30 April 2021

AS Akan Jual 2 Kapal Patroli Bekas ke Indonesia

30 April 2021

USCGC Aquidneck (photo : US Navy)

Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menjual dua kapal patroli bekas ke Indonesia. Kedua kapal tersebut sebelumnya dioperasikan oleh US Coast Guard Cutter atau armada penjaga pantai Amerika Serikat.

Dikutip dari Fox News, dua kapal patroli yang akan dijual AS ke Indonesia itu adalah USCGC Adak dan USCGC Aquidneck.

Mengutip seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, Fox News melaporkan bahwa penjualan kedua kapal tersebut merupakan kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump, sebelum dia lengser tahun lalu.

Untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut, pemerintahan Presiden Joe Biden pun, pada Jumat (2/4) lalu melaporkan ke Kongres AS tentang rencana penjualan kedua kapal ini. Penjualan alutsista ini dilakukan dalam kerangka kerja sama pertahanan kedua negara, yang disebut Excess Defense Articles. 

"Penjualan dilakukan sebagai bagian dari upaya memperkuat keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik, termasuk pertahanan nasional Indonesia dan penanggulangan pembajakan," tulis Fox News mengutip pejabat Departemen Luar Negeri AS.

USCGC Adak (photo : US Navy)

Sementara itu The South China Morning Post (SCMP) menulis, pemberitahuan soal penjualan kedua kapal patroli itu oleh Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS ke Kongres, tanpa menyebutkan harga karena dirahasiakan. 

Sesuai peraturan yang berlaku di AS, penawaran resmi kedua kapal tersebut akan dilakukan 30 hari setelah pemberitahuan kepada Kongres. Artinya, tindak lanjut rencana transaksi akan dilakukan di awal Mei 2021 ini.

SCMP mengaku mengonfirmasi kabar ini ke pihak TNI Angkatan Laut, namun belum mendapat respons. 

Sementara itu dikutip dari laman resmi USCGC, Adak yang diambil dari nama sebuah pulau di Alaska, telah bergabung sebagai kapal patroli maritim AS sejak 18 Agustus 1989. Kapal ini juga dianggap berjasa melakukan evakuasi warga, saat serangan teror 9/11 terjadi pada 9 September 2001.

Hal ini membuat rencana penjualan USCGC Adak memicu polemik, karena sebagian anggota Kongres dan masyarakat menganggap kapal itu punya nilai sejarah untuk tetap dipertahankan berada di Amerika Serikat. "Ide menjual Adak ke negara asing, terutama sekarang menjelang peringatan 20 tahun 9/11, tidak masuk akal," kata anggota Kongres dari Partai Republik yang mewakili New York, Lee Zeldin.

PH Navy Awaiting US Nod on Transfer of Cyclone Patrol Boats

30 April 2021

Cyclone class Patrol Boats (photo : US Navy)

MANILA – The Philippine Navy (PN) is awaiting the official approval of the United States government regarding the transfer of its newly-decommissioned Cyclone-class patrol vessels to the country.

"To date, PN is still waiting for the official approval from the State Department, USG (United States Government) on the authority to transfer the CCV (Cyclone-Class Vessels) to the PN. While waiting for the said approval, PN already requested the Price and Availability (P&A) of the CCV in order to identify the acquisition cost for planning/programming purposes of the end-user," said Navy chief Vice Admiral Giovanni Carlo Bacordo in a message on Wednesday night.

He added that the US government has an outstanding offer regarding the Cyclone-class patrol vessels to the PN under its Excess Defense Article (EDA) program.

Bacordo said the PN has already expressed its intent to acquire these ships as early as December last year.

"PN is also waiting for the official offer from USG that will serve as an invitation for the PN to conduct JVI (Joint Visual Inspection) as part of the planning and future programming for its acquisition," he said.

Bacordo added that the end-user technical working group, which is the PN, will prepare the proposal based on the P&A and JVI result.

"P&A is expected to be forwarded to PN anytime next week," he said.

Bacordo earlier said he will be happy if the PN acquires at least five of these Cyclone-class patrol vessels which will be a boost to its fleet.

At present, the PN has one Cyclone-class patrol vessel in its service, the BRP General Mariano Alvarez (PS-38), formerly the ex-USS Cyclone, which was transferred to the PN in 2004.

"We have manifested our interest with JUSMAG (Joint US Military Assistance Group) and US INDOPACOM (Indo-Pacific Command)," he added.

The Cyclone-class patrol ships are a class of US Navy coastal patrol boats consisting of some 14 ships.

These vessels weigh around 328.5 long tons and have a length of 179 feet, a beam of 25 feet, and a draft of 7.5 feet.

Their maximum speed is placed at 35 knots and they have a range of between 2,000 to 2,500 nautical miles.

Cyclone-class patrol vessels are armed with two 25mm autocannons and several high-powered machine guns. 

(PNA)

Tank Boat Meluncur ke Air

30 April 2021

Tank boat Antasena (photos : Pindad, Lundin)

Alutsista terbaru, Tank Boat telah meluncur di perairan Banyuwangi pada rabu, 28 April 2021. Tank Boat akan menjalani tahapan uji internal untuk memeriksa kembali seluruh fungsi kapal diatas air.

Tank Boat diharapkan dapat mendukung TNI  dalam melakukan operasi rawa, laut, sungai dan pantai (Ralasuntai) serta tugas penjagaan laut dan pantai (Sea and Coast Guard).

Tank Boat dapat mengangkut 60 orang personil dan 5 orang kru, memiliki kecepatan maksimum 40 knot serta daya jelajah hingga 600 Nm. Dilengkapi senjata utama RCWS kanon kaliber 30 mm dan 2 senapan mesin 12,7 mm, Tank Boat siap menjaga kedaulatan dan mempertahankan wilayah perairan NKRI.

Tank Boat merupakan program Kementerian Pertahanan RI yang dilaksanakan oleh konsorsium dimana PT Pindad (Persero) menjadi lead integrator bekerjasama dengan PT Lundin Industry Invest, PT Len Industri (Persero), dan PT Hariff.

(Pindad)

Ismail Sabri: Cabinet to Decide on Fate of LCS Project

30 April 2021

KD Maharajalela in 2019 (photo : KDSI I)

LUMUT: The delay in the delivery of the Royal Malaysian Navy's littoral combat ships (LCS) will be brought to the Cabinet to ascertain the best solution, said Defence Minister Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob.

He said that the matter is crucial to determine the future of the project as well as the fate of 10,000 workers and vendors who are affected due to the delay.

"We will bring the matter to the Cabinet to get solutions. There are two options, the first of which is for Boustead Naval Shipyard Sdn Bhd (BNS) to have a new direction that will be presented in the Cabinet to enable the project to continue.

"If this does not obtain Cabinet approval, a new company will be appointed. So far, we are leaning towards the first option," he said.

Ismail Sabri was speaking to reporters after witnessing a demonstration of the Fast Interceptor Craft at the RMN base here today.

He said the Cabinet will come up with a decision soon. He also hoped that the issue on workers who have lost their jobs due to the delay would be resolved soon.

"We will look into all angles especially on the welfare of workers. As such, we suggest Boustead continue the project," he said.

Yesterday, Pangkor assemblyman Datuk Seri Dr Zambry Abdul Kadir had said about 200 vendors and contractors have shut down following the delay in the delivery of the LCS two years ago.

He had said it was crucial for the LCS project to proceed so that vendors and workers can continue their work and avoid retrenchment.

The LCS construction project, worth RM9.128 billion, was awarded to BNS by the government through the Defence Ministry. A total of RM6 billion has been paid for six ships.

However, to date, not a single LCS has been handed over to the RMN although the contract agreement, signed in January 2014, stipulates that the first vessel was due to be handed over to the government in April 2019.

(NST)

29 April 2021

S. Korea to Develop Indigenous Marine Corps Chopper by 2031

29 April 2021

MUH-1 Marineon helicopter (photos : DC)

SEOUL (Yonhap) -- South Korea decided Monday to develop an indigenous attack helicopter for Marine Corps operations, the arms procurement agency said.

The defense project promotion committee, presided over by Defense Minister Suh Wook, approved the project, which is to begin in earnest next year and to be completed in around 2031 with a budget of 1.6 trillion won (US$1.44 billion), according to the Defense Acquisition Program Administration (DAPA).


The new platform is likely to be based on a MUH-1 Marineon, the Marine variant of the country's KUH-1 Surion helicopter, according to officials.

"We've taken into consideration diverse factors such as the interoperability with the Marineon and the operations and management efficiency," DAPA said in a statement. "The project is expected to enhance our troops' capabilities, particularly in northwestern islands (near the inter-Korean border)."

Tersisa 4 Kapal Selam, RI Rencana Tambah 3 Kapal Selam Baru

29 April 2021

KRI Ardadedali 404 (photo : Sindonews)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kabarnya berencana  menambah 3 kapal selam baru. Hal ini di tengah tragedi tenggelamnya kapal selam Nanggala-402 di laut Bali Utara.
Pihak Komisi I DPR RI yang mengawasi bidang pertahanan sudah mendesak agar segera ada langkah konkret dari pemerintah. Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi sudah memberi aba-aba bahwa pemerintah bakal menambah kapal selam lagi sampai 2024.

"Rencananya ada 3 kapal selam lagi tahun 2024," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/4/21).

Dalam rencana strategi (renstra), Indonesia idealnya disebut punya 12 kapal selam. Namun saat ini Indonesia hanya memiliki jauh di bawahnya. Sebelum tenggelamnya Nanggala-402, Indonesia memiliki 5 kapal selam, namun setelah tragedi itu maka berkurang menjadi empat.

Kapal selam tersebut adalah Kapal Selam Nagapasa-403, Kapal Selam Ardadedali-404, Kapal Selam Alugoro-405 serta Kapal Selam Cakra-401. 

"Ya ini adalah sebagai peringatan 'keras' untuk alutsista yang sudah uzur hendaknya dikandangkan saja dan dipersiapkan yang 'brand new'. Alutsista seperti kapal selam, kapal laut, heli, pesawat atau senjata yg diawaki, perlu dievaluasi tingkat kesiapannya," sebut Bobby.

Demi memperbarui alutsista, DPR juga memberi beberapa catatan penting, karena keterbatasan anggaran, maka TNI harus membuat skala prioritas.

"Tentunya menentukan skala prioritas- dari banyaknya pilihan-pilihan postur pertahanan, khususnya untuk senjata yang diawaki, yang sudah lewat usia pakai atau lewat batas jam pemakaian," jelasnya.

Menhan Prabowo sempat dikabarkan menjajaki pengadaan kapal selam dari Prancis dan Jerman. Namun, kepastiannya belum jelas, setelah pengadaan 3 kapal selam baru dari Korsel sudah tuntas. Berikut dua model kapal selam yang dijajaki Indonesia.

Kapal selam Riachuelo (varian Scorpene)

Per Desember 2020, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dilaporkan berdiskusi dengan konsorsium perusahaan galangan kapal asal Perancis Naval Group. Seperti dilaporkan Janes, Indonesia tengah menjajaki pemesanan kapal selam kelas Riachuelo, yang merupakan modifikasi dari kelas Scorpene.

Scorpene adalah kapal selam konvensional yang dirancang oleh Naval Group (Perancis) untuk pasar ekspor. Naval Group memang memberikan promosi dengan iming-iming transfer teknologi dalam pembelian kapal selamnya.

Kapal selam Tipe 214

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian BUMN mengadakan pertemuan dengan para perwakilan dari Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS), produsen kapal selam asal Jerman pekan ini. TKMS menawarkan proposal pengadaan kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 kepada TNI Angkatan Laut.

Kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 merupakan salah satu kapal selam tercanggih buatan TKMS Jerman yang juga bertipe hybrid.

SSK Tipe 214 merupakan kapal selam dengan kompartemen berlambung tunggal yang menggabungkan prinsip desain dari tipe sebelumnya yakni tipe 209 dan tipe 212A.

Penggabungan prinsip desain tersebut, menjadikan SSK Tipe 214 memberi solusi penghematan biaya operasional yang sangat mumpuni dan menjadi opsi terbaik untuk digunakan bagi Angkatan Laut global. (CNBC)

KRI Cakra 401 (photo : PAL)

'Kakak' KRI Nanggala 402 Masuk Bengkel, Ini Perkembangannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402, Indonesia kini hanya memiliki empat kapal selam. Namun, salah satu di antaranya tidak bisa menjalankan operasinya.
Saat ini 'kakak dari KRI Nanggal 402, yaitu KRI Cakra 401 masih dalam proses perbaikan sistem kapal di galangan kapal PT PAL Surabaya.

"Overhaul perbaikan besar jadi pengetesan juga. Itemnya banyak juga, karena banyak sistem sama platform yang diperbaiki," kata Kadep Humas PT PAL Indonesia (Persero) Utario Esna Putra kepada CNBC Indonesia, Senin (26/4/21).

"Salah satunya persiapan SAT (Sea Acceptance Test) test," kata Utario.

Kegiatan overhaul kapal selam KRI Cakra 401 setidaknya sudah berlangsung sejak Januari 2020 lalu. Presiden Jokowi sempat melihat langsung di PT PAL kala itu.

Proses overhaul kapal selam membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bahkan tahunan. KRI Nanggala 402 sendiri juga sempat masuk fase proses perbaikan sejak beberapa tahun silam.

Ia tidak bisa merinci lebih jauh progres persentase dan kapan bakal selesai. Ketika selesai masa overhaul, maka Indonesia bisa menambah kapal selam yang ada saat ini.

Sebelum KRI Nanggala tenggelam, Indonesia sempat punya 5 kapal selam.

Berikut daftarnya: Kapal Selam Cakra-401, Kapal Selam Nanggala-402, Kapal Selam Nagapasa-403, Kapal Selam Ardadedali-404, Kapal Selam Alugoro-405.

Namun, dari kelima kapal selam itu, hanya tiga yang beroperasi setelah KRI Nanggala dipastikan tenggelam. Jumlah kapal selam yang dimiliki Indonesia masih begitu minim padahal kebutuhan ideal minimal 12 unit. (CNBC)

KAI Tested Martin Baker Ejection Seat for KF-21 Boramae

29 April 2021

Martin Baker Mk.18 ejection seat during test on KF-21 cockpit model (photos : Martin Baker)

KAI unveiled South Korea’s first indigenous fighter jet prototype on 9th April 2021, 5 years after the start of the KF-X program, naming it the KF-21 Boramae during the announcement showcase.

KAI aim to deliver 40 KF-21 aircraft to the Republic of Korea Air Force by 2028 with 80 more aircraft to follow by 2032.


The KF-21 will be fitted with Martin-Baker Mk.18 Ejection Seats – the latest in Ejection Seat technology. Martin-Baker are proud to be suppliers on the KF-X program and to support the ROKAF and South Korea in this significant milestone for the country.

Andrew Martin, Senior Vice President of Marketing and Business Development, said;

“MB is honoured to have been competitively selected for this new aircraft. We have seen first hand the dedication and hard work that KAI and its team put into their successful KT-1 and T-50 aircrafts and we have no doubt that the KF-21 will follow the same path.”

Australian MQ-9Bs to be Equipped with AESA Radar

29 April 2021

The Leonardo Seaspray maritime search and track AESA radar, one of the primary sensors that differentiates the SeaGuardian from the SkyGuardian, is housed in the aircraft’s centreline pod (photo : GA-ASI)

Australian MQ-9Bs to be equipped to SeaGuardian standard

The General Atomics Aeronautical Systems Inc’s (GA-ASI’s) MQ-9B unmanned aerial vehicles (UAVs) have been approved for sale to Australia and will be delivered in the SeaGuardian maritime configuration, according to the sale notification, which was posted on 23 April.

The US Defense Security Cooperation Agency’s (DSCA’s) approval of the sale included the Leonardo Seaspray 7500E V2 active electronically scanned array (AESA) over-water radar and Automatic Information System (AIS) for surface vessel identification that feature on the SeaGuardian. Australia had earlier been linked to a sale of the SkyGuardian variant of the MQ-9, which focussed on the overland mission.


“The proposed sale improves Australia’s capability to meet current and future threats by providing timely intelligence, surveillance, and reconnaissance (ISR), target acquisition, locate submarine capabilities, and counter-land and counter-surface sea capabilities for its security and defence,” the DSCA said, highlighting the platform’s proposed maritime role.

Besides the specific maritime equipment, the 12 approved MQ-9Bs will be fitted with the sensors and systems that are common to both the SeaGuardian and SkyGuardian, including Wescam MX-20 electro-optic/infrared (EO/IR) sensors and Leonardo SAGE 750 electronic surveillance measures (ESM) systems. As noted by GA-ASI earlier, the MQ-9B’s sensor suite, augmented by automatic track correlation and anomaly-detection algorithms, enables real-time detection and identification of surface vessels over thousands of square nautical miles.

TNI AL: Anggaran Beli Submarine Rescue Ship Masuk Program di Bappenas dan Kemhan

29 April 2021

OpsReq Submarine Rescue Ship (image : defence.pk)

Asrena KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menyebut saat ini pihaknya tengah merencanakan upaya pengadaan submarine rescue ship atau kapal penyelamatan untuk kapal selam. Pengadaan itu didasarkan atas kebutuhan kapal penyelamatan yang memang hingga kini tak pernah dimiliki oleh pemerintah Indonesia.

"Masalah kapal rescue, ini berhubungan dengan jabatan saya sebagai Asrena. Kapal rescue kita [pengadaannya] sudah diprogramkan dengan Bappenas dengan Kemhan," ujar Ali dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Pentingnya peran rescue ship juga menjadi alasan untuk memasukkan anggaran pengadaan kapal tersebut dalam perencanaan strategis [renstra] di TNI AL yang akan diajukan Kementerian Pertahanan. Akan ada satu unit kapal rescue yang akan diajukan.

"Dalam renstra ini satu kapal rescue," ungkapnya.

Ali juga memastikan investigasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 akan segera dilakukan. Investigasi akan melibatkan sejumlah pakar dan ahli di bidangnya.

"Kalau masalah diaudit, pasti kita audit. Jadi kita akan investigasi semuanya. Kita investigasi juga tapi harus menghadirkan para pakar, bukan para pengamat. Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam. Bukan hanya pengamat sekadar pengamat," tuturnya.

Setelah KRI Nanggala tenggelam, TNI AL kini hanya memiliki empat kapal selam. Salah satunya adalah KRI Cakra-401 yang usianya tak kalah tua dengan KRI Nanggala.

Kapal tersebut tengah menjalani overhaul [perbaikan menyeluruh] di Korea Selatan. Sementara tiga kapal selam sisanya tergolong kapal baru, yang pengadaannya hasil kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan. 

"Tiga lagi kapal baru buatan Korea saat ini kondisinya siap untuk melaksanakan kegiatan operasi," pungkasnya.

Ketiga kapal selam itu adalah KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Julius Widjono mengakui Indonesia memang tak memiliki kapal rescue. Sehingga harus meminta bantuan negara lain yang tergabung dalam ISMERLO.

KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam dan 53 awaknya dinyatakan gugur saat bertugas. KRI Nanggala sempat dinyatakan hilang kontak saat menjalani latihan di perairan Bali.

28 April 2021

Jenderal Tedjo: TNI Perlu 16 Kapal Selam Buat Jaga Lautan Indonesia

28 April 2021

Tahun 1960-an TNI AL telah mempunyai 12 kapal selam kelas Whiskey, seperti terlihat dalam gambar KRI Thamrin adalah submarine tender untuk armada kapal selam waktu itu. Dalam perencanaan kebutuhan kapal selam Indonesia menargetkan mempunyai minimal 12 kapal selam dan idealnya 16 kapal selam (photo : TNI AL)

"Bukan hanya jumlah yang harus miliki, namun capability juga harus kita miliki. Jadi selain jumlah tadi saya katakan kapabilitas, untuk meng-cover seluruh wilayah kita membutuhkan idealnya 16 (unit) kapal selam," ucap Tedjo.

Dari pernyataan Tedjo itu, bisa terlihat bahwa TNI Angkatan Laut masih membutuhkan setidaknya 12 unit kapal selam lagi untuk mendukung tugasnya mengamankan wilayah kedaulatan NKRI di perairan. Selain kapal selam, tentunya TNI Angkatan Laut juga membutuhkan sejumlah unit kapal lain semisal frigate dan korvet.

Hal ini yang sempat dikatakan oleh mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI (Purn.) Tedjo Edhie Purdjianto, dalam sebuah diskusi bersama Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto Djojohadikusumo.

Tedjo mengatakan, bukan cuma jumlah kapal selamnya saja yang perlu dimiliki dalam kuantitas banyak. Tetapi juga, kemampuan atau kapabilitas unit kapal selamnya pun perlu diperhatikan. 

RI Widjajadanu (WDU) 409 (photo : Hiu Kencana)

Sebagai mantan orang nomor satu di TNI Angkatan Laut, Tedjo yang juga pernah menduduki posisi sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (Menkopolhukam RI), tahu persis seperti apa postur ideal alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dibutuhkan.

"Bukan hanya jumlah yang harus miliki, namun capability juga harus kita miliki. Jadi selain jumlah tadi saya katakan kapabilitas, untuk meng-cover seluruh wilayah kita membutuhkan idealnya 16 (unit) kapal selam," ucap Tedjo.

Dari pernyataan Tedjo itu, bisa terlihat bahwa TNI Angkatan Laut masih membutuhkan setidaknya 12 unit kapal selam lagi untuk mendukung tugasnya mengamankan wilayah kedaulatan NKRI di perairan. Selain kapal selam, tentunya TNI Angkatan Laut juga membutuhkan sejumlah unit kapal lain semisal frigate dan korvet.

Indonesia Asks for S. Korea's Support to Cover Tech Gap in Joint Fighter Project

28 April 2021

KF-21 Boramae fighter (image : m.korea)

SEOUL (Yonhap) -- Indonesia has asked South Korea to help its engineers involved in a joint fighter jet development project catch up with the technological progress made while they were away back home over coronavirus concerns, the defense ministry said Wednesday.

Indonesia is a partner for South Korea's 8.8 trillion won (US$7.9 billion) project to develop its first homegrown supersonic combat plane, though Jakarta has stopped making payments for the 20 percent of the total development cost it had promised to shoulder.

Indonesian engineers had been participating in the development in South Korea, but they returned home in March last year amid the coronavirus pandemic. South Korean engineers continued with the development and unveiled the jet's first prototype earlier this month.

The ministry said Indonesia reaffirmed its commitment to the project during its Defense Minister Prabowo Subianto's visit to South Korea to attend the rollout ceremony, after its failure to make payments gave rise to speculation that the country could quit the program.

"Indonesia welcomed proposals made by South Korea to boost the two countries' defense cooperation and expressed hope for South Korea's support to help Indonesian officials catch up with the technology gap in the KF-21/IF-X joint development project," the ministry said a report to the parliament.

Possible cooperation includes the provision of unused military supplies to Indonesia, the ministry said.

Republic of Singapore Navy Conducts Passage Exercise with Royal Australian Navy

28 April 2021

RSS Stalwart and HMAS Anzac during passage service (photo : Aus DoD)

On 26 April 2021, our Formidable-class frigate RSS Stalwart conducted a passage exercise (PASSEX) with the Royal Australian Navy (RAN)'s frigate HMAS Anzac within international waters in the southern reaches of the South China Sea. The exercise was also supported by a Fokker-50 maritime patrol aircraft from the Republic of Singapore Air Force.

The exercise comprised a series of manoeuvring and communication exercises, and gunnery firings by the two frigates. RSS Stalwart also conducted cross-deck evolutions with HMAS Anzac's MH-60R helicopter, before the exercise wrapped with a sailpast of the participating ships.


The Republic of Singapore Navy (RSN) conducts regular PASSEXes with foreign navies to enhance mutual understanding and strengthen friendship with other navies. These professional interactions at sea has enabled the RSN to keep our ties warm with our navy counterparts, especially amidst the ongoing COVID-19 situation.

Marinir Berlatih Menembak Mortir 60 MM dan Multiple Granade Launcher

28 April 2021

Latihan menembak mortir dan multiple grenade launcher (photos : PasMar2)

Dispen Kormar (Pasuruan) Prajurit Petarung Yonif 3 Marinir menujukkan profesionalisme dengan melaksanakan latihan menembak Mortir 60 mm Serbia dan Pelontar Granat atau Multiple Granade Launcher (MGL) untuk meningkatkan kesiapan Satgas Muara dan Perairan (MUPE) TA. 2021 di daerah Latihan Puslatpurmar 3 Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Selasa (27/04/2021).


Dalam kegiatan tersebut Komandan Batalyon Infanteri 3 Marinir Letkol Mar Tri Yudha Ismanto, S.E.,MSDA menyaksikan secara langusng prajuritnya yang sedang melaksanakan latihan menembak mortir 60 mm Serbia dan MGL. Latihan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kesiapan prajurit Yonif 3 Mar dalam menghadapi Satgas Mupe TA. 2021 khususnya para pengawak mortir 60 mm Serbia dan MGL.

Danyonif 3 Marinir Letkol Mar Tri Yudha Ismanto, S.E.,MSDA menyampaikan kepada para prajurit, agar teori dan drill yang sudah didapatkan di Satuan di aplikasikan dengan baik dalam latihan tersebut. “Laksanakan evaluasi selesai melaksanakan latihan agar dapat mengetahui kekurangan masing-masing sehingga bisa lebih baik di latihan berikutnya,” tegasnya.


Disampaikan juga kepada seluruh peserta latihan agar selalu mengutamakan faktor keamanan dan keselamatan (Zero Accident) dan mematuhi protokol kesehatan di setiap melaksanakan kegiatan.

TLDM Rencana Tambah 13 Lagi Bot Pemintas

28 April 2021

Serah terima 6 Fast Interceptor Craft (FIC) kepada TLDM akan diikuti pesanan 13 lagi (all photos : TLDM)

LUMUT — Kementerian Pertahanan bercadang untuk menambah 13 lagi bot pemintas Fast Interceptor Craft (FIC) bernilai lebih RM120 juta untuk memperkasakan lagi pertahanan di kawasan sempadan khususnya di perairan negara.

Menteri Kanan Pertahanan, YB Dato’ Seri Ismail Sabri Yaakob berkata setakat ini, Tentera Laut DiRaja Malaysia (TLDM) telah menerima enam bot berkenaan yang bernilai keseluruhan RM80 juta pada 19 Mac yang lalu.

Menurut beliau, FIC melalui Projek Peralihan Operasi Benteng (Op Benteng) yang dibina Gading Marine Industry (M) Sdn Bhd (GMI) itu diletakkan dalam Skuadron Fast Combat Boat (FCB) berperanan sebagai elemen sokongan pertahanan maritim negara terutama kepada kapal TLDM dalam penugasan Op Benteng dalam meningkatkan keupayaan pengawasan dan pintasan di perairan cetek dan berpulau.


Beliau berkata demikian ketika sidang media selepas menyaksikan Demonstrasi Fast Interceptor Craft (FIC) sempena lawatan kerja beliau ke Pangkalan TLDM Lumut, Perak, hari ini.

Terlebih dahulu, YB Menteri juga telah merasmikan Kiosk BHP yang terletak di dalam Kem Armada Mutiara, Pangkalan TLDM Lumut. Kiosk ini merupakan yang perfama disediakan oleh BHPETROL di dalam kawasan kem yang akan memberi kemudahan kepada lebih daripada 15,000 anggota TLDM serta keluarga di pangkalan ini.

YB Menteri turut meluangkan masa beramah mesra serta berbuka puasa bersama warga TLDM Lumut. 

(Mal Mindef)

27 April 2021

Kala Nanggala Cegah Australia Masuk Timtim Jelang Jajak Pendapat

27 April 2021

KRI Nanggala 402 (photo : AP)

Jakarta - Kapal selam KRI Nanggala-402, yang bergabung ke TNI-AL sejak 1981, telah menjalankan banyak misi untuk menjaga kedaulatan NKRI. Laksamana Muda (Purn) Frans Wuwung, yang pernah menjadi Kepala Kamar Mesin di Nanggala, menyebut kapal itu pernah menjalankan misi ke perbatasan Timor Timur-Australia menjelang jajak pendapat 1998.
Äda banyak kekuatan waktu yang mau masuk selain Australia. Tapi kemudian mereka ragu karena ada Nanggala di sana. Itu namanya efek deterrent," kata Frans Wuwung kepada tim Blak-blakan detikcom, Sabtu (24/4/2021).

Saat berpangkat Mayor, Frans Wuwung menjadi salah satu perwira yang dikirim ke Jerman Barat untuk mengikuti pendidikan kapal salam. Di sana dia juga terlibat langsung dalam proses uji coba Nanggala sebelum berlayar menuju Surabaya. Salah satu uji coba adalah menguji kekuatan Nanggala hingga 30 atmosfer absolut yang setara dengan kedalaman 300 meter.

Dari galangan kapal Howaldswerke Deutsche Werf di Kiel, Nanggala berlayar selama dua bulan menuju Surabaya. Pelayaran langsung oleh para awak TNI-AL ini dikomandani oleh Letkol Arman. Selain Nanggala, kala itu Indonesia membeli Cakra yang memiliki spesifikasi sama. Cakra, yang dikomandani Letkol Antonius Sugiarto, tiba lebih dulu, 4 Juli 1981.

Pembelian dua kapal selam ke Jerman Barat itu merupakan perintah langsung Presiden Soeharto. Misi pembelian dipimpin Laksamana Abdul Kadir. Jerman Barat dipilih, kata Frans Wuwung, karena waktu itu sudah dikenal reputasi dan rekam jejaknya dalam pembuatan kapal selam.

"Kapal selam tipe U-209 yang dinamai Cakra dan Nenggala merupakan yang terbaik. Negara-negara Amerika Latin, Turki, dan Israel termasuk yang membelinya," papar Frans Wuwung yang pernan menjadi atase Angkatan Laut di Washington, DC, Amerika Serikat, 1991-1994.

Selengkapnya, saksikan dalam program Blak-blakan di detikcom, Senin (26/4/2021).

AC-130J Ghostrider Flies close-Air Support at Exercise Balikatan, a First

27 April 2021

An AC-130J Ghostrider lands at Kadena Air Base in Okinawa March 29, marking the first time the updated J model of the AC-130 has landed in or operated in Japan (photo : USAF, Exercise Balikatan)

A U.S. Air Force AC-130J Ghostrider gunship, in the Philippines for the first time, supported close-air support training for a bilateral team of U.S. and Filipino battlefield airmen this week during Exercise Balikatan.

The Ghostrider, assigned to the 73rd Special Operations Squadron out of Hurlburt Field, Florida, deployed from Kadena Air Base, Japan, to the Philippines and fired its 30mm and 105mm cannons on targets called in by combat controllers with Kadena’s 320th Special Tactics Squadron and joint terminal attack controllers with the Philippine air force’s 710th Special Operations Wing, according to a news release.

The deployment also marked the first time the updated J model of the AC-130 has landed in or operated in Japan.


“This training shows a projection of power and displays the reach of the AC-130J,” said Capt. Aaron Boudreau, a Ghostrider pilot with the 73rd and AC-130J liaison for Exercise Balikatan, in the release. “This is the first time this asset has been in the Philippines, so it will give Philippine controllers the ability to train with American pilots and vice versa and shows that we can accomplish the mission together, as friends and allies.”

The close-air support live-fire training in a complex and realistic environment advanced the combined capabilities of the two nations and demonstrated the reach of U.S. SOF assets, according to the release.

“The airmen from the 320th STS and 710th SPOW have a great partnership and a strong friendship,” said an unnamed 320th STS airman in the release. “During Balikatan, we always start the exercise with some academic classes before progressing to controlling live air-to-ground engagements. “Both U.S. and Philippine JTACs work with U.S. and Philippine aircraft to enhance our interoperability. Together, we get better every Balikatan.”


During the exercise, the Ghostrider also flew alongside Philippine fighter jets.

“This CAS integration between the FA-50PH [fighter] and the AC-130J is a pioneering training for our PAF fighter pilots,” said Philippine air force Maj. Michael G. Rabina, commander of the 7th Tactical Fighter Squadron, in the release. “It is a welcome opportunity for us to participate in such operations that offers a valuable training environment to enhance our capabilities. This exercise demonstrates the interoperability of the Fighting Eagle with the gunship and with our allies in a combined operations setting.”

Balikatan is an annual exercise between the U.S. and the Philippines and comes from a Tagalog phrase meaning “shoulder-to-shoulder.”

Melihat Anggaran Alutsista di Kemenhan 10 Tahun Terakhir

27 April 2021

Armada kapal selam bersama fregat TNI AL dan sewaktu berlatih di perairan Natuna (photos : submarines)

Jakarta, CNN Indonesia -- Tenggelamnya KRI Nanggala 402 menjadi pukulan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi Kementerian Pertahanan. Sebanyak 53 awak kapal dipastikan meninggal dunia dalam insiden tersebut.

"Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut, dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," ujar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam konferensi pers, Minggu (25/4).

Namun, di balik insiden tersebut ada sejumlah pandangan bahwa musibah ini merupakan alarm bahwa Alat Utama Sistem Pertahanan (alutsista) milik TNI perlu peremajaan. KRI Nanggala 402 sendiri diklaim pernah menjalani perbaikan di Korea Selatan selama dua tahun, pada 2012 lalu.

Wakil Ketua Komisi I DPR Utut Adianto menyatakan banyak alutsista milik TNI yang sudah berusia tua dan dalam kondisi rusak saat ini.

"Lagi-lagi ini adalah sinyal jelas bahwa TNI kita khususnya alutsista perlu peremajaan, kita tidak ingin melihat ini kembali terjadi. Kita tahu baik Angkatan Laut maupun Angkatan Udara kita, misalnya alutsista kita sudah pada tua dan rusak," kata Utut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis (22/4).

Lantas, berapa besar anggaran kementerian di bawah komando Prabowo Subianto itu? Kemudian, berapa besar alokasi untuk perawatan dan perbaikan alutsista?

Berdasarkan data APBN Kementerian Keuangan, belanja Kemenhan termasuk belanja kementerian yang terbesar dalam 10 tahun terakhir. Anggaran Kemenhan bertambah setiap tahun anggaran sejak 10 tahun terakhir.

Tahun 2021

Pada 2021, Kemenhan mendapatkan alokasi pagu belanja sebesar Rp136,99 triliun. Angka ini merupakan belanja terbesar kedua setelah Kementerian PUPR.

Khusus di bidang alutsista, Kemenhan mengalokasikan pengadaan alutsista sebesar Rp9,3 triliun. Selain itu, Kemenhan berencana melakukan modernisasi serta pemeliharaan dan perawatan alutsista untuk TNI AD sebesar Rp2,65 triliun, TNI AL Rp3,75 triliun, dan TNI AU Rp1,19 triliun.

"Melihat perkembangan sejak 2016 hingga 2019, anggaran Kemenhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan diiringi kinerja penyerapan anggaran secara kumulatif sebesar 93 persen dari total pagu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)," bunyi Buku Himpunan dan Rencana Kerja K/L 2021 dikutip Senin (26/4).

Tahun 2020

Pada 2020, Kemenhan mendapatkan alokasi belanja sebesar Rp131,3 triliun yang merupakan anggaran terbesar kedua setelah Kementerian PUPR. Dari jumlah tersebut, Kemenhan berhasil merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp117,9 triliun.

Mengutip Nota Keuangan APBN 2021, apabila ditengok berdasarkan program kerja kementerian, mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program.

Meliputi program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp46,14 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp12,62 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp12,14 triliun.

Selain itu, Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp1,01 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp5,06 triliun, matra laut Rp2,77 triliun, dan matra udara Rp2,19 triliun.


Tahun 2019

Pada 2019, Kementerian Keuangan menjatah Kemenhan sebesar Rp108,4 triliun. Lagi-lagi, alokasi dana itu terbesar setelah Kementerian PUPR. Dari jumlah tersebut, Kemenhan merealisasikan belanja senilai Rp115,35 triliun.

Serupa dengan pola tahun sebelumnya, mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program, yakni penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp46,90 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp12,34 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp10,92 triliun.

Pada 2019, Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp700 miliar, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp5,2 triliun, matra laut Rp3,63 triliun, dan matra udara Rp2,66 triliun.

Tahun 2018

Pada 2018, realisasi belanja Kemenhan mencapai Rp106,68 triliun. Mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program, yakni penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp41,74 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp11,38 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp10,58 triliun.

Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista pada 2018. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp714 miliar, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp3,6 triliun, matra laut Rp3,39 triliun, dan matra udara Rp1,19 triliun.

Tahun 2017

Tahun 2017, Kemenhan merealisasikan belanja sebesar Rp117,29 triliun. Mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program, yakni penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp38,45 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp13,18 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp13,36 triliun.

Pada 2017, Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp2,45 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp7 triliun, matra laut Rp5,19 triliun, dan matra udara Rp3,71 triliun.

Tahun 2016

Pada 2016, realisasi belanja Kemenhan mencapai Rp98,08 triliun. Mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program, yakni penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp32,97 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp8,66 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp9,98 triliun.

Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp2,6 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp6,5 triliun, matra laut Rp3,48 triliun, dan matra udara Rp5,2 triliun.

Rekap Anggaran Pertahanan 2012-2021 (image : Katadata)

Tahun 2015

Sementara itu, realisasi belanja Kemenhan di 2015 tercatat sebesar Rp101,36 triliun. Serupa, mayoritas dana tersebut digunakan untuk tiga program, yakni penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp32,14 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut Rp9,7 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenhan Rp13,44 triliun.

Kemenhan juga mengalokasikan anggaran untuk alutsista. Rinciannya, program modernisasi alutsista/non-alutsista/ sarana dan prasarana integratif Rp3,83 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista/sarana dan prasarana matra darat Rp4,99 triliun, matra laut Rp5,19 triliun, dan matra udara Rp5,5 triliun.

Tahun 2014

Sedangkan pada 2014 lalu, Kemenhan mendapatkan alokasi pagu anggaran sebesar Rp83,3 triliun. Angka tersebut mengalami penyusutan usai APBN-P dari semula Rp86,37 triliun.

Tahun 2013

Pada 2013, Kemenhan mulanya mendapatkan jatah sebesar Rp81,96 triliun. Namun, lewat APBN-P berkurang menjadi Rp80,76 triliun.

Tahun 2012

Sementara itu, anggaran belanja Kemenhan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp72,25 triliun, turun dari sebelumnya Rp72,53 triliun. 

Tahun 2011

Pada 2011, Kemenhan mendapatkan jatah sebesar Rp50,03 triliun dalam APBN-P. Sebelumnya, Kemenhan hanya mendapatkan jatah Rp47,49 triliun.

"Perubahan tersebut terutama berkaitan dengan tambahan anggaran untuk percepatan pencapaian kekuatan pokok minimal alutsista TNI (Minimum Essential Forces/MEF), serta luncuran program yang didanai dengan pinjaman dalam negeri (PDN)," bunyi APBN-P 2011.

(CNN)

Milrem Robotics Delivers the First THeMIS to Australia

27 April 2021

THeMIS unmanned ground vehicle (photo : Milrem)

The European leading robotics and autonomous systems developer Milrem Robotics signed a distribution and maintenance agreement with XTEK Ltd. and delivered the first THeMIS Unmanned Ground Vehicle to the Australian homeland security specialist.

This first THeMIS will be used by XTEK Ltd., for trial, evaluation, and demonstration purposes. Including Australia, the THeMIS UGV has been acquired by eleven countries, of which seven are NATO members, including Estonia, France, Germany, the Netherlands, Norway, the UK, and the US.

Following the signing of an MoU in the end of last year, Milrem Robotics also signed an agreement with XTEK appointing the Australian homeland security specialist as the exclusive distributor of the THeMIS UGV, the Type-X Robotic Combat Vehicle, and Milrem’s Intelligent Functions Integration Kit in Australia and New Zealand

“I am thrilled about the synergy created with XTEK and delivering the most advanced robotic capabilities to Australia,” said Kuldar Väärsi, CEO of Milrem Robotics.” In collaboration with XTEK, we can be close to our customer and secure continuous high-quality support.”

Philippe Odouard, XTEK Ltd’s Managing Director said: ”The delivery of our first Milrem Robotics THeMIS is a major milestone for XTEK.  The THeMIS platform is ideally suited for a broad range of applications within the Australian Defence Force, particularly the Australian Army.  It is also the perfect platform for us to further showcase our ‘AirWolf’ sensor-to-shooter software, which distributes targeting information from UAVs (Unmanned Aerial Vehicle) to advanced combat configured UGVs such as THeMIS.”

XTEK has extensive experience and expertise in unmanned vehicle distribution, maintenance, and value-added services.

The company’s established maintenance facilities include a Logistics Engineering Business Unit based in Canberra, where a pool of technicians and trainers with extensive Explosive Ordnance Disposal (EOD) robot maintenance experience can provide maintenance for Milrem Robotics’ UGVs and RCVs.

The company plans to leverage its Adelaide Manufacturing Centre and unique XTclave™ technology for novel ballistic protection design, and other engineering and manufacturing services for Milrem Robotics’ UGV systems.

KBTZ has Started Testing a New KShM Based on BTR-4

27 April 2021

The BTR-4KSh-T command and staff vehicle is being created for the Royal Thai Army (photo : UkrMilitary)

The first stage of assembly and running tests of the BTR-4KSh-T command and staff vehicle based on the BTR-4U chassis took place at the Kyiv Armored Plant KBTZ (part of the Ukroboronprom).

The new KSHM is manufactured in accordance with the technical documentation developed by the company's designers in 2020 and is intended for the assembly of parts and units of the Royal Thai Army.

The BTR-4KSh-T communications department should comfortably accommodate a staff group of 8 officers.

According to the plans, the new KShM will be delivered to the customer in the form of a machine kit by the end of this year.

We will remind, in previous years (from 2008 to 2019) the military of Thailand ordered in Ukraine armored personnel carriers on the basis of BTR-3 which were made at the Kiev armored plant. 

The BTR-4KSh-T command and staff vehicle (photo : UkrMilitary)

Under several contracts totaling more than $ 250 million, the Thai military received more than 200 vehicles of various types based on BTR-3 (product line BTR-3E1, commander BTR-3K, medical BTR-3C, repair and evacuation BTR-ZBR, anti-tank BTR-3RK and mortar BTR-3M1 and BTR-3M2).

It is also known that in early 2019 in Thailand for licensed assembly was delivered the first machine kit KShM BTR-3KSh, which in many respects is similar to the new BTR-4KSh-T.

It should be added that the possible supply of cars based on the BTR-4 in Thailand has been talked about for a long time, but information about fixed contracts has not yet been made public.

In turn, it is known that the BTR-4U licensed assembly plant will soon be built in neighboring Myanmar, Ukrspetsexport reported on the relevant contract in 2020.

(DefenseExpress)

26 April 2021

Anggota DPR Duga Retrofit KRI Nanggala-402 Tahun 2012 Gagal

26 April 2021

KRI Nanggala 402 (photo : Antara)

TB Hasanuddin Duga Retrofit KRI Nanggala-402 di Korsel Gagal

Jakarta - Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin mengungkapkan rasa prihatin atas tenggelamnya KRI Nanggala-402. Purnawirawan TNI itu menduga KRI Nanggala-402 mengalami kegagalan retrofit.

Untuk diketahui, KRI Nanggala-402 pernah diretrofit. Sebagai informasi, retrofit merupakan kegiatan penguatan struktur, penambahan komponen, hingga peningkatan kemampuan.

"Kami mengucapkan rasa prihatin dan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas tenggelamnya KRI Nanggala 402 yang menyebabkan gugurnya 53 orang syuhada TNI ," kata TB Hasanuddin dalam keterangan tertulis, Minggu (25/4/2021).

Politikus PDIP itu mengungkapkan, yang terbaru, KRI Nanggala-402 diretrofit di Korea Selatan selama 2 tahun yang selesai pada 2012.

Kala itu, menurut Hasanuddin, anggaran sekitar USD 75 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun dihabiskan untuk melakukan perbaikan penuh dan pemutakhiran teknologi pada KRI Nanggala-402.

"Retrofit itu bukan sekadar mengganti suku cadang, tapi diperkirakan juga ada perubahan konstruksi dari kapal selam tersebut terutama pada sistem senjata torpedonya," tuturnya.

Namun, kata Hasanuddin, di tahun yang sama, KRI Nanggala-402 melakukan uji penembakan tetapi gagal lantaran torpedonya tak bisa diluncurkan karena sistem penutupnya bermasalah. Dalam peristiwa itu, 3 prajurit terbaik gugur.

Kemudian, lanjutnya, kapal selam buatan Jerman tahun 1978 itu lantas diperbaiki lagi oleh tim dari Korea Selatan.

"Saya menduga pada hasil perbaikan ini ada hal-hal atau konstruksi yang tidak tepat sehingga KRI Nanggala-402 tenggelam. Ini sangat disayangkan," kata Hasanuddin.

Karena itu, Hasanuddin pun meminta agar kapal selam sejenis, yakni KRI Cakra 401, sebaiknya di-grounded. Sebab, dia enggan ada korban prajurit lain lagi ke depannya.

"Jangan ada lagi korban prajurit," tegasnya.

Selain itu, Hasanuddin menyoroti jumlah kru KRI Nanggala-402 yang melebihi kapasitas. Menurutnya, jumlah kru maksimal kapal selam itu semestinya hanya 38 orang.

"Pada saat hilang kontak KRI Nanggala-402 itu membawa 53 awak, artinya kelebihan beban 15 orang. Ada apa kok dipaksakan? Saya juga mendapat informasi bahwa saat menyelam KRI Nanggala 402 diduga tak membawa oxygen gel, tapi tetap diperintah untuk berlayar," ujar Hasanuddin.

KRI Nenggala 402 saat dilakukan retrofit selama 2 tahun di Korea dan selesai 2012 (photo : daum)

KRI Nanggala-402 Siap Tempur

Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengungkap kondisi Kapal KRI Nanggala-402. Yudo menegaskan kapal selam yang hilang itu masih layak tempur.

Laksamana Yudo mengungkap kapal KRI Nanggala-402 itu dalam keadaan siap dari segi personel maupun material sudah mendapatkan surat kelaikan. Selanjutnya kapal ini juga memiliki riwayat latihan menembak beberapa kali dan dalam kondisi siap tempur.

"Jadi KRI Nanggala ini saya tambahkan dibuat tahun 1977 dan diterima angkatan laut delivery tahun 1981 buatan Jerman. Kemudian kapal ini juga sudah riwayatnya menembak torpedo kepala latihan ini 15 kali dan menembak torpedo kepala perang itu 2 kali dan sasarannya kapal eks KRI dan dua-duanya tenggelam," kata Laksamana Yudo dalam jumpa pers di Lanud Gusti Ngurah Rai Bali, Kamis (22/4/2021).

"Jadi KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kita kirim untuk lakukan penembakan torpedo kepala latihan maupun kepala perang," ungkapnya.

Yudo mengatakan, KRI Nanggala juga rutin dilakukan perawatan. Menurutnya, KRI Nanggala-402 masih sangat layak.

"Kalau usia operasi kita sesuaikan, kalau kondisinya masih bagus dan bisa kita rawat dan tentunya akan kita rawat dengan baik. Tentunya di angkatan laut untuk perawatan kapal ini ada fase-fasenya. Jadi ada tahap-tahapannya dan kapal ini juga sudah di-docking terakhir Januari 2020, docking terakhir di PT PAL sehingga masih sangat layak," ujarnya.