KRI Irian kapal kombatan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia, sebelumnya waktu masih berdinas di Angkatan Laut Uni Sovyet bernama Ordzhonikidze (photo : Indoflyer)
Klasifikasi kapal angkatan laut secara umum dibedakan menjadi 3 yaitu satuan tempur pemukul (Combat), satuan tempur patroli (Patrol) dan satuan tempur pendukung (Auxillary). Seiring dengan peran yang semakin penting untuk memproyeksikan kekuatan amfibi maka beberapa kalangan memisahkan kategori kapal tersebut sehingga menjadi empat dengan tambahan pada satuan amfibi (Amphibious).
Terkait dengan kategori kapal kombatan (Combat) termasuk di dalamnya adalah kapal jenis Carrier, Cruiser, Destroyer, Frigates, Corvettes, Fast Attack Craft Missile/Torpedo, Mine Hunter dan Submarine. Sama-sama menangani ranjau, untuk Kapal Pemburu Ranjau (Mine Hunter) masuk kategori Combat, namun Kapal Penyapu Ranjau (Mine Sweeper) masuk kategori Auxillary.
Pada tahun 1960-an TNI AL (waktu itu bernama ALRI - Angkatan Laut Republik Indonesia) dalam rangka operasi Dwikora untuk pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda mengakuisisi kapal kombatan dalam jumlah besar. Kekuatan armada kombatan tersebut akhirnya dapat mencegah perang terbuka antara Indonesia dan Belanda dan Irian Barat dapat kembali ke pangkuan Republik Indonesia.
Ketika menjelang tahun 1970-an haluan politik berganti, maka kapal-kapal yang sebagian besar berasal dari Blok Timur ini pun turut menjadi korbannya. Pemerintahan baru yang mendekat ke Barat memaksa kapal-kapal kombatan ini untuk pensiun dini. Masa pengabdian yang singkat dari armada kombatan tersebut akhirnya membawa kesulitan ketika kita harus mempelajari sejarah kebesaran armada kombatan pada masa itu.
Juldas seorang aktivis forum militer Thailand Thaifighterclub berhasil menuangkan kebesaran armada kombatan TNI AL pada era tahun 1960-an tersebut dalam bentuk grafis sehingga sangat mudah dipahami. Klasifikasi kapal, penomoran lambung, nama kapal, dan jumlah kapal yang dimiliki dapat secara mudah ditemukan.
Berikut adalah Armada Kombatan TNI AL tahun 1960-an yang dibuat secara grafis minus kapal dengan fungsi Fast Attack Craft Missile/Torpedo dan Mine Hunter.
CRUISER (CA) : Sverdlov Class
Sverdlov class Cruiser (image : Gollevainen)
Inilah kapal kombatan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Kapal satu-satunya ini diberi nama RI Irian/KRI Irian, merupakan kapal Cruiser (penjelajah) dengan panjang 210 m, dan bobot penuh 16.640 ton, lebar 22 m, kecepatan maks 32,5 knots, dan mampu beroperasi hingga 16.668 km pada kecepatan jelajah 18 knots.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
12 x 152 mm 57 cal B-38 in four triple Mk5-bis turrets,
12 x 100 mm 56 cal Model 1934 in 6 twin SM-5-1 mounts
32 x 37 mm Anti Aircraft
10 x 533 cm torpedo tubes
DESTROYER (DD) : Skorry Class
Skorry class Destroyer (image : shipbucket)
TNI AL waktu itu memiliki 8 kapal Destroyer (perusak) kelas Skorry. Kapal ini mempunyai panjang 120,5 m, dan bobot penuh 3.115 ton, lebar 12 m, kecepatan maks 36,5 knots, dan mampu beroperasi hingga 7.556 km pada kecepatan jelajah 16 knots.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
2 × 2 - 130 mm (5.1 in) B-2LM guns
1 × 2 - 85 mm (3.3 in) AA guns
7 × 1 - 37 mm (1.5 in) AA guns
2 × 5 - 533 mm (21 in) torpedo tubes
60 mines or 52 depth charges
Generasi selanjutnya kapal tipe ini terdapat perubahan persenjataan :
removing one set of torpedo tubes
replacing the 37 mm guns with 57 mm guns
adding RBU 2500 anti-submarine rockets
Disamping mengoperasikan kapal kombatan dari Uni Sovyet, TNI AL waktu itu juga mengoperasikan 2 fregat dari Italia. Kapal fregat kelas Almirante Clemente mempunyai panjang 99,1 m, bobot penuh 1.500 ton, lebar 1,8 m, kecepatan maks 32 knots, dan mampu beroperasi hingga 6.500 km pada kecepatan jelajah 10 knots.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
4 x 20mm/80 Twin Oerlikon
21' Mk 9 Triple torpedo tube
2 x Mk 11 Hedgehog
2 x Mk 9 Deep Charge Mortar
2 x 102mm/45 Vickers Mk 16 Twin
2 x Mk 6 Deep charge mortar
2 x 40 mm/56 MKI Twin Bofors
Riga class frigates (image : Shipbucket)
Kapal fregat lain yang dioperasikan TNI AL waktu itu adalah Riga class. Jumlah yang dimiliki adalah 8 kapal. Kapal ini mempunyai panjang 91 m, bobot penuh 1.416 ton, lebar 10,2 m, kecepatan maks 28 knots, dan mampu beroperasi hingga 3.611 km pada kecepatan jelajah 14 knots.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
3× 100 mm guns/56 (B-34) (3×1)
4× 37 mm guns (2×2)
4× 25 mm guns (2×2)
MBU 600 anti-submarine rocket launchers (replaced by two RBU 2500)
2 or 3× 533 mm torpedo tubes (1×2 or 1×3)
Albatros class corvettes (image : Thiel)
TNI AL juga berhasil mendapatkan korvet dari Italia jenis Albatros class, jumlah yang dimiliki sebanyak 2 kapal. Menilik persenjataannya maka kapal ini digunakan untuk peran ASW Corvettes. Kapal ini mempunyai panjang 76,3 m, bobot penuh 895 ton, lebar 9,60 m, dan kecepatan maks 20 knots, dan mampu beroperasi hingga 5.556 km pada kecepatan jelajah 18 knots.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
2 76/62mm SMP type 3 (replaced in 1962 with 2 single implants 40/70)
1 twin 40/70mm
2 Mark 11 hedgehogs
4 Menon torpedo launcher
1 depth bomb
Whiskey class diesel submarine (image : Mike1979)
Disamping kapal permukaan, TNI AL waktu itu juga mempunyai 12 kapal selam diesel kelas Whiskey. Kapal selam ini mempunyai panjang 76 m, bobot penuh 1.350 ton ketika menyelam, lebar 6,5 m, kecepatan maks 13 knots saat menyelam, dan mampu beroperasi hingga 11.000 km.
Sistem persenjatan pada kapal ini termasuk :
6 × 533 mm (21 in) torpedo tubes (4 bow, 2 stern 12 torpedoes or 22 mines)
1 × 25 mm (0.98 in) AA gun (Whiskey I, II, and IV)
1 × 57 mm (2.2 in) AA gun (Whiskey II)
Generasi selanjutnya kapal selam kelas Whiskey dapat membawa rudal :
1 × SS-N-3 cruise missile (Whiskey Single Cylinder)
2 × SS-N-3 cruise missiles (Whiskey Twin Cylinder)
4 × SS-N-3 cruise missiles (Whiskey Long Bin)
Itulah kebesaran armada kombatan TNI AL pada tahun 1960-an yang menjadi kekuatan laut yang disegani di kawasan Asia. Untuk lebih mengingatnya mungkin lebih praktis kalau disusun dalam tabel berikut ini.
(Defense Studies)
sangat garang untuk negara yang baru merdeka!! kapan indonesia seperti ini lagi?
BalasHapusInformasi menarik. RI Irian biasanya disebut memiliki nomor lambung 201, tetapi di sini 101. Sepertinya sempat terjadi perubahan nomor lambung seperti yg terjadi sama RI Sisingamaradja (dari 202 ke 302).
BalasHapusPertanyaannya sekarang adalah, jika 2xx dialihkan ke Penjelajah, maka 1xx dipakai buat apa?
Nggak pernah dipakai lagi
Hapusnever look back, ga ada gunanya dan jaman udah beda. BASI! cari artikel yg baru donk, kapan Heron dating?? beli yg banyak, beli cuma 4 ekor, beli 20 biji gitu... Israel the best toys!
BalasHapuswaktu itu indonesia memang kuat, tp sayang haluan kepimpinannya lebih terarah pd komunisme..salute
BalasHapushaduh fitnah dari mana lagi itu halauan kepemimpinan komunisme..indonesia zaman sukarno itu cerdas Bung!!! kita itu cuma memanfaatkan. kita membiarkan pki di indonesia itu cuma memanfaatkan agar rusia mau melepas senjata senjata yang kita butuhkan buat menempatkan negara kita pada "bargain position" hasilnya apa?? irian dapat kita rebut kembali.. soalnya sukarno itu belajar dari sejarah, indonesia tahun 50an 90% senjata & alutista kita buatan sekutu AS&inggris hasil hibah dari belanda di perjanjian meja bundar pada tahun itu terjadi pemberontakan Di Tii, RMS dan terakhir PRRI(yang di dalangi amerika) dimana alan pope tertangkap. disitulah sekutu mulai bertindak seperti mengakali anak kecil, dengan alasan hak asasi manusia karena senjata buatan barat tidak boleh untuk membunuh menghabisi pemberontak yang didalangi mereka maka pesawat spt De-havilland, Gannet & suku cadang senjata kita dipersulit dan diembargo senjata. alhasil daripada hancur karena belum bisa memproduksi senjata sendiri ya pemerintah berpindah halauan mengincar negara adidaya lain yang mumpuni persenjataanya, yaitu UNI SOVIET. karena tidak ada lagi negara yang bisa memproduksi senjata hebat menandingi amerika, dan PKI dibiarkan karena agar seolah olah kita condong ke sana dan soviet mau melepas senjatanya. tapi saya yakin kalau waktu itu arab saudi mempunyai senjata yang hebat pasti indonesia membeli ke arab dan kalau DI TII ditumpas dan sukarno digulingkan maka kalimatnya jadi "waktu itu indonesia memang kuat, tp sayang haluan kepimpinannya lebih terarah pd Agamisme. ingat dalam politik itu tidak ada musuh abadi yang ada hanya tujuan abadi. dan bung karno menjalankan politik "the enemy of my enemy is my friends". kalo sekarang kan sudah banyak yang bisa bikin senjata bagus bahkan sampai TOT seperti korea, belgia, turki dll jadi ngapain meski pesan senjata ke Israel, yang notabene indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan israel dan lagi posisi israel sudah jelas sebagai kutu busuknya dunia. makanya sebelum komentar& mengkritik itu baca sejarah dulu, dipikir dulu, otaknya dipake dulu, jangan asal bunyi saja.
BalasHapusSetuju Kang Dadang, mantap.
BalasHapusSetuju Kang Dadang, mantap.
BalasHapusjangan asal ngomong,turut membangun indonesia dari segi non formal ,ntar macam anggota dpr lagi minta duit buat beli pulsa telpon,g malu nih.
BalasHapus