27 Juli 2024

Pitch Black 2024: TNI AU Jalankan Misi DCA Pada Latihan Pagi dan Malam

27 Juli 2024

F-16 A/B/C/D TNI AU dalam Pitch Black 2024 (all photos: TNI AU)

Memasuki hari keempat Fase Latihan Large Force Employment (LFE) Air Menuever Exercise (AMX) Pitch Black 2024, Kamis (25/07/2024), TNI AU yang tergabung dalam Blue Force menjalankan Misi Defence Counter Air (DCA) dimana Blue Force harus mempertahankan wilayah yang telah berhasil direbut.


Sedangkan Red Force harus menyerang dan merebut kembali wilayah yang telah berhasil dikuasai oleh Blue Force.

TNI AU pada kesempatan ini melaksanakan Misi DCA Pagi dan Malam.


Pada DCA Pagi, TNI AU dengan dua Pesawat F-16 Fighting Falcon yang tergabung dalam Blue Force akan berkolaborasi dengan beberapa negara lainnya, yaitu RSAF (Singapura) selaku Mission Commander mengerahkan empat F-15, RAF (Inggris) dengan empat Eurofighter Typhoon FGR-4, RAAF (Australia) dengan empat FA-18 Hornet, FASF (Prancis) dengan dua Dassault Rafale, SASF (Spanyol) dengan empat Eurofighter Typhoon dan ROKAF (Korea Selatan) dengan empat F-15.


Red Force yang terdiri dari IAF (India) menggunakan empat Sukhoi Su-30 sebagai Mission Commander akan didukung oleh TNI AU dengan dua F-16 Fighting Falcon, Marina Militare (AL Italia) dengan dua pesawat AV-8 Harrier, ROKAF (Korea Selatan) dengan dua F-15, TUDM (Malaysia) dengan dua F-18 D serta RAAF dengan dua F-35 dan dua EA-18 Growler pada Latihan Pagi.


Sedangkan untuk Latihan DCA malam Blue Force dengan Mission Commander Aeronautica Militare (AU Italia) mengerahkan empat Eurofighter Typhoon dan empat F-35 akan mempertahankan wilayah latihan bersama dua F-16 Fighting Falcon TNI AU, empat FA-18 Hornet RAAF (Australia), dua Eurofighter Typhoon SASF (Spanyol), dua Dassault Rafale dari FASF (Prancis), empat F-15 ROKAF (Korea Selatan), dan Empat Sukhoi Su-30 IAF (India).


Untuk Latihan Malam, Red Force dengan Mission Commander RAAF (Australia) dengan menggunakan dua EA-18 Growler dan empat F-35 A akan menyerang wilayah Blue Force dengan berkolaborasi dengan dua F-16 Fighting Falcon TNI AU, empat F-15 RSAF (Singapura), dan empat Eurofighter Typhoon RAF (Inggris).

26 Juli 2024

Bakamla Jajaki Pembangunan Pangkalan di Sulsel Jaga IKN

26 Juli 2024

Bakamla perlu pangkalan untuk menjaga IKN (photo: Poskota)

Makassar (ANTARA) - Badan Keamanan dan Keselamatan Laut (Bakamla) RI sedang menjajaki pembangunan pangkalan di Sulsel yang merupakan salah satu daerah yang menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).

Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Andi Darmawan Bintang, dalam keterangannya di Makassar, Kamis, mengatakan Bakamla merupakan bagian dari pengamanan, terutama pengamanan bagian tatanan laut untuk menunjang IKN.

Karena itu, lanjut dia, Bakamla dan Pemprov Sulsel secara bersama-sama tengah membahas kebutuhan-kebutuhan yang mungkin bisa difasilitasi oleh pemerintah daerah, misalnya sarana dan prasarana.

Untuk sementara, kata Darmawan Bintang, Kabupaten Takalar menjadi daerah pertama yang ditinjau, dan nantinya akan diadakan perbandingan-perbandingan karena laut di Selat Makassar jauh lebih luas.

Sementara itu Laksamana Pertama Bakamla RI Budi Santosa, menjelaskan, Sulsel sebagai daerah penyangga IKN, sehingga ia melakukan penjajakan dan berharap agar ke depan ada lokasi untuk dijadikan pangkalan Bakamla sebagai pemantau.

“Sesuai dengan Perpres 63, harus membangun beberapa pangkalan dengan tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan maritim dan membangun daya tangkal kemaritiman di Perairan Indonesia," jelasnya saat bertemu Plh Sekdaprov Sulsel.

Hadir dalam audience ini, Kolonel Bakamla Amir Mahmud (Analis Kebijakan Ahli Madya), Serka Bakamla Diah Ayu Megawati (Pengolah Data Direktorat Litbang Bakamla RI), Sertu Bakamla Bintang Cahya Permata Sari (Pengadministrasian Umum Direktorat Litbang Bakamla RI).

Serta perwakilan Kesbangpol Sulsel, perwakilan Biro Hukum, perwakilan Bappelitbangda, perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan, dan perwakilan Biro Pemerintahan Sulsel

(Antara)

Australia Accelerates to Build Army's 18 Medium Landing Craft Project

26 Juli 2024

18 medium landing craft for the Australian Army designed by Birdon and to be built by Austal at the Henderson Shipyard in Western Australia (image: Birdon)

The build of 18 medium landing craft for the Army’s new littoral fleet is being accelerated, underscoring the Albanese Government’s commitment to keeping Australians safe and support for Australia’s sovereign defence industry.

The $2 billion project - part of the Government’s record investment in Defence - is expected to create 1,100 direct jobs and more than 2,000 indirect jobs under a program that will also deliver heavy landing craft as well as amphibious vehicles.

The first of the medium landing craft vessels, designed by Birdon and to be built by Austal at the Henderson Shipyard in Western Australia, is expected to be delivered in 2026.

The local build of the medium landing craft is in addition to up to eight heavy landing craft which will also be built by Austal at Henderson.

These vessels are an essential component of Army’s transformation and optimisation for littoral manoeuvre. They will support a strategy of denial which includes deploying and sustaining modernised land forces with long-range land and maritime strike capabilities across our region.

The Albanese Government is investing $7 billion towards littoral manoeuvre vessels, an investment that continues to grow the Australian industrial base, supply chains and create highly skilled, well-paid jobs.

About the Landing Craft Medium: With a range of up to 2000 nautical miles when operating with the Landing Craft Heavy, the Landing Craft Medium are capable of transporting up to 90 tonnes, equivalent to four High Mobility Artillery Rocket Systems (HIMARS), or one main battle tank, or one infantry fighting vehicle and two Bushmasters. This is similar to the capacity of large aircraft such as a C-17 Globemaster. These landing craft will be supported by the Amphibious Vehicle Logistics which can navigate over beaches and through waterways that may be clogged with obstacles and debris.

Pangkoopsud III Tinjau Rencana Lahan Site Radar Sorong

26 Juli 2024

Maladumes, Sorong, Papua Barat Daya (image: GoogleMaps)

Panglima Komando Operasi Udara (Pangkoopsud) III Marsda TNI Benny Arfan, M.MP., MMDS., MSS., bersama Ketua PIA Ardhya Garini DIII Ibu Nunuk Benny Arfan meninjau lokasi lahan Site Radar dan melaksanakan Baksos di Distrik Maladumes, Sorong, Papua Barat Daya, Rabu (24/7/2024).

Setibanya Pangkoopsud III di Bandara Udara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong disambut dengan Kepala Seksi Keamanan Penerbangan Bandara DEO Sorong, Omardani Setyo Nugroho serta pejabat TNI Angkatan Udara perwakilan Sorong.


Pangkoopsud III mengungkapkan Pembangunan Site Radar baru di wilayah Sorong merupakan bagian rencana strategis TNI Angkatan Udara dalam menjaga dan mengamankan wilayah Udara utamanya di kawasan Timur Indonesia.

Selanjutnya Pangkoopsud III dan Ketua PIA Ardhya Garini D III juga melaksanakan silaturahmi dengan aparat pemerintah dan masyarakat sekitar sekaligus pembagian bingkisan dalam rangka Hari Bhakti TNI AU.

25 Juli 2024

Militer Perancis Bagikan Ilmu Pengoperasian Jet Tempur Rafale ke TNI AU

25 Juli 2024

Pesawat tempur Rafale Prancis (photos: TNI AU)

JAKARTA, KOMPAS.com - French Air and Space Forces atau Angkatan Udara dan Antariksa Perancis membagikan ilmu kepada TNI AU lewat Misi Pegase 2024. 

Lewat misi tersebut, Angkatan Udara dan Antariksa Perancis mendukung penuh Indonesia untuk pengoperasian jet tempur Rafale dan pesawat Airbus A400M Atlas. 

Diketahui, baik Rafale maupun A400M merupakan pesawat pesanan Indonesia untuk memperkuat TNI AU.  

“(Misi ini) untuk mendukung Angkatan Udara Indonesia, kami berbagi perspektif terbang dengan pesawat. Kita tahu, Rafale akan datang (ke Indonesia) pada 2026 dan A400M datang pada 2025,” kata Komandan Misi Pegase 2024 Brigjen Guillaume Thomas dalam konferensi pers di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (24/7/2024). 

Dalam Misi Pegase 2024, TNI AU dan Angkatan Udara dan Antariksa Perancis juga akan bertukar pengetahuan dan pengalaman yang mencakup kegiatan Subject Matter Matter Expert Exchange (SMEE), Air to Air Refueling, serta kegiatan lain.


Misi Pegase 2024 juga menunjukkan komitmen Perancis terhadap keamanan di kawasan Indo-Pasifik. 

“Perancis merupakan negara yang berdaulat di kawasan Indo-Pasifik. Angkatan Bersenjata Perancis terlibat sepenuhnya untuk melindungi penduduk Perancis dan kepentingan Perancis di kawasan,” tulis siaran pers Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia. 

Pantauan di lokasi, satu jet tempur Rafale dan dua pesawat kargo A400M Angkatan Udara dan Antariksa Perancis terparkir di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu siang, dalam rangkaian Misi Pegase. 

Rencananya, satu Rafale dan dua dua pesawat Airbus A330 MRTT Phenix akan menyusul. 

Negara-negara yang disinggahi dalam Misi Pegase 2024 kali ini adalah Uni Emirat Arab, Jepang, Singapura, Indonesia, Malaysia, Australia, India, Qatar, Mesir, Filipina, Selandia Baru hingga Kanada.

Radar Leonardo RAT-31 DL/M TNI AU

25 Juli 2024

Radar Leonardo RAT 31 DL/M (photo: Kemhan)

TNI AU saat ini telah mengoperasikan radar pertahanan udara (hanud) Leonardo RAT 31 DL/M, buatan perusahaan Italia Leonardo SpA, yang memperkuat Satuan Radar 221 TNI AU, Ngliyep, Malang, Jawa Timur.

Radar RAT-31 DL/M yang merupakan produksi bersama PT. LEN dan Perusahaan Italia Leonardo SpA, memiliki kemampuan jangkauan pengawasan hingga 400 km.


Radar ini juga dilengkapi perangkat untuk menghadapi peperangan elektronika/Electronic Counter Measure (EVM) dan diklaim dapat mendeteksi kehadiran rudal balistik.

Australia Berencana Mempersenjatai Super Hornet dengan Hypersonic Attack Cruise Missile (HACM)

25 Juli 2024

Rudal Jelajah Serang Hipersonik AS akan diuji coba diluncurkan di Woomera Australia, (image: Raytheon)

Royal Australian Air Force (RAAF) sedang bersiap mempersenjatai Boeing F/A-18F Super Hornet miliknya dengan Hypersonic Attack Cruise Missile (HACM) AS untuk serangkaian pengujian di negara tersebut. Keterlibatan Australia dalam proyek ini juga dapat diperluas hingga mengintegrasikan HACM all-up round (AUR) ke dalam pesawat, menurut Departemen Pertahanan (DoD) di Canberra.

HACM adalah senjata hipersonik taktis yang dirancang oleh Amerika Serikat untuk operasi jarak jauh. Dirancang untuk diluncurkan dari pesawat tempur dan pembom, rudal ini dimaksudkan untuk menyerang sasaran bernilai tinggi di lingkungan yang diperebutkan, menurut Angkatan Udara AS (USAF). Rudal ini juga dimaksudkan untuk diintegrasikan dengan upaya AS-Australia untuk mengembangkan teknologi rudal hipersonik melalui program bersama Southern Cross Integrated Flight Research Experiment (SCIFiRE).

Dimasukkannya HACM dalam SCIFiRE tidak hanya mendukung pengujian penerbangan tetapi juga pengembangan lebih lanjut dari rudal tersebut, kata juru bicara Departemen Pertahanan kepada Janes pada tanggal 22 Juli. “Melalui perjanjian SCIFiRE, AS dan Australia terus berkolaborasi dalam desain dan pengembangan HACM, termasuk upaya untuk mengintegrasikan HACM pada RAAF F/A-18F Super Hornet, dan menggunakan infrastruktur uji Australia untuk uji penerbangan,” kata juru bicara tersebut.

Keterlibatan F/A-18F RAAF dalam uji peluncuran HACM diungkapkan dalam laporan Juni 2024 oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS (GAO). Janes menilai pengujian tersebut akan dilakukan di Australia karena “ketersediaan dan keterbatasan jangkauan pengujian… untuk program hipersonik” di AS, menurut laporan GAO.

Laporan GAO menambahkan bahwa integrasi HACM dengan SCIFiRE akan “meringankan masalah ini”.

24 Juli 2024

RSAF Hones Operational Capabilities in Large-Scale Multinational Air Combat Exercise in Australia

24 Juli 2024

The Republic of Singapore Air Force (RSAF)’s F-15SG fighter jet training with the United States Air Force's F-22 in Exercise Pitch Black 2024 (photos: Sing Mindef, RSAF)

The Republic of Singapore Air Force (RSAF) is participating in Exercise Pitch Black (XPB) 2024, a biennial large-scale multinational air combat exercise hosted by the Royal Australian Air Force (RAAF) in Darwin, Australia. Held from 12 July to 2 August 2024, this year’s iteration is the largest in the exercise’s 43-year history as it involves more than 4,400 personnel and over 140 aircraft from 20 participating nations. 

The RSAF’s A330 Multi-Role Tanker Transport (MRTT) flying alongside the F-15SG and F-16 fighter jets in Darwin, Australia (photo: Sing Mindef)

The exercise provides a realistic and challenging training environment for the participating air forces to pit their air combat skills against simulated threats across a wide range of scenarios, such as air-to-air combat, air-to-ground combat, as well as surveillance and reconnaissance missions in both day and night conditions.

Our A330 MRTT conducting air-to-air refuelling with our F-15SG (photo: RSAF)

The RSAF, a regular participant in XPB, has deployed more than 450 personnel, four F-15SGs, six F-16C/Ds, one G550 Airborne Early Warning aircraft, and one A330 Multi-Role Tanker Transport (A330 MRTT) aircraft. 

The RSAF's A330 MRTT conducting air-to-air refuelling with the RAAF's F-35A fighter aircraft and the RSAF's F-15SG and F-16C (photo: Sing Mindef)

The A330 MRTT will be conducting air-to-air refuelling operations to extend the endurance of fighter aircraft from participating nations and enhance operational competencies through the large-scale air combat training environment. Multiple Ground-Based Air Defence systems, including the SHIKRA and Multi-Mission Radar, the Aster 30, and the SPYDER are also participating in the exercise this year.

The RSAF's A330 MRTT performing air-to-air refuelling with the F-18 Super Hornets from the RAAF (photo: Sing Mindef)

The RSAF’s XPB Exercise Director, Colonel Lee Mei Yi, shared her views on the significance of this year’s multilateral exercise. She said, “Exercise Pitch Black is important to the RSAF as it enhances interoperability and cooperation with our international partners on a regular basis, while honing our operational competencies. We also value the opportunity to train alongside the various foreign air forces.

The French Air and Space Force's Rafales conducting air-to-air refuelling with the RSAF's MRTT (photo: Sing Mindef)

F-35 fighter jets during the exercise, as we look towards emerging and future capabilities. This large-scale air combat exercise will certainly sharpen our skills, refine our tactics, and strengthen our partnerships with other established air forces. We are also grateful to the RAAF for their unwavering support, as well as fostering our close and long-standing defence relations and mutual collaboration over the years.”

The Royal Australian Air Force’s F-35 fighter jet taking off the runway in Darwin, Australia (photo: Sing Mindef)

Since its inception in 1981, XPB seeks to enhance professionalism, cross-learning, and coordination among participating air forces, while strengthening friendship, mutual trust and close rapport between the airmen and women of the participating nations.

PH Eyes Defense Pacts with 3 More Countries

24 Juli 2024

FAIC-M squadron of Philippine Navy (photo: PN)

MANILA – The Philippines is looking to sign a Reciprocal Access Agreement (RAA) with Canada, France, and New Zealand. Department of National Defense (DND) Secretary Gilberto C. Teodoro Jr. has said.

"We are going to work on an RAA hopefully with Canada, with France, (also) with New Zealand and with other countries that escaped my memory," Teodoro said in an interview with ABS-CBN News Channel on Monday afternoon.

The DND chief also said a similar pact with these countries will center on interoperability between their military forces.

"They will all look the same, they will allow (the) Armed Forces of these different countries to operate with the Philippine Armed Forces within the Philippine territorial jurisdictions and vice versa so it will increase interoperability between these countries," he added.

The country's first RAA signed with Japan last July 8, aims to lift restrictions on military-to-military exchange between the Armed Forces of the Philippines and Japan Self Defense Force.

The DND chief said he hopes to start talks with these countries on a possible RAA by next year.

"Hopefully by next year, it is not easy to negotiate the RAA, and that's why we want a Defense Transformation Bill to come out because our staff is limited," he added.

However, despite the DND only having 267 employees, Teodoro said that negotiating and finishing the RAA with Japan is a big accomplishment.

"I'm very proud with what everybody is doing in this department despite its handicap so I hope our legislators listen and capacitate us so that we can do more," he added. 

(PNA)

Tawaran Kapal Selam S26 Made in China dan Dinamika Geopolitik Global

24 Juli 2024

Kapal selam diesel AIP S26 (photo: Sinodefence)

Kementerian Pertahanan bersama dengan Mabes TNI dan Mabes Angkatan saat ini sedang melakukan evaluasi terhadap usulan rencana kebutuhan anggaran pengadaan sistem senjata untuk periode 2025-2029 yang dibiayai oleh skema Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman Dalam Negeri (PDN).

Ketiga Angkatan TNI sudah mengajukan rencana kebutuhan anggaran akuisisi sistem senjata kepada Kementerian Pertahanan sejak beberapa bulan lalu. Setelah kegiatan evaluasi di Kementerian Pertahanan selesai, usulan itu akan diajukan kepada Menteri Pertahanan untuk disetujui sebelum diusulkan kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Apabila mendapatkan persetujuan dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, usulan rencana kebutuhan anggaran pembelian sistem senjata akan dicantumkan dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN-JM) 2025-2029 dan Daftar Kegiatan Pinjaman Dalam Negeri (DKPDN) 2025-2029.

Berapa nilai alokasi Blue Book 2025-2029 untuk Kementerian Pertahanan sampai saat ini masih misteri, sebab hal demikian merupakan kewenangan pemerintahan baru. Namun terdapat spekulasi bahwa nilai alokasi Pinjaman Luar Negeri (PLN) bagi belanja sistem senjata akan berkisar antara US$ 25 miliar hingga US$ 35 miliar.

Menurut perkiraan, TNI Angkatan Udara akan menjadi penerima terbesar PLN, disusul oleh TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Darat. Apabila perkiraan demikian benar, konfigurasi demikian tidak berubah dari alokasi penerima PLN pada periode 2020-2024 di mana alokasi final PLN senilai US$ 25 miliar.

Pada pembangunan kekuatan pertahanan kurun masa 2025-2029, TNI Angkatan Laut diperkirakan akan mendapatkan alokasi belanja pengadaan sistem senjata utama seperti kapal fregat dan kapal selam dari Kementerian Pertahanan. Akuisisi kedua sistem senjata merupakan lanjutan dari kegiatan serupa pada MEF 2020-2024.

Luyang III/Type 052D DDG (photo: USNI)

Sebab, TNI Angkatan Laut memerlukan lebih banyak kapal selam dan fregat baru guna menggantikan kapal selam dan fregat lama yang usia operasionalnya sudah melebihi 30 tahun.

Selama MEF 2020-2024, Kementerian Pertahanan melakukan pembelian dua kapal selam kelas Scorpene Evolved dan dua kapal fregat Thaon Di Revel. Walaupun pada MEF 2010-2014 Kementerian Pertahanan mengimpor tiga kapal selam DSME 209/1400 dari Korea Selatan, kinerja kapal selam tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan dan cenderung menjadi beban bagi TNI Angkatan Laut.

Walaupun pembangunan kekuatan pertahanan era 2025-2029 belum dimulai, China kini gencar menawarkan kapal selam S26 yang sebelumnya gagal dibeli oleh Thailand karena pihak pertama gagal memenuhi kebutuhan pihak terakhir.

Saat itu China menjanjikan bahwa kapal selam AIP tersebut akan dilengkapi sistem pendorong MTU 396 buatan MTU, Jerman. Akan tetapi pemerintah Jerman menolak menerbitkan lisensi ekspor kepada China untuk sistem pendorong yang dikenal andal tersebut karena alasan embargo terhadap Cina sejak peristiwa pembantaian Tiananmen pada 1989.

Penolakan pemerintah Jerman tidak mengejutkan, antara lain karena Jerman dan negara-negara Barat berupaya mempertahankan keunggulan teknologi mereka, sementara di sisi lain China dikenal kerap melaksanakan reverse engineering tanpa izin dari negara produsen.

Penawaran kapal selam S26 merupakan satu paket dengan penawaran kapal perusak Type 052D dengan harga murah apabila Indonesia membeli keduanya. Baik penawaran S26 maupun Type 052D sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa tahun silam, akan tetapi Indonesia lebih tertarik dengan penawaran dari Naval Group dan Fincantieri.

Nampaknya China tidak putus asa dengan penawaran tersebut dan kembali menyodorkan paket kapal selam dan kapal perusak menjelang dimulai pembangunan kekuatan pertahanan periode 2025-2029. Terhadap penawaran kapal selam maupun kapal perusak dari China, terdapat beberapa hal yang sebaiknya harus diperhatikan oleh Indonesia.

Mesin MTU 396 buatan MTU Jerman (photo: MTU)

Pertama, pertimbangan geopolitik. China memang salah satu kekuatan besar ekonomi dunia sekaligus anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Namun perlu diingat pula bahwa China sedang berupaya membangun tatanan dan norma sendiri dalam hubungan antar bangsa, khususnya di kawasan Indo Pasifik, yang cenderung tidak sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia dan hukum internasional.

Selain melakukan bullying kepada negara lain, China pun berupaya mengubah hukum internasional dengan memaksakan penafsiran-penafsiran sepihak yang ditolak oleh-negara lain. Cara China memajukan kepentingan nasionalnya tidak lebih baik daripada yang dilakukan oleh Amerika Serikat, walaupun China mengeklaim sebagai kekuatan alternatif terhadap Amerika Serikat.

Kedua, potensi konflik di Laut China Selatan. Walaupun tidak mengakui klaim nine dash line China di Laut Cina Selatan, Indonesia hendaknya tidak naif bahwa Indonesia tidak memiliki potensi konflik dengan China hingga 20 tahun ke depan.

Apakah pelanggaran kapal-kapal pemerintah China terhadap wilayah Zone Ekonomi Eksklusif dan perairan teritorial Indonesia selama 20 tahun terakhir tidak cukup untuk meyakinkan Indonesia bahwa China memiliki ambisi teritorial terhadap hak berdaulat dan wilayah kedaulatan Indonesia?

Meskipun Amerika Serikat juga melakukan pelanggaran terhadap hak berdaulat dan wilayah kedaulatan Indonesia, akan tetapi negara itu tidak mempunyai ambisi teritorial terhadap Indonesia.

Ketiga, integrasi sistem. Indonesia selama ini mengakuisisi beragam sistem senjata utama dari negara-negara Barat, di mana integrasi antar sistem senjata tersebut lebih mudah apabila Indonesia berniat melakukannya.

Seandainya Indonesia membeli kapal selam S26 dan kapal perusak Type 052D, integrasi dengan sistem senjata buatan Barat akan penuh tantangan dari aspek politik maupun teknis. Integrasi antarkedua sistem harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemerintah negara-negara Barat, sebab Indonesia terikat dengan lisensi ekspor yang telah diterbitkan sebelumnya.

Keempat, penguasaan teknologi kapal selam. Di mana benang merah antara penguasaan teknologi melalui akuisisi kapal selam kelas Scorpene Evolved dengan kapal selam S26 apabila Indonesia setuju membeli kapal selam buatan China? Apakah tawaran kapal selam S26 akan berkontribusi pada penambahan pengetahuan dan keterampilan insinyur dan teknisi Indonesia dalam penguasaan teknologi kapal selam?

Menurut pengetahuan penulis, diskusi antara Kementerian Pertahanan dengan China Shipbuilding Trading Co, Ltd tentang kapal selam S26 tidak menyentuh tentang kemitraan industri, sementara belum jelas pula apakah China State Shipbuilding Corporation selaku pembuat S26 memiliki rencana untuk melaksanakan alih teknologi kapal selam kepada Indonesia.

Kelima, keandalan teknis. Keandalan teknis kapal selam S26 nampaknya di bawah kapal selam buatan Eropa seperti Scorpene Evolved dan U214. Hal itu bisa dilihat dari nilai indiscretion rate kapal selam Scorpene Evolved sekitar enam persen, sedangkan nilai indiscretion rate S26 ialah 15 persen.

Indiscretion rate yaitu waktu yang dibutuhkan kapal selam untuk melaksanakan isi ulang baterai, di mana semakin besar nilai indiscretion rate maka semakin lama pula waktu yang diperlukan oleh suatu kapal selam untuk melaksanakan isi ulang baterai. (Alman Helvas Ali)

23 Juli 2024

Latihan AMX Pitch Black 2024: TNI AU Jalankan Misi Hancurkan Pusat Kendali Lawan

23 Juli 2024

Air Maneuver Exercise Pitch Black 2024 (photos: TNI AU)

Latihan multinasional Air Maneuver Exercise (AMX) Pitch Black 2024 mencapai fase Large Force Employment (LFE), Senin (22/07/24). Dalam skenario latihan, empat pesawat F-16 Fighting Falcon TNI Angkatan Udara menjalankan misi menghancurkan bangunan pusat kendali lawan di Darwin sebagai bagian dari tim Blue Force.

Latihan ini melibatkan 20 delegasi yang dibagi menjadi dua tim besar, yaitu Blue Force dan Red Force. TNI AU, sebagai bagian dari Blue Force, bergabung dengan Angkatan Udara Australia (RAAF), yang mengerahkan empat pesawat F-35A dan bertindak sebagai Mission Commander.


Tim Blue Force juga diperkuat oleh Angkatan Udara Jepang (JASDF) dengan empat pesawat F-2, Angkatan Udara Korea (ROKAF) dengan empat F-15, dan Angkatan Udara Inggris (RAF) dengan empat Eurofighter Typhoon FGR-4.

Selain itu, Blue Force terdiri dari Aeronautica Militare (Angkatan Udara Italia), yang mengerahkan empat pesawat Eurofighter Typhoon dan empat F-35, Marina Militare (Angkatan Laut Italia) dengan dua pesawat AV-8 Harrier, serta Angkatan Udara Malaysia (TUDM), yang mengoperasikan dua  pesawat F-18 D.


Di sisi lain, Red Force dipimpin oleh RAAF sebagai Mission Commander, yang mengerahkan EA-18G Growler, dua pesawat F-35A, dan dua F-35. TNI AU turut serta dengan dua F-16 Fighting Falcon, serta didukung oleh ROKAF dengan dua pesawat F-15.

Selain misi serangan, latihan juga mencakup Air to Air Refueling (AAR). TNI AU berkesempatan melaksanakan AAR dengan pesawat KC-30A milik RAAF.

PH Army Test-fires Israeli-made Sabrah Light Tank Guns

23 Juli 2024

1st Tank Battalion with Sabrah Light Tank test-fires the 105mm main guns (all photos: PA)

MANILA – The Philippine Army’s (PA) 1st Tank Battalion has test-fired the 105mm main guns of its newly acquired light tanks from Israel.

In a Facebook post Wednesday night, the 1st Tank Battalion said the test fire was held during the familiarization and training exercise for Army personnel on the use of the Elbit Systems' Land Sabrah light tanks at the Col. Ernesto Rabina Air Base target range in Tarlac province on July 8-11.

"This event was a crucial part of maintaining the battalion's combat readiness and operational efficiency, providing both seasoned soldiers and new trainees with invaluable hands-on experience," the 1st Tank Battalion said.

It added that the rigorous training sessions included a series of realistic combat scenarios designed to test and enhance the accuracy, reliability, and firepower of the Sabrah tanks.

The 1st Tank Battalion said having these light tanks in the PA's inventory would greatly boost its territorial defense capabilities.

Armor Division commander Maj. Gen. Pedro C. Balisi Jr. was also present during the exercise to assess the performance of the Sabrah light tanks.

The Armor Division is expected to receive 20 units of the Sabrah from 2023 to 2024 aside from 10 units of wheeled armored vehicles.

Six to 10 Sabrah units are believed to be in service as of this time.

The PA's light tank acquisition project is under Horizon 2 of the Revised Armed Forces of the Philippines Modernization Program.

The contract is worth PHP9.4 billion and was acquired via government-to-government mode. 

(PNA)

Kapal Selam RSS Invincible Dikirimkan ke Singapura

23 Juli 2024

Proses RSS Invincible ketika masuk ke MV Rolldock Star (photo: DarthFreder)

Kapal selam RSS Invincible yang merupakan kapal selam pertama Type 218 SG buatan Jerman pesanan pemerintah Singapura berangkat untuk pengiriman ke Singapura pada tanggal 18 Juli 2024 lalu demikian unggahan WarshipCam pada tanggal 18 Juli 2024.

Invincible dikirim dengan cara diangkut dengan kapal cargo besar MV Rolldock Star, merupakan 1 diantara 5 kapal RollDock-S-Class milik RollDock shipping company. Kapal cargo ini mempunyai ukuran panjang 151,5m, lebar 25,4m, drfat 5,67m dengan 2 crane masing-masing kapasitas 350 ton.

Proses RSS Invincible ketika masuk ke MV Rolldock Star (photo: DarthFreder)

Kapal selam ini diluncurkan pada Februari 2019, setelah selesai menjalani beberapa tahapan pengujian, kapal ini tetap berada di Jerman agar dapat dilakukan pelatihan bagi para calon awak kapal selam Invincible class.

"Invincible" adalah salah satu dari empat SSK Tipe 218SG yang dipesan berdasarkan dua kontrak terpisah yang ditandatangani antara tkMS dan Kementerian Pertahanan Singapura masing-masing pada tahun 2013 dan 2017.

Invincible ditutup dengan tumpukan kontainer (photo: WarshipCam)

Persiapan perjalanan ke Singapura bagi Invincible dilakukan semenjak 4 Juli 2024, dimana setelah kapal selam memasuki MV Rolldock Star maka  bermacam-macam kontainer logam diletakkan di atas dek kargo Rolldock Star untuk menyembunyikan kapal.

Kontainer ini menutupi dek kapal selam dan memblokir sebagian besar conning tower, yang seharusnya terlihat di atas lambung kapal pengangkut. Cara ini dilakukan persis sama seperti saat pengiriman kapal selam RSS Impeccable yang telah sampai ke Singapura pada Juli 2023 lalu.

Invincible ditutup dengan tumpukan kontainer (photo: WarshipCam)

Tumpukan kontainer logam untuk menutupi bodi kapal selam ini dilakukan sebagai penyamaran kapal cargo ini ketika memasuki Laut Merah (Red Sea) yang rawan dengan aksi pembajakan. 

Kapal selam buatan thyssenkrupp Marine Systems (tkMS) di Kiel, German ini dijadwalkan akan ditugaskan pada Angkatan Laut Singapura/Republic of Singapore Navy (RSN) pada akhir tahun 2024.

22 Juli 2024

Royal Australian Navy Conducts Successful Firing of Naval Strike Missile

22 Juli 2024

HMAS Sydney DDG 42 (photo: dvids)

The Royal Australian Navy has achieved a major milestone in integrating enhanced lethality strike capabilities into the surface combatant fleet as directed by Government.

Hobart class destroyer, HMAS Sydney, has conducted a successful firing of the Naval Strike Missile, Navy’s replacement for the ageing Harpoon weapon system.

The firing was conducted during Exercise RIMPAC 2024, being hosted by the United States Navy off Hawaii, during a simulated activity which tested the sinking of Ex-USS Tarawa LHA1.

Firing of Naval Strike Missile from HMAS Sydney DDG 42 (photos: Aus DoD)

This is a major milestone towards achieving the objectives of the National Defence Strategy by enhancing Defence’s integrated, focused force, and a great example of Defence’s collaboration with industry and international partners.

HMAS Sydney – built at Osborne in South Australia – is a guided missile destroyer that can provide air defence and maritime protection for accompanying ships, land forces and infrastructure in coastal areas.


Quotes attributable to Minister for Defence Industry, Pat Conroy:
“This collaboration between Defence and industry partner Kongsberg Defence Australia, along with local Australian companies such as Marand, Aerobond, Australian Precision Technologies, Nupress Group, Axiom Precision Manufacturing and Stahl Metall, demonstrates the Australian Government’s commitment to working with defence industry to accelerate enhanced lethality capability integration.

“The National Defence Strategy outlined a strategy of denial as the cornerstone of Defence planning to prevent any potential adversary from succeeding in coercing Australia through force, while supporting regional security and prosperity.


“This firing was an excellent example of Defence, our international partners and Australian industry working together to accelerate the delivery of new capability to promote regional stability.

“Australia’s strategic environment is changing rapidly, the introduction of Naval Strike Missile allows our Navy’s surface ships to conduct long range maritime strike and delivers on our promise to increase the capability and lethality of our Navy.”


Quotes attributable to the Chief of Navy, Vice Admiral Mark Hammond, AO, RAN:
“HMAS Sydney’s firing of Naval Strike Missile during RIMPAC 2024 represents a significant increase in the lethality of our surface fleet, and delivers on our commitment to accelerate the introduction of enhanced lethality strike capabilities.

“Naval Strike Missile is a key capability for the lethality enhancement and survivability of our ships and enables our ability to hold an adversary at risk at greater range.

“Multi-domain strike capabilities including Naval Strike Missile are foundational to deterring any potential adversary’s attempts to project power against Australia.”

Malaysia Pertimbangkan Pemberian Denda atau Tender Ulang atas Keterlambatan Pengiriman Black Hawk

22 Juli 2024

Helikopter UH-60M Black Hawk (photo: Lockheed Martin)

Perang berlarutan antara punca kelewatan penghantaran Black Hawk

KUALA LUMPUR - Peperangan berlarutan di Ukraine menjadi antara punca kelewatan perolehan perkhidmatan sewaan helikopter jenis UH-60A Black Hawk, kata Timbalan Menteri Pertahanan, Adly Zahari.

Beliau berkata, perkara itu dimaklumkan pihak Aerotree Defence and Services Sdn Bhd iaitu syarikat yang dipertanggungjawabkan dalam kontrak perolehan perkhidmatan sewaan helikopter berkenaan.

"Proses kelulusan pihak pengawal selia Amerika Syarikat juga telah diperketatkan bagi pemodenan spesifikasi teknikal dan intergrasi sistem avionik ke atas pesawat Black Hawk UH-60A.

"Garis masa program kerja dan jangkaan penghantaran pesawat berkenaan ke Malaysia telah disemak semula dan diperbaharui pihak Slovak Training Academy dan semua yang terlibat berdasarkan kondisi rantaian bekalan terkini serta jangkaan masa kelulusan pihak pengawal selia Amerika Syarikat,” katanya.

Beliau menjawab soalan Datuk Seri Ikmal Hisham Abdul Aziz (PN-Tanah Merah) mengenai punca kegagalan syarikat Aerotree Defence and Services membekalkan UH-60A kepada Tentera Darat Malaysia mengikut waktu ditetapkan dan tindakan susulan kementerian pada sesi soal jawab di Dewan Rakyat pada Selasa.

Adly berkata, syarikat berkenaan dipertanggungjawabkan menghantar dua helikopter pada 30 Oktober 2023 dan dua buah lagi pada 30 Disember 2023.

Beliau berkata, Kementerian Pertahanan memandang serius kelewatan itu kerana ia memberi impak terhadap pengoperasian helikopter Pasukan Udara Tentera Darat (PUTD) seperti yang digariskan dalam kontrak.

"Seterusnya, (jika) berlaku sebarang kelewatan dalam penghantaran helikopter ini, kerajaan telah mengambil langkah melalui kontrak ini, akan mengenakan denda lewat ke atas kelewatan yang disebabkan oleh syarikat.

"Namun demikian, sekiranya syarikat masih gagal membuat penghantaran mengikut tarikh ditetapkan, kementerian juga boleh membatalkan perolehan ini dan menender semula sebagaimana disyaratkan kontrak,” katanya. 

Pitch Black 2024: TNI AU Berlatih dengan Pesawat Tempur F-22 Raptor Milik USAF di Langit Darwin

22 Juli 2024

F-16 AM/BM TNI AU dan F-22 USAF dalam Pitch Black 2024 (photos: TNI AU)

Memasuki hari keempat latihan Multinasional Air Maneuver Exercise (AMX) Pitch Black 2024, delegasi TNI AU melaksanakan latihan bersama pesawat tempur generasi kelima F-22 Raptor milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) di Langit Darwin, Northern Territory, Australia, pada Kamis (18/07/2024).

Pada latihan tersebut, dua pesawat tempur F-16 Fighting Falcon milik TNI AU berlatih melaksanakan manuver pertempuran dengan dua F-22 Raptor USAF. Sebelumnya, pada sesi latihan pagi, TNI AU mengerahkan empat pesawat tempur F-16 Fighting Falcon untuk berlatih dengan empat JAS-39 Gripen milik Royal Thai Air Force (RTAF).


Latihan tidak hanya berfokus pada penguasaan teknik terbang, tetapi juga mencakup Dissimilar Air Combat Training (DACT) dan Dissimilar Air Combat Manuever (DACM).

Usai melaksanakan latihan, Kapten Pnb Hangga "Rocket" memuji kemampuan manuver F-22 Raptor dalam kondisi pertempuran kecepatan rendah dan pelaksanaan manuver Super High Angle of Attack yang memungkinkan pesawat tersebut berbalik arah 180 derajat dalam waktu kurang dari tiga detik.


Sementara itu, Kapten Pnb Didik "Frigate" mengungkapkan bahwa kemampuan stealth F-22 Raptor terbukti tidak terdeteksi oleh sensor pesawat hingga jarak yang cukup dekat. Menurutnya, hal ini merupakan kesempatan berharga bagi penerbang TNI AU untuk menambah pengalaman dan pembelajaran di masa yang akan datang.

F-22 Raptor USAF pada Pitch Black 2024 (photo: dvids)

Sebagai bagian terakhir dari fase Force Integration Training (FIT), latihan ini akan memasuki fase Large Force Employment (LFE). Seluruh delegasi akan dibagi menjadi Blue Team dan Red Team untuk menjalankan misi latihan yang lebih kompleks pada minggu kedua dan ketiga latihan.

21 Juli 2024

PT PAL Catatkan Penjualan Produk Hingga Rp3,14 Triliun Pada 2023

21 Juli 2024

Kapal Cepat Rudal KCR-60 produks PT PAL (photo: PAL)

Surabaya (ANTARA) - PT PAL Indonesia mencatat penjualan produk defense mencapai Rp3,14 triliun pada 2023 yang merupakan terbesar dalam sepanjang sejarah perusahaan dengan kontribusi signifikan dari proyek kapal Frigate dan proyek ekspor.

“Melalui pencapaian ini maka PT PAL Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri maritim global,” kata CEO PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dalam keterangan di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.

Kapal Bantu Rumah Sakit produksi PT PAL (photo: PAL)

Sepanjang 2023, PT PAL Indonesia juga berhasil meraih pendapatan mencapai Rp3,61 triliun sepanjang 2023 sehingga menjadi tahun dengan pendapatan tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Tidak hanya tahun lalu, pada semester awal 2024 pun PT PAL Indonesia berhasil mencapai berbagai milestone target proyek yang menjadi indikator utama dalam menjaga ketepatan waktu delivery.

Barge Mounted Power Plan produksi PT PAL (photo: Antara

Kaharuddin mengatakan sumber daya manusia (SDM) yang kapabel, fasilitas yang mendukung, kemampuan modal kerja, dan rantai pasok terpenuhi merupakan kombinasi unggul untuk meraih berbagai capaian ini.

Tak hanya itu, implementasi digital manajemen melalui IM4.0 membuat semua informasi termonitor secara lebih terukur dan real-time sehingga keberhasilan ini menjadi perhatian tersendiri bagi stakeholder.

LPD Tahap 2 AL Filipina (image: PAL)

“Pencapaian ini merupakan hasil dari kerja keras dan dedikasi seluruh tim di PT PAL Indonesia. Komitmen kami terus meningkatkan produksi dan menjaga ketepatan waktu pengiriman adalah kunci keberhasilan perusahaan,” katanya.

Ia menjelaskan dalam lima tahun terakhir sejumlah proyek strategis telah diserahterimakan kepada kustomer seperti dua Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) pesanan TNI AL dan empat Kapal Cepat Rudal pesanan Kementerian Pertahanan RI.

Fregat Merah Putih untuk TNI AL (image: PAL)

Kemudian satu Barge Mounted Power Plan (BMPP) 60MW pesanan Indonesia Power (IP) serta beberapa MRO produk alutsista meliputi program Refurbishment 41 Kapal Perang dan non-alutsista lainnya.

Semester 1 2024

Sementara selama semester awal 2024, PT PAL Indonesia mencapai milestone penting seperti First Steel Cutting dan Keel Laying proyek Kapal Frigate Merah Putih 1, First Steel Cutting Kapal Frigate Merah Putih 2, First Steel Cutting dan Keel Laying Proyek Kapal Landing Dock Philippines 1 dan 2 serta proyek ekspor lainnya.

Kapal selam Scorpene Evolved segera dibangun di PT PAL (photo: news.cn)

Untuk produk elektrifikasi dan energi, PT PAL Indonesia telah melaksanakan Shipnaming and Launching BMPP Nusantara II 30MW serta bersiap melaksanakan proyek pembangunan kapal selam Scorpene Evolved Lithium Ion Battery.

Menurut Kaharuddin, PT PAL Indonesia yang juga berhasil memperoleh kontrak baru mencakup proyek-proyek defense dan non-defense menandakan bahwa perusahaan mampu bersaing di pasar global.