12 Februari 2013

24 Heli Bell 412 dan 20 Black Hawk untuk TNI AD

12 Februari 2013


TNI AD rencananya akan membeli 20 helikopter Blackhawk (photo : Martin Rosenkranz)

BANDA ACEH, KOMPAS.com - TNI Angkatan Darat akan membeli 24 unit helikopter jenis Bell 412 dan 20 unit jenis Black Hawk. Pengadaan helikopter tersebut merupakan bagian dari pengorganisasian alat utama sistem senjata (alusista) TNI AD.

Demikian disampaikan Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Markas Komando Daerah Militer Iskandar Muda, Banda Aceh, Senin (11/2/2013).

"Kalau pengadaan untuk yang akan datang ini programnya saya akan mengadakan 24 bell 412. Yang baru datang 10, (sekarang) sudah ada, kami akan gunakan," kata dia.

TNI AD, lanjut dia, masih akan terus berkomunikasi dengan negara pembuat heli. "Kalau diizinkan dan dana itu ada, kami akan membeli Black Hawk 20 unit dari Amerika," ujar dia.


-'Beberapa helikopter nantinya akan digunakan untuk satuan-satuan utama, termasuk sebagai cadangan pusat AD di Jakarta. Dari pusat nanti ada beberapa yang akan kami kirim ke depan, misalnya kekuatan helikopter, sehingga lebih mudah mengendalikan keamanan,-' kata adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini. 

(Kompas)

9 komentar:

  1. Tindakan bodoh, mentang-mentang OKB borong semua. Ingat dong doktrin dan standarisasi alutsista. Bell ok karena TNI AD memang sudah mengoperasikannya, tapi Blackhawk? Bukan kita sudah mengoperasikan Heli Mi-17, yang bandel dan specnya lebih baik dari Blackhawk? Tampaknya pembelian alutsista makin tidak terencana dengan baik.

    BalasHapus
  2. kenapa blackhawk sih......? ga kapok pa, pernah kebiri sama paman SAM.

    BalasHapus
  3. Yg penting beli dulu, pabriknya sudah datang duluan ke Bdg dan presentasi tahun lalu, dan bla....bla....bla.....org Bdg yg mengajukan penawaran ke user. Jadi deh.....nggak tahu dg heli Fennech dari Eurocopter dan Bell 412 hasil retrofitt apa jadi juga dibeli.? Pokoknya beli dulu...... Arep opo kowe???

    BalasHapus
  4. antonov ternanya berpaham rusia strong...
    smw sudah diperhitungkan bukan asal beli...

    BalasHapus
  5. Dasar penjilat amerika, masih belum kapok di embargo kayanya ini antek2 barat. udah tau ada heli rusia yg lebih canggih n bebas embargo masih aje blm kapok2. beli dari cina atau IRAN, mantab tuh!

    BalasHapus
  6. biaya operasional perlu diperhitungkan jgn asal koment...
    biaya perawatan, BBM, suku cadang juga...

    BalasHapus
  7. Quo Vadis MenHan dan TNI AD
    Berita tentang rencana permintaan TNI AD untuk membeli helikopter tempur. Ada dua opsi helikopter yang diinginkan TNI AD, yaitu Apache dan Black Hawk. Pembelian tambahan alutsista itu dipilih dari Amerika Serikat (AS) lantaran sesuai dengan spesifikasi. Ini aneh karena helikopter Apache dan Black Hawk adalah dua jenis yang berbeda. Apache adalah jenis helikopter berawak 2 (dua) spesialis serangan darat (ground attack) terhadap kendaraan lapis baja atau kendaraan lain serta pasukan musuh, sedangkan Blackhawk adalah jenis helikopter transport serbaguna yang juga dapat dipasangi senapan mesin. Kalau sekarang belum sanggup beli Apache, mengapa tidak menunggu sampai dananya cukup, mengapa malah dipaksakan beli Black Hawk? Bukankah TNI AD sudah punya dan mengoperasikan helikopter transport serbaguna Bolkow 105, Bell 412 dan Mi-17 yang juga bisa dipersenjatai ? Bahkan yang dua pertama itu sudah dirakit oleh PT DI. Apakah tidak dipikirkan tentang pelatihan pilot dan teknisi pemeliharaan dan perawatannya untuk sesuatu yang baru karena mulai dari nol? Apakah tidak dipikirkan pengalaman embargo senjata dari AS?

    Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, dalam rangka menambah kekuatan militer yang telah menjadi sangat lemah dalam satu dekade terakhir akibat embargo militer Barat, Indonesia telah membeli dan akan membeli secara besar-besaran berbagai macam alutsista matra udara, laut dan darat. Namun sepertinya pembelian ini jor-joran antara ketiga matra pertahanan, tidak berdasarkan prioritas, dan tidak memperhatikan pengalaman insiden masa lalu ketika Indonesia mengalami pelecehan kedaulatan akibat kekuatan militer yang lemah, dan melenceng dari doktrin Sistem pertahanan nasional.
    Sistem pertahanan nasional Indonesia adalah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Total Defense), dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ALKI - Alur Laut Kepulauan Indonesia (Andi Widjajanto, GELAR PERTAHANAN INDONESIA). Strategi pertahanan Indonesia adalah Strategi Pertahanan Berlapis (Layered Defense) :
    1. Zona Pertahanan I : zona Penyangga. Berada di luar batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia hingga wilayah musuh.
    2. Zona Pertahanan II: zona Pertahanan Utama. Zona ini meliputi wilayah antara garis pantai kepulauan Indonesia dan batas ZEE, termasuk ALKI.
    3. Zona Pertahanan III: zona Perlawanan mencakup seluruh wilayah darat Indonesia namun diprioritaskan kepada pulau-pulau besar di Indonesia.

    Zona Pertahanan I meliputi operasi militer bersifat seluruhnya ofensif preventive dan preemptive. Zona Pertahanan II meliputi operasi militer ofensif defensif, sedangkan Zona Pertahanan III adalah langkah terakhir pertahanan daratan. Bila musuh menyerang maka usaha pertama adalah menangkal serangan di luar batas ZEE sampai wilayah musuh. Bila ini gagal harus dilanjutkan dengan operasi militer di wilayah antara garis pantai kepulauan Indonesia dan batas ZEE, termasuk ALKI. Bila ini gagal lagi, maka tinggal perlawanan di wilayah darat diprioritaskan kepada pulau-pulau besar di Indonesia. Namun setelah kekuatan udara dan laut kita dihancurkan, musuh dengan leluasa dapat melakukan blokade baik laut dan udara, sehingga tidak sampai 1 (satu) bulan kita terpaksa minta gencatan senjata.

    Bagaimana kalau musuh menyerang lewat darat? Perbatasan darat Indonesia dengan negara lain ada 3 (tiga) yaitu : di Kalimantan dengan Malaysia, di Papua dengan Papua Niugini, dan di Timor dengan Timor Leste. Rasanya untuk 25 tahun ke depan sangat kecil kemungkinan ini terjadi.

    Dari skenario di atas, jelas bahwa skala prioritas (ini juga tersirat di dalam dokumen MEF) adalah Pertahanan Udara dan Laut, baru Pertahanan Darat. Perencanaan alutsista seharusnya mengikuti skala prioritas tersebut.

    Berita di atas adalah contoh dugaan bahwa rencana pembelian alutsista telah melenceng dari doktrin Sistem pertahanan nasional.

    BalasHapus
  8. gak apa2 beli 20 heli black hawk dan heli bell asalkan setelah itu untuk renstra selanjutnya beli heli serang berat ke rusia atau jerman yang klasifikasi dan kemampuannya sama dgn harga lebih murah dan yang terpenting tidak kuatir di embargo.

    BalasHapus
  9. coba yg canggih dan super cepat Sikoarsky S-97 Rider di klik disini: http://raider.sikorsky.com/aircraft-specs.asp

    Mantab... Bro... untuk dikembangkan lg ke depan Oleh PT DI, Pindad dan TNI

    BalasHapus