. Tampilkan semua postingan

28 Agustus 2025

Angkatan Laut Filipina Ingin Memiliki LHD

28 Agustus 2025

Foto sampul Sealift Amphibious Force Angkatan Laut Filipina (infographic: SAF)

Filipina negara kepulauan dengan 7.107 pulau dan sekitar 4.000 pulaunya berpenghuni, bandingkan dengan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau, keduanya sama-sama negara di Asia Tenggara. Sebagai negara kepulauan yang berdekatan tidak dipungkiri bahwa keduanya memiliki struktur komando Angkatan Laut yang mirip.

Sealift Amphibious Force (SAF) Angkatan Laut Filipina baru-baru ini memperbarui foto sampulnya, komando Angkatan Laut yang serupa dengan KOLINLAMIL di TNI AL ini mengungkapkan daftar keinginan masa depannya (whish list) seperti kapal tanker, kapal riset, kapal pengangkut pasukan dan apa yang muncul sebagai kapal pengangkut helikopter (Landing Helicopter Dock).

Kita tinjau dulu bahwa Angkatan Laut Filipina mempunyai 3 Komando yaitu Philippine Fleet (PHILFLEET atau  PF), Philippine Marine Corps (PMC) dan Naval Special Operations Command (NAVSOCOM).

Jenis-jenis kapal wish list Sealift Amphibious Force (infographic: SAF) 

Philippine Fleet (PF) atau Komando Armada mempunyai 8 (delapan) sub-unit yaitu: Offshore Combat Force (OCF), Littoral Combat Force (LCF), Sealift Amphibious Force (SAF), Naval Meteorological and Oceanographic Center (NMOC or NAVMETOC), Fleet Support Group (FSG), Naval Air Wing (NAW), Submarine Group (SG), dan Fleet Training and Doctrines Center (FTDC).

Sealift Amphibious Force (SAF) sebagai sub-unit dari Philippine Fleet berdiri pada 29 Juni  1946, kita lihat bahwa dalam rencana armada ke depan kesatuan auxilary fleet ini akan mengoperasikan 10 jenis kapal sebagaimana foto sampulnya. Kita tinjau satu per-satu, kelas kapal seperti apa yang ingin dioperasikannya.  

Fleet tanker USNS Tippecanoe T-AO-199 (image: Turbosquid)

1.Replenishment Oiler
Angkatan Laut Filipina sebelumnya telah mempunyai kapal tanker BRP Lake Caliraya (AF-81) dengan panjang 98,95m dan bobot mati (dead weight 4.750 ton), kapal ini telah dipensiunkan pada Desember 2020.

Gambar asli dalam sampul SAF tersebut adalah USNS Tippecanoe (T-AO-199) kapal fleet tanker dari Henry J. Kaiser-class. Kapal tanker ini mempunyai panjang 206m dan bobot benaman 31.200 ton jauh melebihi kapal tanker terbesar Indonesia KRI Arun dengan panjang 140m dan bobot benaman (displacement) 11.500 ton dan juga melebihi Supply class AOR Angkatan Laut Australia dengan panjang 173,9m dan bobot benaman 19,500 ton.

BRP Davao del Sur LD-602, LPD buatan PT PAL Surabaya (photo: Wade Armstrong)

2.LPD/SSV
Angkatan Laut Filipina kini memiliki 2 LPD/SSV buatan PT PAL Surabaya masing-masing BRP Tarlac 601 dan BRP Davao del Sur 602 dan tengah bersiap menerima 2 LPD lagi sehingga akan mengoperasikan 4 LPD/SSV. Setiap LPD buatan PT PAL tersebut memiliki 2 Landing Craft Utility, dengan demikian SAF akan mengoperasikan 8 LCU.

Kapal Strategic Sealift Vessel ini mempunyai panjang 123m dan bobot penuh benaman  11.583 ton dan kecepatan maksimal 16 knot dan mempunyai kapasitas kargo 2.800 ton, dapat membawa 500 pasukan, 2 landing craft, 2 RHIB serta 3 helikopter.

Hovercraft (photo: US European Command)

3.LCAC/Landing Craft Air Cushion
Filipina saat ini belum memiliki hovercraft (landing craft air cushion) ini, namun sering mengikuti latihan pendaratan dengan hovercraft ini bersama dengan US Navy dalam Balikatan Exercise atau Philippine Amphibious Landing Exercise (PHIBEX).
 
Gambar aslinya dalam sampul SAF tersebut diambil dari US European Command, hovercraft buatan Textron Marine and Land Systems ini mempunyai panjang 28 m, bobot benaman 176,9 ton serta kecepatan tertinggi 40+ knot, dan payload maksimal 75 ton. Jika Filipina memiliki LCAC ini maka akan menjadi negara pertama di kawasan yang mengoperasikan hovercraft besar.

BRP Ivatan kapal berjenis Landing Craft Heavy (photo: Philippine Navy)

4.Landing Craft Heavy (LCH)
Gambar asli dalam sampul SAF tersebut adalah BRP Ivatan LC-298 jenis Landing Craft Heavy, Angkatan Laut Filipina menerima hibah 5 LCH ex Angkatan Laut Australia yang masing-masing diberi nama BRP Ivatan 298, BRP Batak 299, BRP Waray 288, BRP Iwak 289, BRP Agla 290.

Kapal pendarat ini mempunyai panjang 44,5 m dan bobot benaman 316 ton dan kecepatan 9 knot dengan payload 180 ton muatan kendaraan atau 400 tentara.

BRP Bacolod City kapal berjenis Logistic Support Vessel (photo: Philippine Navy)

5.Logistic Support Vessel
Gambar asli dalam sampul SAF tersebut adalah BRP Bacolod City LS-550, Filipina mempunyai 2 kapal kelas ini, yang satu lagi adalah BRP Dagupan City LS-551.

Kapal buatan galangan Halter/Moss Point Marine of Escatawpa, Mississippi ini dibeli brand-new melalui FMS dan dilakukan komisioning pada tahun 1993. Kapal ini mempunyai panjang 83 m dan bobot benaman 4.265 ton serta kecepatan maksimal 12 knot dengan payload 2,280 ton kendaraan/general cargo, atau 900 ton untuk Logistics Over The Shore (LOTS).

HMAS Canberra, LHD turunan Juan Carlos class (image: Turbosquid)

6.Landing Helicopter Dock
Gambar aslinya dalam sampul SAF adalah LHD Canberra class milik Angkatan Laut Australia. Wish list ini mengejutkan namun dapat dipahami juga lantaran Indonesia sebagai negara kepulaun juga ingin secepatnya memiliki kapal LHD dari jenis yang berbeda.

LHD Canberra buatan galangan Navantia memiliki panjang 230 m dan bobot benaman 27.500 ton, kapal ini mempunyai kecepatan maksimal 20+ knot. Kapasitas payloadnya mampu membawa 110 kendaraan, 1.046 pasukan, punya kapasitas hanggar untuk  membawa helikopter sebanyak 18 unit serta flight deck dengan ski jump.

Kapal JHSV/Joint High Speed Vessel atau Expeditionary Fast Transport/EFT atau Kapal Angkut Cepat Pasukan Militer (image: Squir 3D)

7.Expeditionary Fast Transport 
Gambar aslinya dalam sampul SAF adalah USNS Spearhead, kapal transportasi cepat ekspedisi (expeditionary fast transport) untuk misi non-tempur, seperti pengangkutan pasukan atau peralatan. Kemampuan angkut pasukan meliputi akomodasi tidur hingga 150 orang dan tambahan 312 kursi untuk transportasi pasukan.

Kapal katamaran buatan Austal ini mempunyai panjang 103 m dan bobot benaman maksimal 2.500 ton dengan kecepatan maksimal 43+ knot dan dilengkapi helipad di buritan. Untuk di kawasan, Australia pernah mengoperasikan HMAS Jervis Bay kapal katamaran dengan bobot benaman 1.250 ton dan kecepatan 48 knot. Sementara Malaysia mempunyai KD Sri Sri Gaya class kapal fast troop vessel lambung tunggal dengan bobot benaman 116,5 ton dan kecepatan 28 knot.

Kapal baru RV Belgica (2020) untuk oseanografi dan riset (image: Kongsberg Maritime)

8.Oceanographic and Research Vessel
Gambar asli dalam sampul SAF adalah RV Belgica (2020) Oceanographic Research Vessel buatan Freire Shipyard di Vigo, Spanyol. Kapal oseanografi dan riset ini memiliki panjang 71,4m serta bobot benaman 3.870 ton serta kecepatan jelajah 11 knot. Sebagai kapal oseanografi dan riset kapal ini mampu menyebarkan berbagai peralatan canggih hingga kedalaman air 5.000 m. 

Sebelumnya Angkatan Laut Filipina telah mengoperasikan kapal oseanografi dan riset BRP Gregorio Velasquez (AGR-702) (ex USNS Melville T-AGOR-14) serta BRP Fort San Antonio (AM-700) dan BRP Fort Abad (AM-701). Rupanya sekarang mempunyai wish list kapal yang lebih canggih. 

Light Ship Medium (image: USNI)

9.Light Ship Medium (LSM)
Gambar asli dalam sampul SAF adalah Light Amphibious Warship (LAW) yang sudah berganti nama menjadi Light Ship Medium, dirancang untuk memungkinkan operasi maritim terdistribusi serta operasi pangkalan lanjutan ekspedisi, usulan kapal US Navy dan USMC ini adalah untuk palagan Indo Pasific. 

Desain kapal ini mempunyai panjang 60-120m, bobot benaman hingga 4.000 ton, sanggup membawa 75 marinir dengan kecepatan 15 knot dan payload maksimal 600 ton serta disediakan heli dek. Belum ada kapal kelas ini yang selesai dibuat, rupanya Angkatan Laut Filipina ingin jadi first export customer.

Kapal rumah sakit BRP Ang Pangulo (photo: Mc Gutib)

10.Hospital Ship/Floating Hospital (ex Presidential Yacht)
Gambar asli dalam sampul SAF adalah BRP Ang Pangulo, kapal yacht kepresidenan yang diubah menjadi Kapal Rumah Sakit di masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Kapal dengan panjang 77 m dan bobot benaman 2.200 ton ini dibuat oleh galangan Ishikawajima-Harima Heavy Industries, Jepang ini mempunyai kecepatan jelajah 15 knot dan memiliki helipad di deknya.

Layanan medis kapal rumah sakit ini terlihat saat pandemi covid-19 dimana kapal ini dijadikan sarana isolasi bagi pasien covid-19. Selain itu dalam misi kemanusiaan kapal ini juga berperan memberikan bantuan medis bagi 2.450 pasien di Siargao dan Kepulauan Dinagat.

Dari wish list Sealift Amphibious Force (SAF) Angkatan Laut Filipina tersebut terlihat ada beberapa kapal dengan kategori baru di kawasan yaitu: LCAC, LHD, Expeditionary Fast Transport, serta Light Ship Medium.Terlepas dari gambar dan spesifikasi atas gambar di atas, kategori kapal kemungkinan benar merupakan wish list.

Apakah Angkatan Laut Filipina dapat memiliki semuanya? Waktulah juga yang akan berbicara, kita tunggu saja.

16 Juli 2025

Pengembangan Kekuatan Udara Thailand Sesuai RTAF White Paper 2025 (2)

16 Juli 2025

Pesawat angkut C-390 Millenium masuk kandidat pengganti C-130H RTAF (photo: fragoutmag)

10. Proyek pengadaan pesawat angkut taktis multiguna, Tahap 1, 2026-2030, Tahap 2, 2029-2033, dan Tahap 3, 2032-2036

Pengadaan pesawat angkut taktis multiguna beserta peralatan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan biaya lain yang diperlukan untuk mendukung misi transportasi udara, evakuasi medis udara, serta bantuan publik dan tanggap bencana, yang kemungkinan akan menggantikan pesawat angkut C-130H dari Skuadron 601, Wing 6.

Ini kemungkinan akan menjadi persaingan antara pesawat angkut Lockheed Martin C-130J Super Hercules milik AS dan pesawat angkut Embraer C-390 Millennium milik Brasil.

Airbus A330 MRTT (photo: Czech Air Force)

11. Proyek pengadaan pesawat angkut VIP untuk menggantikan pesawat angkut Airbus A340-500 ke-19 tahun 2025-2028

Pengadaan pesawat angkut VIP untuk menggantikan pesawat angkut Airbus A340-500, Skadron 602, Wing 6, 1 pesawat, beserta dekorasi kabin penumpang, pelatihan, pengadaan suku cadang, peralatan, dan sistem terkait untuk mendukung pengiriman dan perawatan pasukan. Pesawat angkut jarak jauh ini berbadan lebar dan minimal 2 mesin turbofan.

Pesawat angkut VIP ini dapat dilengkapi dengan sistem pengisian bahan bakar dan didukung untuk dapat melakukan pengisian bahan bakar di udara dengan pesawat tempur F-16A/B dan pesawat tempur JAS-39 Gripen C/D/E/F milik Angkatan Udara Kerajaan Thailand. Diketahui bahwa ini akan menjadi proyek pengadaan pesawat angkut udara dan pengisian bahan bakar Airbus A330 MRTT (Multi Role Tanker Transport). Anggaran sebesar 12.144.000.000 baht ($359.390.994) merupakan anggaran Kantor Sekretaris Tetap Perdana Menteri, Kantor Perdana Menteri, yang sebelumnya dilaporkan digunakan untuk transportasi VIP dan pengisian bahan bakar udara dengan efektivitas biaya yang tinggi.

Pesawat BT-67 Basler RTAF (photo: Teerawut Wongdee)

12. Proyek Modifikasi Pesawat Royal Rainmaking Mission, Pesawat Angkut Tipe Basler BT-67, 2024-2027

Meningkatkan kemampuan pesawat angkut BT-67, Skuadron 461, Wing 46, Phitsanulok dengan meningkatkan sistem Avionik di kokpit, 4 unit, termasuk sistem radar cuaca (Weather Radar) dan sistem peringatan ketinggian rendah (TAWS: Terrain Avoidance Warning System) atau sistem Radio Altimeter.

13. Proyek pengadaan pesawat angkut pengganti pesawat angkut BT-67, 2031-2035

Pengadaan pesawat angkut pengganti pesawat angkut jenis BT-67, Skadron 461, Wing 46, untuk misi jarak pendek, lengkap dengan peralatan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan biaya lain yang diperlukan, yang dimaksud adalah pesawat angkut taktis berukuran sedang dengan propeller bermesin ganda.

Seperti pesawat angkut Airbus C295 yang saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Kerajaan Thailand atau pesawat angkut Leonardo C-27J Spartan.

Pesawat latih PC-9 Mustang RTAF (photo: Pannathon K)

14. Proyek pengadaan pesawat latih pengganti PC-9, Tahap 2, 2027-2029

Pengadaan pesawat latih untuk menggantikan pesawat latih ke-19, Pilatus PC-9 Mustang, yaitu pesawat latih ke-22, Beechcraft T-6TH (T-6C) Texan II, sebanyak 2 pesawat, berikut perlengkapan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan biaya lain yang diperlukan untuk mendukung misi pelatihan siswa penerbang Angkatan Udara. Sekolah Penerbangan Kamphaeng Saen Angkatan Udara Kerajaan Thailand telah menonaktifkan pesawat latih PC-9 terakhir dari 26 pesawatnya yang telah beroperasi sejak 1991 pada tanggal 2 Februari 2024 dan menggantinya dengan 12 pesawat latih T-6TH Texan II yang telah diserahkan sepenuhnya pada tanggal 22 Agustus 2023.

Pengadaan 2 pesawat T-6TH tambahan akan menambah jumlah pesawat di skuadron pelatihan lanjutan, Divisi Pelatihan Penerbangan, Sekolah Penerbangan menjadi total 14 pesawat, sehingga meningkatkan kesiapan untuk mendukung pelatihan siswa penerbangan.

Pesawat latih dasar CT-4E RTAF (photo: Hao Phan)

15. Proyek pengadaan pesawat latih utama untuk menggantikan pesawat CT-4E pada tahun 2033-2037

Pengadaan pesawat latih untuk menggantikan CT-4E Airtrainer, skuadron pelatihan dasar, Divisi Pelatihan Penerbangan, Sekolah Penerbangan Kamphaeng Saen, yang telah digunakan sejak tahun 1999. Pesawat ini direncanakan akan dinonaktifkan karena keterbatasan struktural dan sistem penggerak serta perawatan pesawat.

Penggantian 24 pesawat latih CT-4E yang dikirimkan dari tahun 1999-2005 dipahami sebagai pengadaan pesawat latih dengan kinerja lebih tinggi daripada Diamond DA40 NG Diamond Star, yang sebelumnya digunakan untuk menggantikan pesawat latih CT-4A/B.

UAV M Solar X dengan energi surya (photo: innolifethailand)

16. Proyek Penelitian dan Pengembangan Kendaraan Udara Nirawak M Solar-X 2022-2024

Penelitian dan pengembangan sistem udara nirawak kecil, berkinerja tinggi, dan berada di ketinggian rendah yang menggunakan energi surya untuk digunakan dalam melindungi pangkalan militer, yang memungkinkan pasukan darat meningkatkan kemampuan mereka untuk memeriksa dan berpatroli di sekitar pangkalan dalam misi perlindungan pangkalan Angkatan Udara.

17. Proyek produksi UAV M Solar-X untuk misi pertahanan pangkalan pada tahun 2025, 2026, dan 2027

Produksi kendaraan udara nirawak kecil, berkinerja tinggi, dan berada di ketinggian rendah yang menggunakan energi surya untuk misi pertahanan pangkalan Angkatan Udara Navaminda Kasatriyadhiraj Royal Thai Air Force Academy (NKRTAFA) telah menyelesaikan penelitian dan pengembangan sistem udara nirawak M Solar-X dan telah memulai produksi oleh Thai Aviation Industries Co., Ltd. (TAI) di Thailand untuk mulai dikirimkan ke Batalyon Angkatan Udara di berbagai pangkalan udara dan pangkalan.

Drone kamikaze KB-5E dan KB-10G (photo: Defense Info media TH)

18. Proyek Penelitian dan Pengembangan Kamikaze/Decoy UAS (Sistem Pesawat Nirawak) 2025

Penelitian dan pengembangan kemampuan Kamikaze Drone untuk menyerang target stasioner dengan sistem pemandu jarak menengah, meningkatkan kemampuan misi Angkatan Udara.

19. Proyek produksi Kamikaze/Decoy UAS pada tahun 2026, 2027 dan 2028

Produksi Kamikaze Drone dengan kemampuan untuk menyerang target stasioner dengan sistem pemandu jarak menengah, meningkatkan kemampuan Angkatan Udara untuk melaksanakan misi.

Keluarga Kamikaze Drone (KB) (Kamikaze Bomber) yang dikembangkan oleh Akademi Angkatan Laut Angkatan Udara Kerajaan Thailand, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sains dan Teknologi Antariksa dan Aeronautika, dan Direktorat Persenjataan Angkatan Udara Kerajaan Thailand. Terdiri dari drone bunuh diri KB-5E dan drone bunuh diri KB-10G, diharapkan dapat menyelesaikan berbagai pengujian pada tahun 2025 dan memulai produksi pada tahun 2026, yang dipahami diproduksi oleh TAI Thailand, seperti halnya drone M Solar-X.

Model skalatis M-Pseudo SAT pesawat tanp awak untuk ketinggian tinggi (photo: Jane's)

20. Proyek Penelitian dan Pengembangan Sistem Kendaraan Udara Nirawak Ketinggian Tinggi sebagai Satelit Tahap 1 2024-2030 dan Tahap 2 2030-2035

Penelitian dan pengembangan kemampuan kendaraan udara nirawak Satelit Semu Ketinggian Tinggi (HAPS) untuk dapat melakukan misi pengintaian strategis, mampu mengembangkan untuk memasang sistem fotografi dengan resolusi kurang dari 0,3 meter dan memiliki durasi operasional yang lama, di luar jangkauan deteksi level pertahanan udara musuh.

Angkatan Udara Kerajaan Thailand pertama kali meluncurkan konsep pesawat satelit virtual M-Pseudo SAT di pameran Defence & Security 2022, dengan prototipe dan pengujian yang akan menyusul.

UAV pengintai Aerostar BP RTAF (photo: RTAF)

21. Proyek Pengembangan Kemampuan Operasional Pesawat Nirawak Angkatan Udara, Tahap 1, 2026-2029

Pengadaan 4 sistem deteksi EO/IR (Elektro-Optik/Inframerah) untuk UAV pengintai Aerostar BP ke-1, Skuadron 301, Wing 3, Watthana Nakhon, dan UAV pengintai Aeronautics Dominator XP ke-3, Skuadron 302, Wing 3.

22. Proyek Pengembangan Kemampuan Operasional Pesawat Nirawak Angkatan Udara, Tahap 2, 2027-2030 (2027-2030)

Pengadaan sistem pesawat nirawak pengganti untuk sistem pesawat nirawak Aerostar BP, lengkap dengan peralatan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan biaya lain yang diperlukan.

23.Proyek Penelitian dan Pengembangan Mikro/Nano UAS & Swarm UAS Tahap 1 2027-2032 dan Tahap 2 2031-2036

Penelitian dan pengembangan untuk mempelajari kelayakan, termasuk penelitian dan pengembangan Mikro/Nano UAS Swarm Drone untuk diperkenalkan ke dalam produksi oleh industri pertahanan.

24.Proyek Penelitian dan Pengembangan Sistem Pesawat Nirawak Taktis UCAV Tahap 1 2029-2034 dan Tahap 2 2034-2037

Penelitian dan pengembangan untuk mempelajari kelayakan, penelitian dan pengembangan Teknologi Pesawat Nirawak Taktis untuk misi keamanan Angkatan Udara, untuk lebih mengembangkan penelitian ke dalam lini produksi dan untuk digunakan di Angkatan Udara dan/atau lembaga eksternal.

25. Proyek Penelitian dan Pengembangan Sistem Kerjasama Pesawat Nirawak Berawak-Tak Berawak (MUM-T), Tahap 1, 2029-2035 dan Tahap 2, 2035-2037

Penelitian dan pengembangan untuk mempelajari kelayakan, penelitian dan pengembangan teknologi Kerjasama Pesawat Berawak-Tak Berawak dalam misi keamanan Angkatan Udara, pengembangan lebih lanjut penelitian ke dalam lini produksi dan implementasi di Angkatan Udara dan/atau lembaga eksternal.

Saat ini, Angkatan Udara Kerajaan Thailand memiliki pedoman untuk mengembangkan industri pertahanan Thailand dengan menggunakan Kebijakan Offset sebagai bagian penting dari proyek dengan menetapkan transfer pengetahuan dari pengadaan senjata dan peralatan dari luar negeri dan mendukung penelitian dan pengembangan yang mengarah pada produksi dalam negeri untuk kemandirian berkelanjutan di masa depan meskipun ada kendala anggaran.

(AAG)

15 Juli 2025

Pengembangan Kekuatan Udara Thailand Sesuai RTAF White Paper 2025 (1)

15 Juli 2025

RTAF White Paper 2025 ini merupakan revisi dari RTAF White Paper 2024 (infographics: RTAF)

Royal Thai Air Force (RTAF) White Paper 2025 dirilis pada Juni 2025 menyusul pengumuman pengadaan Saab JAS 39 Gripen E/F. White Paper ini merupakan penyempurnaan dari RTAF White Paper 2024 yang diluncurkan pada Simposium RTAF 2024 pada 29 Februari 2024, yang hanya berselang sekitar satu tahun dibandingkan dengan RTAF White Paper 2020.

Pelaksanaan rencana RTAF White Paper 2024 selama 2024-2025 disebutkan belum mendapatkan alokasi anggaran sesuai rencana karena keterbatasan anggaran negara. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan ulang rencana tersebut sesuai dengan kerangka anggaran yang diterima dan penyesuaiannya agar konsisten dengan Buku Putih Kementerian Pertahanan 2026-2037, yang memiliki kerangka pengembangan yang jelas baik untuk penyiapan kekuatan maupun penggunaan kekuatan guna meningkatkan struktur Kementerian Pertahanan dan mengembangkan potensi serta kemampuan untuk menanggapi ancaman hibrida, termasuk penyesuaiannya agar konsisten dengan Strategi Angkatan Udara 20 tahun 2018-2037 versi revisi 2025, bersamaan dengan pengumuman dalam Lembaran Negara pada tanggal 25 November 2024.

Sehubungan dengan pengumuman Kementerian Pertahanan tentang Zona Identifikasi Pertahanan Udara 2024, yang telah memperluas wilayah tanggung jawab Angkatan Udara Kerajaan Thailand, perlu ditetapkan pedoman pengembangan kemampuan sejalan dengan peningkatan wilayah tanggung jawab tersebut, yang menjadi asal muasal peninjauan dan penyusunan Buku Putih Angkatan Udara Kerajaan Thailand 2025 untuk menetapkan arah yang jelas bagi pengembangan Angkatan Udara Kerajaan Thailand.

Proyek-proyek Semua Domain untuk Rencana Pengembangan Angkatan Udara selama tahun 2024-2037, yang penting dalam pengembangan pesawat terbang dan kekuatan tempur, sebagaimana ditetapkan dalam Buku Putih RTAF 2025 terbaru, meliputi sebagai berikut ini.

Thailand telah memutuskan pesawat Gripen E/F sebagai pengganti F-16A/B (photo: RTAF)

1. Proyek pengadaan pesawat tempur pengganti, Tahap 1, 2025-2029, Tahap 2, 2028-2032, dan Tahap 3, 2030-2034

Pengadaan pesawat tempur pengganti pesawat tempur F-16A/B sebanyak 1 skuadron beserta perlengkapan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan perlengkapan lain yang diperlukan merupakan proyek pengadaan pesawat tempur jenis Gripen E/F, Skadron 102, Wing 1, Korat yang menunggu penandatanganan kontrak pada tahun 2025 ini. Terbagi dalam Tahap 1, anggaran sekitar 19.500.000.000 baht ($562.665.012) untuk 3 pesawat tempur satu kursi, Tipe Gripen E, dan 1 pesawat tempur dua kursi, Tipe Gripen F, Tahap 2, 3 pesawat Gripen E, dan 1 pesawat Gripen F, dan Tahap 3, 4 pesawat Gripen E. 

F-5E/F TH Super Tigris (photo: RTAF)

2.Proyek Pengadaan Pesawat Serang Pengganti atau Proyek Pengadaan Pesawat Nirawak Bersenjata Pengganti untuk Skuadron 211, Wing 23 atau Skuadron 231, Wing 23, 2031-2035

Pengadaan pesawat serang pengganti atau pesawat nirawak bersenjata, 1 skuadron, berikut perlengkapan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menggantikan pesawat tempur Model Northrop F-5E/F TH Super Tigris, Skuadron 211, Wing 21, Ubon Ratchathani, atau pesawat serang Tipe Alpha Jet TH, Skuadron 231, Wing 23, Udon Thani.

Angkatan Udara Kerajaan Thailand berencana mengganti satu skuadron yang terdiri dari 12-14 pesawat dengan pesawat serang seperti Beechcraft AT-6TH Wolverine yang saat ini bertugas di Skuadron 411, Wing 41, Chiang Mai, dan kemudian menambah satu skuadron lagi atau pesawat tempur nirawak (UCAV: Unmanned Combat Aerial Vehicle), baik yang dikembangkan di dalam negeri maupun yang menerima kerja sama transfer teknologi dari luar negeri.

Pesawat tempur F-35A ketika melakukan demo tour ke Thailand (photo: Dvids)

3. Proyek Pengadaan Pesawat Tempur Pengganti Generasi ke-5 untuk Skuadron 403, Wing 4, 2037-2046

Pengadaan 1 skuadron pesawat tempur pengganti generasi ke-5, berikut perlengkapan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menggantikan pesawat tempur jenis Lockheed Martin F-16AM/BM EMLU Fighting Falcon, Skuadron 403, Wing 4, Takhli.

Jelas bahwa Angkatan Udara Kerajaan Thailand masih melihat perlunya Jet Tempur Generasi ke-5, dengan rencana awal pengadaan Lockheed Martin F-35A Lightning II untuk menggantikan F-16A/B ADF Squadron 102, Wing 1, telah diubah menjadi F-16AM/BM EMLU Squadron 403, Wing 4.

Jika AS masih tidak menyetujui penjualan jet tempur F-35A ke Thailand, opsi lain yang dapat dipertimbangkan termasuk jet tempur Korea Aerospace Industries (KAI) KF-21 Boramae dari Republik Korea, jet tempur Turkish Aerospace Kaan, jet tempur Rusia Sukhoi Su-57.

Pesawat latih tempur T-50TH (photo: RTAF)

4. Proyek Pengadaan Pesawat Latih Tempur Awal T-50TH 2027-2031

Pengadaan 2 pesawat latih tempur dasar T-50TH Golden Eagle produksi Korea Aerospace Industries (KAI), beserta perlengkapan, suku cadang, sistem pendukung pelatihan, pelatihan, dan biaya lain yang diperlukan untuk mendukung misi pelatihan pilot tempur serang dasar Angkatan Udara guna membekali Angkatan Udara dengan pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan pesawat tempur multiguna.

Saat ini, Angkatan Udara Kerajaan Thailand telah menerima 14 pesawat tempur dan latih T-50TH yang akan ditempatkan di Skuadron 401, Wing 4, Takhli. Pengadaan 2 pesawat T-50TH lagi akan menambah jumlah pesawat menjadi 16, sehingga meningkatkan kesiapan untuk melatih pilot pesawat tempur serang.

Rudal IRIS-T pesawat Gripen RTAF (photo: FlightGlobal)

5. Proyek Pembangunan dan Pengadaan Gudang Senjata, Amunisi, dan Bahan Peledak Krisis Angkatan Udara (IRIS-T) 2024-2027

Meningkatkan kemampuan sistem persenjataan pesawat tempur dan latih T-50TH serta pesawat tempur F-16A/B agar dapat menggunakan rudal udara-ke-udara IRIS-T dan mendukung pengujian darat, pengujian udara, dan uji tembak.

Saat ini, Angkatan Udara Kerajaan Thailand telah mengintegrasikan rudal udara-ke-udara IRIS-T dengan pesawat tempur Saab Gripen C/D dari Skuadron 701, Wing 7, Surat Thani, pesawat tempur F-16AM/BM EMLU dari Skuadron 403, Wing 4, Takhli, dan pesawat tempur F-5E/F TH Super Tigris dari Skuadron 211, Wing 21, Ubon Ratchathani.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pesawat tempur dan latih T-50TH Golden Eagle dari Skuadron 401, Wing 4 akan diintegrasikan dengan rudal udara-ke-udara IRIS-T dan dapat mencakup pesawat tempur F-16A/B dari Skuadron 103, Wing 1, Korat, untuk meningkatkan kemampuan selama periode dinas sebelum Skuadron 102, Wing 1 menerima pesawat tempur Gripen E/F yang juga dapat menggunakan IRIS-T.

Pemasangan rudal AIM-9M pada pesawat Gripen RTAF (photo: RTAF)

6. Proyek Restorasi Senjata Udara-ke-Udara Visual (AIM-9M) 2026-2029

Mempertahankan kemampuan Rudal Jarak Jauh Raytheon AIM-9M Sidewinder (WVRM), rudal udara-ke-udara jarak pendek yang digunakan pada beberapa pesawat tempur utama Angkatan Udara, yang secara efektif memperpanjang masa operasionalnya.

Rudal MBDA Meteor BVRAAM pada pameran LIMA 2025 (photo: RTAF)

7. Proyek Pengadaan Senjata Udara-ke-Udara Jarak Jauh 2027-2029

Pengadaan rudal udara-ke-udara jarak jauh (BVRM) dengan jangkauan tidak kurang dari 50 mil laut (92,6 km), yang diyakini sebagai rudal udara-ke-udara jarak jauh (BVRAAM) Meteor MBDA yang tidak disebutkan untuk pesawat tempur Gripen C/D/E/F.

Pemasangan bom berpandu LIG Nex1 KGGB pada pesawat F-16A/B ADV RTAF (photo: RTAF)

8. Proyek Pengadaan Rudal Udara-ke-Permukaan Jarak Jauh 2030-2032

Pengadaan senjata berpemandu udara-ke-permukaan jarak jauh (Stand-Off Weapon) dengan jangkauan tembak tidak kurang dari 30 mil laut (55,56 km). Saat ini, Angkatan Udara Kerajaan Thailand telah membeli satu set bom luncur berpemandu satelit KGGB (Bom Berpemandu GPS Korea) dari LIG Nex1, Republik Korea. Yang telah dipasang untuk pengujian dan penembakan dari berbagai jenis pesawat tempur, termasuk pesawat tempur F-16A/B Block 15 OCU/ADF, Skuadron 103, Wing 1, yang dilengkapi dengan bom serbaguna Mk 82, ukuran 500 lbs, yang diproduksi di Thailand oleh Departemen Persenjataan Angkatan Udara, RTA (Direktorat Persenjataan).

Proyek pengadaan senjata berpemandu udara-ke-permukaan jarak jauh tersebut diketahui dapat mencakup perangkat perluasan jangkauan, bom udara-ke-udara serbaguna, Bom Luncur Terpandu Thailand (TGGB), yang dikembangkan oleh Departemen Persenjataan Angkatan Udara dan Institut Teknologi Pertahanan (DTI). Atau pengadaan rudal udara ke darat dari luar negeri, seperti Raytheon AGM-154 Joint Stand-Off Weapon (JSOW), TAURUS KEPD 350, MBDA Storm Shadow/SCALP, dll.

Pesawat angkut C-130H RTAF sewaktu singgah di Indonesia (photo: TNI AU)

9. Proyek Peningkatan Kemampuan Pesawat Angkut C-130H Tahap 3 2024-2027 dan Tahap 4 2027-2030

Peningkatan kemampuan mesin turboprop T56-A-15LFE pesawat angkut Lockheed Martin C-130H Hercules beserta perlengkapan, suku cadang, dan pelatihan terkait sehingga pesawat angkut C-130H dapat mempertahankan kemampuannya untuk melaksanakan misi-misi yang ditetapkan oleh TNI AU serta siap mendukung pemerintah dan membantu masyarakat. Angkatan Udara Kerajaan Thailand telah melaksanakan proyek peningkatan kemampuan untuk pesawat angkut C-130H dari Skuadron 601, Wing 6, Don Mueang, dalam dua fase sebelumnya dan saat ini sedang melakukan peningkatan kemampuan fase 3 dan akan diikuti oleh fase 4 untuk melanjutkan penggunaannya hingga pesawat angkut taktis baru dapat menggantikannya.

See full article AAG

30 Juni 2025

Optimum Essential Force Ditargetkan Tercapai 100 Persen pada 2029

30 Juni 2025

Konsep Optimum Essential Force dengan target pada tahun 2025 sebesar 30,3% dan menjadi 100% pada akhir tahun 2029 (photo: Eunavor Med)

Jakarta, IDM – Penguatan postur pertahanan dan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) melalui program Optimum Essential Force (OEF) ditargetkan mencapai 100 persen pada 2029. OEF merupakan lanjutan dari program Minimum Essential Force (MEF).

Target OEF itu dibahas dalam rapat yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Jakarta, Senin (23/6).

Asdep Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja Sama Pertahanan Kemenko Polkam Brigjen TNI (Mar) Kresno Pratowo mengatakan, pembangunan postur pertahanan melalui OEF menyasar terjaganya kedaulatan negara dan penguatan stabilitas keamanan. Ini juga untuk meningkatkan kemampuan multi-domain dalam melindungi kedaulatan, keselamatan bangsa, dan kepentingan nasional.

“Perlu dilanjutkan program penguatan postur pertahanan dengan konsep Optimum Essential Force dalam rangka meningkatkan efektivitas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia di daerah perbatasan dan pulau terluar,” kata Kresno dalam siaran pers, Selasa (24/6).

Kresno menyebutkan, pembangunan postur pertahanan juga perlu diiringi penguatan keamanan teknologi informasi telekomunikasi dan kapabilitas badan pertahanan siber, di samping peningkatan profesionalisme, kesejahteraan prajurit serta pemeliharaan dan perawatan alutsista.

“Salah satu kegiatan prioritas dalam pembangunan postur pertahanan adalah melanjutkan program penguatan postur pertahanan dengan konsep Optimum Essential Force dengan target pada tahun 2025 sebesar 30,3 persen dan menjadi 100 persen pada akhir tahun 2029. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah Kementerian Pertahanan atau TNI,” ujar Kresno.

Kresno mengatakan, rapat pembahasan OEF akan dilakukan secara berkelanjutan. “Oleh karena itu, diharapkan adanya sinkronisasi antara Sistem Perencanaan Pertahanan dengan postur, OEF, dan Strategi Trisula Perisai Nusantara,” kata dia.

Sebelum OEF, pemerintah menggagas Minimum Essential Force atau MEF sejak tahun 2007. Program MEF dilakukan melalui tiga tahap sampai 2024. Namun, hingga awal 2024 silam, capaian MEF baru sekitar 65 persen.

(IDM)

19 Juni 2024

Scytalys Berhasil Menyelesaikan Program SIK (Sistem Interoperabilitas Kodal/C2) TNI

19 Juni 2024

SIK atau Sistem Interoperabilitas Kodal (Kodal adalah Komando dan kendali /C2) telah berhasil diselesaikan oleh Scytalys (photos & image: Scytalys)

SCYTALYS mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyampaikan program Sistem Interoperabilitas Kodal (SIK) kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah berhasil menyelesaikan kontrak senilai $49 juta yang diberikan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Upacara pelantikan resminya berlangsung pada 12 Juni 2024.

Program SIK mewakili langkah penting dalam peta jalan modernisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (TNI), dengan membentuk Kerangka Kerja Interoperabilitas yang kuat dan dapat disesuaikan di seluruh sektor TNI.

Kerangka kerja ini, dirancang dan dikembangkan oleh SCYTALYS, memungkinkan Mabes TNI (MABES TNI) untuk membangun lingkungan Interoperabilitas Network-Centric Warfare (NCW), memfasilitasi aliran informasi taktis yang lancar di seluruh sektor Angkatan Bersenjata Indonesia.

Inti dari Program strategis ini terletak pada Pusat Komando dan Kontrol (C2) yang canggih, sebuah pusat terpusat yang menampung Kerangka Kerja Interoperabilitas yang dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh SCYTALYS.


Pencapaian penting dari Program SIK adalah lahirnya Standar Data Link Nasional Indonesia (INDL), sebuah protokol Data Link canggih yang merevolusi interoperabilitas antar seluruh sektor TNI. Teknologi INDL meningkatkan kesadaran situasional dan kesiapan operasional, namun yang lebih penting lagi memberikan kedaulatan Data Link kepada Indonesia.

Selain itu, pembuatan Gambaran Operasional Umum (COP) difasilitasi melalui pertukaran data yang lancar dengan markas besar Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pertahanan Udara, yang didukung oleh portofolio produk inti SCYTALYS, yaitu MIMS C2 dan ULS.

SCYTALYS juga telah membangun Stasiun Pengawasan dan Pemantauan Terpadu di lokasi strategis Natuna, yang terletak di Laut China Selatan, yang memperkuat Kewaspadaan Situasional di perbatasan laut yang penting ini.

Scytalis memungkinkan pertukaran data yang lancar dengan markas besar Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pertahanan Udara (image: Scytalys)

SCYTALYS juga telah berinvestasi dalam pengembangan kapasitas personel Indonesia dan industri Pertahanan lokal dengan menyediakan kursus pelatihan ekstensif, yang diselenggarakan di Yunani dan Indonesia, untuk memastikan bahwa Tentara Nasional Indonesia dibekali dengan keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan potensi penuh dari upaya yang dilaksanakan.

Tentang SCYTALYS
SCYTALYS SA adalah perusahaan pengembangan dan integrasi perangkat lunak pertahanan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 di Yunani. SCYTALYS mempekerjakan total 110 orang, sebagian besar adalah insinyur dan ahli di bidangnya. Ia memiliki kantor di 3 wilayah internasional (Yunani, AS, Singapura) untuk melayani pelanggannya di 14 negara di seluruh dunia. SCYTALYS adalah bagian dari EFA GROUP.

(GDA)

20 Mei 2024

RMN Launched The RMN 15 to 5 Transformation Programme Realignment

20 Mei 2024

Realignment of the RMN 15 to 5 Program (all infographics: Malaysian Defence)

KUALA LUMPUR: The Royal Malaysian Navy (RMN) launched the RMN 15 to 5 Transformation Program Realignment document during the 2024 Defence Services Asia (DSA) Exhibition in early May.

Navy chief Admiral Tan Sri Abdul Rahman Ayob said the document was very important for the RMN to take steps to become a powerful and dynamic force, on par with the more modern navies of foreign countries.

“I believe that if this plan is implemented as planned, RMN will definitely have the capabilities it needs in the future,“ he said in his address in conjunction with RMN’s 90th Anniversary.

He said significant changes would also be seen especially through the acquisition of new assets such as the Littoral Combat Ship (LCS), Littoral Mission Ship Batch 2 (LMSB2) and Multi Role Support Ship (MRSS) which have long been delayed.

“The acquisition of these assets will undoubtedly strengthen and enhance the frontline defence of the country,“ he added.

Abdul Rahman said that to enhance organisational effectiveness and establish more efficient and relevant governance channels, RMN will reorganise the governance channels of several headquarters, overhaul several units, and establish new units through the RMN Organisational Restructuring 2024, known as Re-org 24.

“This includes the establishment of the RMN Warfare and Doctrine Centre or ‘PUSPED’ to strengthen aspects of warfare and doctrine in the Navy.

“In addition, the results of Re-org 24 will also see the implementation of refinements to the appointments of Other Ranks (LLP) personnel, involving a total of 473 appointments, with 130 of them being various specialty appointments that will be promoted,“ he said.

Meanwhile, Abdul Rahman noted that the changing and increasingly challenging defense landscape demanded the national defence to be equipped accordingly, with the current assets now aging.

“As a maritime nation, Malaysia critically needs a capable navy to protect its territorial sovereignty and maritime interests,“ he said.

See full article Bernama via The Sun

18 Mei 2024

KSAL: TNI AL Berupaya Rampungkan Renstra dan Postur Kekuatan ke Depan

17 Mei 2024

Rencana postur TNI AL (photo: istimewa)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyebut TNI AL pada 2024 berupaya merampungkan dua dokumen strategis-nya pada 2024, yaitu Rencana Strategis (Renstra) TNI AL 2025–2029 dan Postur Pembangunan Kekuatan TNI AL 2025–2044.

KSAL menjelaskan dua dokumen itu nantinya menjadi pedoman pembangunan kekuatan TNI AL ke depan, terutama setelah berakhirnya pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) pada akhir 2024.

"Tahun ini merupakan tahap terakhir dalam mewujudkan kekuatan pokok minimum, yang artinya 2024 juga menjadi awal untuk menyiapkan dua dokumen strategis TNI AL, yaitu Postur Pembangunan Kekuatan TNI AL 2025–2044 dan Rencana Strategis TNI AL 2025–2029," kata Laksamana Ali saat memberi sambutan pada acara seminar internasional "Future Submarine" di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan dokumen strategis itu yang saat ini masih disusun TNI AL juga berpedoman kepada visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045, yang juga disebut dengan Visi Indonesia Emas 2045.

Dalam mendukung Indonesia Emas 2045, TNI AL dalam postur pembangunan kekuatan sampai 2044 juga mengangkat visi untuk menjadi angkatan laut yang modern, menggentarkan di kawasan (regionally-deterrent), dan berproyeksi global (globally-projected).

"Visi itu mengakui ke depan TNI AL bakal menghadapi ragam tantangan dan risiko yang berkembang pesat, yang kompleks, dan tak dapat diprediksi baik dalam lingkup global, regional, maupun nasional. Oleh karena itu, TNI AL pun dituntut untuk tangkas, adaptif, dan punya resiliensi yang baik," kata Laksamana Ali.

Gambaran usulan sejumlah alutsista TNI AL dalam paparan yang pernah disampaikan Kasal (photo: Pasmar1)

Dia mencontohkan konflik dan ketegangan yang saat ini terjadi baik di tingkat global seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Hamas, krisis di Laut Merah, atau pun di tingkat kawasan seperti ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, kemudian di dalam negeri ada masalah keamanan di Papua merupakan gambaran lingkungan strategis saat ini yang dinamis dan kompleks.

Tidak hanya itu, kompleksitas itu juga ditemukan pada kemajuan teknologi pertahanan yang saat ini terlihat dari penggunaan teknologi berbasis siber, kecerdasan buatan (AI), dan persenjataan/alutsista nirawak (unmanned system).

Faktor-faktor itu, menurut KSAL, turut mempengaruhi perencanaan pembangunan kekuatan TNI AL baik dalam dokumen renstra-nya maupun postur pembangunan kekuatannya untuk jangka panjang.

Terkait itu, KSAL menyoroti secara khusus penguasaan teknologi kapal selam dalam rencana pembangunan kekuatan TNI AL. Ali menilai penguasaan teknologi kapal selam modern merupakan simbol angkatan laut yang maju. KSAL pun berpendapat penting bagi industri pertahanan dalam negeri untuk menguasai teknologi itu dan membangun kemandirian untuk memproduksi kapal selam ke depannya.

Oleh karena itu, dia yakin seminar yang membahas secara khusus proyeksi teknologi masa depan kapal selam (future submarine) yang digelar oleh Yayasan Hiu Kencana dapat menjadi masukan yang berharga bagi TNI AL dalam penyusunan renstra dan postur kekuatannya.

"Melihat kondisi TNI AL saat ini, kita membutuhkan upaya yang komprehensif untuk membangun kekuatan kapal selam yang efektif," tutur Laksamana Ali.

05 April 2024

Otorita IKN Gelar FGD Strategi Pertahanan dan Keamanan IKN

05 April 2024

Postur kekuatan pertahanan IKN berdasarkan Smart Defence (all infographics: Kemhan RI)

JAKARTA- Dalam rangka memperkuat dan memajukan sistem pertahanan dan keamanan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Otorita IKN menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Konsep Strategi Pertahanan dan Keamanan IKN Berbasis Smart Defence and Security 5.0” di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (03/04/2024).

  Kepala Otorita IKN Bambang Susantono dalam sambutannya saat membuka FGD menyampaikan, dalam melihat topik pertahanan dan keamanan IKN perlu melihatnya sebagai bagian dari strategi besar Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.   

“Nanti pada diskusi, horizon kita, planningkita melompat sedikit ke 2045, bukan 5 sampai 10 tahun ke depan, tapi 2045 paling tidak,” ujar Kepala Otorita IKN.       

Bambang mengungkapkan, saat ini sedang terjadi megatrend pergeseran lanskap teknologi yang demikian cepat. Teknologi robotik, big data, artificial intelligence, internet of things, dan sebagainya telah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari, dan membuka peluang terciptanya hidup yang lebih baik.    

“Namun hal-hal tersebut juga menciptakan tantangan baru yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya,” ungkapnya.    

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2023 tentang Kewenangan Khusus Otorita IKN, kewenangan Otorita IKN mencakup semua urusan pemerintahan, kecuali urusan pemerintahan absolut yang salah satunya adalah pertahanan dan keamanan. 

“Jadi Ibu/Bapak sekalian soal Hankam ini di luar kewenangan kami, kami banyak menerima, mendengar, mendapat masukan dari Bapak/Ibu sekalian,” ujar Bambang. Nantinya, berbagai masukan dalam FGD akan dihimpun dan diselaraskan dengan strategi untuk pertahanan dan keamanan IKN.   

Lebih lanjut Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat sekaligus Ketua Kelompok Strategi Pertahanan dan Keamanan Otorita IKN, Mayjen TNI Achmad Adipati Karnawidjaja menjelaskan, bahwa IKN memiliki konsep strategi pertahanan berbasis siber.   

“Siber IKN yang diinginkan adalah membangun suatu siber yang mempunyai kedaulatan, kemandirian, dan ketangguhan,” ujar Mayjen Adipati.   

Sehingga untuk mendukung terwujudnya hal tersebut, menurut Mayjen Adipati, hal pertama yang harus disiapkan adalah menyiapkan sumber daya manusia. Untuk menyiapkan sumber daya manusia tersebut akan dibangun laboratorium siber dan satuan tugas siber.   

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini yaitu Rektor Universitas Pertahanan, Letjen TNI Jonni Mahroza; Ketua Tim Strategi Kerjasama Nasional dan Penilaian GCI BSSN, Agria Ramadhan; Direktur Bidang Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas, Erik Armundito.

Kemudian, Sekretaris Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Birgjen TNI Octa Heru Ramzi; Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Kepolisian, Brigjen Pol Indarto; Marsekal Madya Samsul Rizal; Rektor Universitas Achmad Yani, Hikmahanto Juwana; Deputi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas, Mayjen TNI Rido Hermawan, Dosen Universitas Binus Curie Maharani. Selain itu, diskusi ini turut dihadiri oleh Tentara Nasional Indonesia, lembaga think-tank, dan perguruan tinggi.

(IKN)