03 Oktober 2018
Australia new subs (image : DCNS)
Defence Minister Christopher Pyne has moved to hose down concerns that the $50 billion Future Submarines project has become mired in contract disputes between Australia and the subs’ French manufacturer, Naval Group.
“The submarine project is on schedule, it is on budget,’’ Mr Pyne said yesterday. “The strategic partnering agreement is the second agreement that lasts for many decades into the future. There is no delay to the program or the schedule or the budget. The reality is that that negotiation is on track.”
The Strategic Partnering Agreement is the main header document governing the exchange of sensitive commercial information between Naval Group, the government and Lockheed Martin, the weapon’s system integrator. Two years after the Turnbull government selected the French organisation to build the 12 new subs, the key working document remains unsigned.
Reports vary as to the crux of the dispute. Some sources have told The Australian the parties disagree over issues relating to technology transfer and warranties while others have indicated the dispute is more serious, with Naval Group seeking rigid assurances it will be responsible for every aspect of the multi-phased construction timeline. A Naval Group spokesman declined to discuss the contract negotiations other than to say they were “ongoing’’.
“Given the life of the SPA, the negotiations are by their very nature challenging and complex,’’ the spokesman said.
Mr Pyne said media reports that he had refused to meet visiting Naval Group executives were false. And he said a push by a handful of South Australian senators to dump the project — which is not expected to deliver its first submarine until the early 2030s — was fanciful. There was “no such thing’’ as an off-the-shelf sub that would meet Australia’s requirements.
“The Barracuda-class offered by Naval Group won a very thorough competitive evaluation process more than two years ago,’’ Mr Pyne said.
“The idea that we could scrap that when so much work has already been done on it and so much money spent on it is quite frankly fanciful.’’
Most defence analysts agree that off-the-shelf boats already in service in Europe would be unsuited to Australia’s conditions, which require long travel times before subs are on-station.
As a consequence, the Defence Department sought a bespoke submarine that would be larger and capable of greater range.
(The Australian)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Setor..😁
BalasHapusWes, ndak perlu dibahas karena terlalu 'gap' buat dibahas..😆
Selamat Bersama Lima bro..👍
Barracuda class ini masih berupa bentuk design gambar langsung diwujudkan menjadi reka bentuk yaitu langsung dibangun dan dirakit kapal selamnya
BalasHapusSemoga Coli....eeh, kejadian di Collin class jadi pengalaman yang tak terulang..😉
HapusYoi om
Hapusmereka Barracuda class 12 unit.. kita U-214 minimal 10 unit. 😁😁
BalasHapusInfo dari web sebelah..
BalasHapusRUU kerjasama bisnis pertahanan antara Indonesia - Arab Saudi dan Indonesia - Belanda resmi diteken.
Kira2 apa yang bakal dibeli yaa ?
Arab Saudi -> beli Anoa, Harimau, Komodo atau Amunisi dan JDAM Bomb spt berita2 sejak tahun kemarin ?
Belanda -> Another Batch PKR atau jadi buat Sigma class 3 unit atau DZP class nih ?
Any Thoughts ?
Eny ga tau oom....🙋🙋🙋
HapusSudah siang beb... buruan junub nanti kamu terlambat kerja beb...
HapusOmaegot...dialog mesra "Eny" & "beb"-nya yang bangun kesiangan..omaegot..😱😱😱😱
Hapus😂
namanya basa basi politek diplomatik antar negara tanda tangan duluu hasilnya bisa positif bisa negatif broo .
HapusYa bro... daripada gak ada basa basi politek diplomatik dan gak ada acara tanda tangan hasilnya udah pasti negatif broo...
HapusKEN NGOROK@ Kl dah diteken UUnya berarti proyeknya dah positif jalan tong,contohnya UU dgn korsel tentang kerjasama IFX,pembuatan LPD dan CBG Class beserta TOTnya,UU kerjasama dgn Belanda tentang project PKR 10514,kl ko tak ilmu jgn suka asal bacot lon
HapusMat rampit@ buta tuli pura pura gak tahu proyek kfx kerja sama bikin buntung negara bikin makmur makelar .
HapusKEN NGOROK@ project kfx/ifx itu bkn bisnis jual beli lon,tolong ko mengerti lon wkwkwk....makelar apa lon wong kfx/ifx itu project kerjasama bersama/joint production bkn project bisnis jual beli...lon,lon otak ente jgn taruh di dengkul makanya ente gagal paham selalu wkwkwk
HapusAseng mat rampit@ proyek pengadaan alutsista dari korea dari saman demokrat berkuasa konon bonus besar dari korea bisa triliun rupiah .
HapusBonus matamu lon ken ngorok
Hapushttps://lancerdefense.com/2018/10/02/jk-akui-bertemu-benjamin-netanyahu-ini-yang-dibicarakan/
BalasHapushehe.. jadi teringat Awi si pemilik pabrik meubel disini.. 😅😅.
Hemm Antek ausi comment di atas mendengar Canberra mau belli senjata dansa dansa melompat kegirangan .
BalasHapusSelamat berlatih bersama anggotanya bro..👍😁
HapusThe Five Power Defence Arrangements (FPDA) are a series of defence relationships established by a series of multi-lateral agreements between the United Kingdom, Australia, New Zealand, Malaysia and Singapore (all Commonwealth members) signed in 1971, whereby the five powers are to consult each other "immediately" in the event or threat of an armed attack on any of these five countries for the purpose of deciding what measures should be taken jointly or separately in response.
HapusHail Commonwealth member...
Salam anti asing, asung dan aseng
- Ken
KEN NGOROK loe dicariin lev andri tuh,loe takut ya wkwkwk
HapusAmaaan dah...😁
HapusKalau bicara FPDA harus kembali baca sejarahnya.
HapusTahun 1967 pemerintahan Inggris akibat penghematan anggaran memutuskan menarik tentara mereka dari luar negri . Singapure,Malaysia khawatir maka meminta Inggris pangkalan mereka di Semenanjung tetap di pertahankan .
"
Pemerintahan baru di Inggris kemudian memutuskan untuk mempertahankan beberapa keterlibatan militer di wilayah ini dengan menggantikan AMDA (Anglo-Malayan Defence Agreement) tahun 1957 dengan “kerangka politik konsultatif longgar”. Sebagai Realisasinya para menteri pertahanan dari Australia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura dan Inggris pembentukan FPDA di London pada tanggal 16 April 1971.
Malaysia Timur (Sabah dan Serawak) tidak termasuk dalam lingkup perjanjian karena Australia ingin mencegah terlibat dalam sengketa teritorial dengan Filipina dan Indonesia atas pulau Borneo (Pilipina/Sulu mengklaim sebagian Sabah sebagai wilayah mereka yang disewa oleh Malaysia). Pengecualian Malaysia Timur dari ‘perlindungan’ FPDA ini tetap relevan sampai sekarang. Artinya bahwa FPDA tidak harus atau bisa ikut campur jika terjadi bentrokan militer antara Malaysia dan China atas Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Saat ini China sendiri mengklaim wilayah hingga lepas pantai Sabah dan Serawak."
Makanya Indonesia bersikap tegas waktu masalah Ambalat dan Tanjung datu.
Tak ada yang perlu di khawatirkan dengan Inggris saat ini ,perang dingin sudah berlalu ,kalau ada bentrok dengan FPDA terutama Malaysia tak akan di bantu Inggris dengan catatan kita tidak melakukan invasi militer kesana. Kalau mereka yang melakukan invasi tak kan ada yang membantu mereka bahkan inggris sekalipun. Beda halnya dengan Singapure yang punya perjanjian khusus dengan AS dan Inggris . Kecil memang tapi penting bagi AS karena posisinya sebagai penjaga selat malaka.
https://www.facebook.com/INFOMILITER81/photos/a.274695392562384/709589949072924/?type=1&theater
FPDA itu tak lebih forum konsultasi antar aggota dan sifatnya tidak mengikat seperti NATO yang jelas menyebutkan jika satu negara terlibat perang yang lain harus terlibat.
"...dansa dansa melompat kegirangan".
HapusEmang lo kira pocong rok, pake loncat2 segala 🤦🤦🤦
Si bahlul aka Ketua suku aka ken
BalasHapusNgorok gagal pahamnya abadi selalu,xixixixi....
Gak nyambung banget emang tuh orang...xixixi
HapusMohon dimaklumi,
HapusSi Gogrok ini playgroup aja nggak lulus.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBonus THR Hari Raya Lebaran 2019 Bersama Anapoker
BalasHapusPada kesempatan kali ini kami agen Poker Online terbaik dan terpecaya Anapoker ingin ikut berpatisipasi dalam rangka merayakan hari raya lebaran 2019 dengan memberikan bonus THR kepada member setia Anapoker yang sudah pernah melakukan deposit atau yang sudah aktif dalam bermain.
Berikut Syarat Dan Ketentuan Yang Berlaku :
– Promo berlaku pada tanggal 5, 6, dan 7 juni 2019
– Minimal melakukan deposit sebesar 50rb akan langsung mendapatkan bonus THR sebesar 10%
– Dapat melakukan withdraw dan pindah dana apabila sudah mencapai turnover sebanyak 3x
– Bonus berlaku untuk 100 user id pertama
– Contoh: deposit 200rb mendapatkan bonus 10% (200.000 + 10%) = 220.000 x 3 = 660.000 untuk bisa melakukan withdraw atau pindah dana
- Maksimal Bonus 2.000.000,-
– Promo ini tidak bisa digabungkan dengan promo lain
– Tidak di perbolehkan kesamaan data Nama, No Rek & No Telp.
– Kami berhak membatalkan bonus dan membekukan userid apabila terdapat segala bentuk indikasi kecurangan.
– Keputusan anapoker adalah mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.
Contact Kami :
Line id : agens1288
WhatsApp : 085222555128