M109A4 Angkatan Darat Belgia (photo : Rene Boot)
TNI terus giat membangun kekuatan artilerinya. Setelah diberitakan bahwa rombongan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) melakukan peninjauan ke Belgia pada April 2016 untuk melihat demo sistem meriam howitzer swagerak/ Gerak Sendiri (GS) M109A4, akhirnya muncul konfirmasi bahwa TNI akan kebagian 20 unit sistem legendaris tersebut.
Kepastian datang dari Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2017 yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan dan bagiannya disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di hadapan DPR/MPR tanggal 16 Agustus 2016.
Fokus TNI AD untuk memodernisasi dan memperkuat artileri telah tampak dari akuisisi sejumlah alutsista seperti pengadaan 37 unit howitzer 155mm berbasis truk Nexter CAESAR dan kendaraan pengarah artilerinya yang memperkuat dua batalion di Yonarmed 9 Pasopati di Sadang, Purwakarta dan Yonarmed 12 Angicipi Yudha di Ngawi, Jatim.
Pengadaan besar lainnya adalah 36 unit sistem peluncur roket ASTROS II Mk6 dari Brazil yang menjadi inti dari dua batalion, Yonarmed 1/Roket Ajusta Yudha di Malang dan Yonarmed 10/Roket Brajamusti di Bogor. Pengadaan sistem artileri modern ini jadi kebutuhan mengingat wilayah geografis Indonesia yang sangat luas dan berkontur.
Belgia sendiri dalam rencana efisiensi anggaran dan kekuatan sudah memensiunkan 64 unit M109A4 dan menggantinya dengan sistem Pzh-2000 buatan Jerman, sehingga Indonesia bisa membeli 20 di antaranya. Belgia tercatat membeli 127 unit M109A2 lalu menyempurnakannya ke standar M109A4BE. M109A4 merupakan iterasi keempat dari sistem M109 buatan Amerika Serikat yang pertama kali keluar pada tahun 1963.
AS sendiri menggantikan sistem M126 dengan sistem M109 dalam format sistem meriam yang dipasang pada sasis berpenggerak roda rantai. Sasis yang digunakan sama dengan sasis tank lintas udara M551 Sheridan yang digerakkan oleh mesin Detroit Diesel 6V63T berdaya 300hp.
M109 memiliki kecepatan maksimal sampai 56 km/ jam dan jarak tempuh 349 km, sehingga mampu mengimbangi gerak manuver lapis baja dan memberikan perlindungan yang memadai untuknya. Awak dari M109A4 berjumlah empat orang: komandan seksi, juru tembak, asisten juru tembak, pengemudi, dan 2 pengisi.
Meriam andalan dari M109A4 adalah sistem meriam M185 L/39 yang digunakan sejak varian M109A2. Meriam ini memiliki jangkauan sampai 18 km dengan munisi 155mm konvensional, atau 23,5 km apabila menggunakan RAP (Rocket Assisted Projectile). Apabila dibutuhkan, M109A4 juga dapat ditembakkan lurus (direct fire) dengan amunisi HEAT (High Explosive Anti Tank) untuk menghadapi ancaman lapis baja.
Kecepatan tembak maksimalnya mencapai 4 peluru per menit, yang dapat dipertahankan selama 3 menit. Sistem pengoperasiannya menggunakan moda recoil yang diredam dengan peredam kejut hidrolik.
Kubah pada M109A4 dioperasikan dengan sistem hidrolik yang dapat berputar 360 derajat. Pada M109A4 juga diperkenalkan sistem proteksi Nubika berupa filter dan dekontaminan untuk kubah dan juga sasis, plus kit seragam MOPP anti Nubika untuk awaknya.
Peningkatan lain dari versi sebelumnya adalah penggunaan alternator 180 ampere yang lebih besar untuk meningkatkan keandalan starter terutama dalam iklim dingin dan tropis, sehingga meningkatkan keandalan operasionalnya. Untuk senjata pengamanan, tersedia sepucuk M2HB 12,7mm untuk anti infantri dan anti helikopter.
Menyimak dari 20 unit M109A4 yang akan dibeli, sudah jelas bahwa TNI AD akan menempatkannya di satu batalion saja. Mengenai batalion yang akan dipilih, belum jelas memang Yonarmed mana yang akan kebagian. Namun mengingat bahwa salah satu fokus yang menguat adalah pengamanan ibukota, besar kemungkinan bahwa M109A4BE akan dibeli dan ditempatkan ke salah satu Yonarmed yang ada di Jakarta.
(Angkasa)
Mantap lanjutkan. Apapun pengadaannya semoga terarah dan terencana. Btw sbelah uda lama pake primus.
BalasHapus