Pesawat N-219 (photo : Defense Studies)
Jakarta, Kompas -
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso seusai menerima hasil uji aerodinamika pesawat N219 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Selasa (28/12), mengatakan, pesawat ini bisa mendarat di landasan berumput dengan panjang hanya 600 meter. Karena itu, pesawat ini bisa mendarat di dataran sempit di antara pegunungan, seperti di Papua atau di pulau-pulau kecil.
Dibandingkan pesawat sejenis, N219 memiliki daya angkut lebih besar serta daya tampung bahan bakar lebih banyak. Selain untuk angkutan penumpang, pesawat juga bisa digunakan untuk angkutan kargo, bantuan korban bencana, evakuasi medik, patroli maritim dan perbatasan, hingga untuk kepentingan militer.
Pesawat dilengkapi dengan sistem navigasi komputer. ”Jika pesawat ini jadi, akan menjadi pesawat tercanggih di kelasnya karena desain terakhir pesawat sejenis dibuat pada 1950-an,” katanya.
Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar mengatakan, kebutuhan pesawat ini untuk 20 tahun ke depan mencapai 97 pesawat versi sipil dan 105 pesawat versi khusus. Selain di Indonesia, pangsa pasar pesawat ini juga terbuka lebar untuk sejumlah negara Asia Pasifik dan Afrika.
Kepala Subdirektorat Transportasi Udara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bastian mengatakan, 62 persen atau 34 unit pesawat berkapasitas 9-20 penumpang di Indonesia saat ini usianya sudah lebih dari 20 tahun. Jumlahnya pun sejak 2005 terus menurun.
Meskipun demikian, pesawat-pesawat kecil dan kuno ini masih menjadi andalan penerbangan perintis di Indonesia. Karena itu, produksi pesawat N219 mendesak dilakukan.
Namun, PT DI masih kesulitan dalam membiayai produksi pesawat ini. Menurut Direktur Aerostruktur PT DI Andi Alisjahbana, sejumlah daerah telah berminat membeli N219. Namun, mereka tidak bisa membeli secara tunai akibat terbatasnya dana. Dukungan perbankan nasional juga masih sulit. ”Untuk membuat 1 paket pesawat N219 sebanyak 25 unit hanya dibutuhkan Rp 1 triliun,” katanya.
Jika persoalan pendanaan tidak menemui kendala, pesawat ini akan mulai diproduksi pada 2013 dan mulai dipasarkan satu tahun kemudian.
(Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar