10 Oktober 2006
Panser 6x6 APS-1 (photo : Pindad)
Negosiasi pembelian 32 panser VAB (V‚hicule de l'Avant Blind‚) antara Departemen Pertahanan (Dephan) dengan Renault Trucks Defence, Prancis, yang dilangsungkan sejak 28 September lalu, hingga kini belum juga rampung. Padahal Dephan menjanjikan, pekan lalu dilakukan penandatanganan pembelian 32 panser untuk misi pasukan perdamaian PBB ke Lebanon (Unifil) itu.
Lupakan sejenak VAB. Tanpa banyak publikasi, empat prototipe panser buatan dalam negeri yang mirip VAB telah dirampungkan oleh PT Pindad dan dipajang di tengah-tengah jalan utama Mabes TNI Cilangkap saat upacara HUT TNI ke-61, Kamis (5/10). Empat panser beroda enam (6x6) berkelir hijau loreng itu langsung menarik perhatian awak tiga panser VAB bercat putih dengan tulisan UN (United Nation/PBB) yang sedang melintas di Cilangkap.
''Wah, saya baru pertama kali melihat panser ini,'' ucap seorang komandan panser VAB dari Batalion Kavaleri 7 Kodam Jaya. Delapan anak buahnya tanpa ragu langsung memenuhi kabin penumpang yang cukup lega untuk 10 personel. ''Luasnya sih sama dengan VAB. Tapi di sini lebih adem. '' sahut serang prajurit.
Terang saja, 14 panser VAB ketika dibeli dari Prancis pada 1997 dengan harga 700 ribu dolar AS, dalam kondisi kosong. Terpaksa dipasangi sendiri dengan satu pendingin ruangan (AC) rumah berkekuatan 1 PK. Sedangkan dalam kabin panser buatan Pindad paling baru, itu dijejali dengan tiga AC bus dengan total daya sembilan PK. Lumayan sejuk walau tetap belum bisa mendinginkan body baja yang panas tersengat mentari.
Produk panser 6x6 ini belum diberi nama, hanya inisial seri nol sebagai penanda basis untuk berbagai varian lanjutan. Nyaris 100 persen komponennya produk dalam negeri sehingga Pindad berani mematok setengah harga dari panser buatan luar negeri, termasuk VAB tentunya.
Panser Pindad ini memang persis dengan VAB. Hanya saja, VAB koleksi TNI AD versi roda empat (4x4) yang lebih murah dari VAB versi 6x6. Di samping kiri panser 6x6 ini dilengkapi kubah terbuka (copula) yang bisa memutar 360 derajat untuk senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm atau pelontar granat otomatis (AGL).
Pembuatannya merupakan perintah Panglima TNI Endriartono Sutarto pada Oktober 2005 ketika prototipe pertama panser 6x6 APS (angkut personel sedang) selesai. Saat itu, Endriartono menyatakan panser buatan Pindad tak perlu diragukan lagi, hanya perlu penyempurnaan.
Namun desain panser baru disetujui oleh working group TNI dan tim pokja TNI AD pada 4 Agustus lalu. Pindad hanya diberi waktu dua bulan untuk mengerjakan empat prototipe agar bisa dipamerkan di Cilangkap saat upacara HUT ke-61 TNI Empat divisi Pindad di Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat, terpaksa bekerja siang malam. Demikian pula dengan 20 subkontraktor lokal lain, termasuk PT LEN yang memasok radio HF dan VHF serta Texmaco untuk mesin diesel enam silinder.
''Anak buah saya sering tak tidur. Mereka bilang, Sangkuriang saja tak akan bisa buat yang seperti ini,'' kata Direktur Produk Militer Pindad, Pentadi Purboyono. Tamu-tamu Pindad dari luar negeri pun meragukan. Normalnya, satu prototipe dibangun dalam setahun.
Dalam legenda, dongeng Sangkuriang yang hendak melamar ibu kandungnya sendiri, Dayang Sumbi, diberi syarat membangun bendungan dan perahu hanya dalam waktu satu malam. Walau dibantu ribuan siluman, Sangkuriang gagal karena kehabisan waktu. Perahu buatannya pun ditendang dan 'menjelma' menjadi Gunung Tangkuban Parahu di utara Kota Bandung. Untung tidak ada lagi Dayang Sumbi yang berdoa kepada dewata agar matahari terbit lebih awal sehingga Pindad bisa memenuhi janjinya kepada TNI. Walau beberapa protipe yang dibawa ke Cilangkap masih ada yang belum selesai, alias isinya masih kosong.
Pindad pun optimistis tak akan bernasib seperti Sangkuriang yang dikutuk dan lenyap ditelan bumi. TNI pun puas dan menjanjikan pesanan 100 panser untuk TNI AD hingga 2009. Pesanan angkatan lain dipastikan segera menyusul. Kini, tinggal uji coba dan menyiapkan berbagai versi lanjutan seperti ambulans, komando, kanon, artileri medan, zeni, recovery vehicle, artileri pertahanan udara untuk Paskhas TNI AU, amfibi untuk Marinir, dan tak lupa kendaraan perang nubika (nuklir, biologi, kimia).
'Beautiful Revolution'
Prototype panser 6x6 buatan Pindad (photo : Pindad)
Meminjam iklan Toyota, panser buatan Pindad juga mengalami revolusi mirip dengan mobil terlaris di Tanah Air, Kijang. Pada akhir 2003 Pindad membuat mobil lapis baja beroda empat berbasis truk Isuzu 3/4 (biasa dipakai Kopaja dan Metromini) yang diberi nama APR-1 V1 (angkut personel ringan). Bentuk APR-1 tak bisa dibilang tampan.
Bisa disejajarkan dengan generasi pertama 'Kijang Doyok'. Namun 40 APR-1 sempat membuktikan ketangguhannya dalam darurat militer di Aceh selama 2004. Dengan sasis yang sama, Pindad membuat APR-2, minibus lapis baja untuk Polri.
Pada 2005, untuk pertama kali dikembangkan panser 6x6, yaitu APS-1 V1 (angkut personel sedang) dan APS. Keduanya merupakan kendaraan identik yang memakai sasis truk 5 ton Perkasa dari Texmaco. Bedanya, APS hanya mempunyai satu kabin depan untuk pengemudi.
Dua pasang roda belakang APS-1 dan APS mengelompok terpisah dari sepasang roda depan (asimetris). Lebih mirip truk berlapis baja daripada panser. Seumpama Kijang, APS-1 bisa diumpamakan generasi Kijang Super.
APS mempunyai keunikan dengan dua pintu geser samping untuk penumpang, selain pintu belakang yang standar. Desain yang aneh untuk kendaraan tempur. Lebih cocok sebagai limusin lapis baja untuk mengangkut jenderal ke medan perang daripada sebuah kendaraan tempur. Anggap saja generasi Kijang Kapsul.
Tapi panser 6x6 seri nol kali ini benar-benar revolusi. Panser sejati dengan body monokok dan enam roda simetris yang mengelompok menjadi satu. Suspensi semua rodanya pun sudah independen. Posisi mesin tak lagi di kolong seperti truk, tapi sejajar kabin penumpang sehingga bisa dibuat versi amfibi. Dalam dunia Kijang, Panser 6x6 ini lebih maju daripada Kijang Innova yang belum berani meninggalkan sasis tangga (ladder frame).
Spesifikasi :
- Berat kendaraan : 10.200 kg
- Berat Tempur : 12.000 kg
- suspensi : independen modular torsion bar
- body : monokok, plat baja 8-10 mm
- kaca : tahan peluru tebal 30-40 mm
- mesin : Perkasa WD 615 260-300 hp
- kecepatan maks : 120 km/jam di jalan raya
- transmisi : manual (6 maju, 1 mundur)
- pintu belakang : hidraulik dan manual
(Republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar