09 Mei 2015

Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang Akan Membuat Desain Fregat 150 Meter untuk TNI AL

09 Mei 2015


Fregat dengan panjang 150 meter akan jadi kapal kombatan terpanjang dan mungkin terbesar di kawasan, bahkan melebihi kapal perusak Australia Hobart class AWD yang mempunyai panjang 147 meter (image : Damen) 

Kemenhan Tunjuk ITS sebagai Pusat Desain Kapal Perang

SURABAYA, KOMPAS.com- Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) telah menunjuk ITS Surabaya menjadi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang.

"Kita sudah memiliki Pusat Desain Kapal Nasional, lalu Kemenhan meningkatkan statusnya menjadi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang," kata Dekan FTK ITS Prof Eko Budi Djatmiko di Surabaya, Sabtu (9/5/2015).

Desain galangan kapal selam

Ditemui di sela "Marine Icon 2015" yang diselenggarakan mahasiswa FTK ITS di kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya, 8-10 Mei itu, ia menjelaskan penunjukan tersebut merupakan bagian dari peran ITS mendukung Poros Maritim.

"Untuk mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, banyak dosen ITS ditarik ke pusat untuk membantu dalam mewujudkan kebijakan Presiden Joko Widodo itu," katanya.

Selain penunjukan sebagai pusat desain dan rekayasa kapal perang, ITS juga diminta membantu dalam membangun tol laut dan pembuatan kapal selam di PT PAL yang merupakan kerja sama antara Indonesia dengan Korea.

"Untuk itu, ITS diminta membantu untuk menyiapkan desain pembangunan galangan kapal selam, karena kerja sama dengan Korea itu sudah ditindaklanjuti dengan membuat dua kapal selam di Korea," katanya.

Tahun berikutnya, kerja sama pembuatan lima kapal selam itu akan dilanjutkan dengan membangun tiga kapal selam sisanya di PT PAL.

Fregat dengan panjang 150 meter

"Sejak tahun 1960, ITS sebenarnya sudah mendapat amanah untuk menyiapkan teknologi kemaritiman, namun selalu terkendala dengan kebijakan pemerintah," katanya saat mendampingi Rektor ITS Prof Joni Hermana.

Untuk itu, ITS akan mengambil peran dalam pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia itu dengan menyiapkan desain galangan kapal berukuran besar, sekaligus menyiapkan sumber daya manusia untuk galangan itu.

"Dengan demikian, kita akan segera memiliki kapal jenis fregat yang panjangnya sampai 150 meter, bukan sekadar kapal patroli berukuran besar seperti selama ini," katanya.

Ketua Panitia "Marine Icon 2015" ITS, Nityasa Manuswara, Marine Icon 2015 yang dibuka Rektor ITS Prof Joni Hermana (8/5) itu, juga bukan sekadar lomba, namun untuk menggugah kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya kemaritiman bagi Bangsa Indonesia.

"Kita lihat kenyataan Indonesia adalah negara maritim, tapi masyarakat belum sadar bahwa kita masyarakat maritim. Buktinya, masih banyak masyarakat yang 'concern' ke daratan," katanya.

Lomba dengan tema "Berkarya Bersama Membangun Peradaban Maritim Indonesia" yang digelar di kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya pada Jumat (8/5) hingga Minggu (10/5) itu, mempertandingkan enam jenis lomba dan memperebutkan Piala Menpora.

Sebanyak enam jenis lomba adalah Marine Diesel Assembling (bongkar pasang mesin diesel) bagi siswa SMK, Waterbike Competition (sepeda air), National Maritime Paper and Essay Competition (lomba karya tulis kemaritiman), Pop Pop Boat Race (kapal uap/perahu tok-tok), Marine Photography Contest (lomba foto kemaritiman), dan Dragon Boat Race (lomba dayung/lomba balap perahu naga).

(Kompas)

6 komentar:

  1. kapal angkut mistral semi kapal induk dari perancis france kabar nya sudah di for sale layak untuk segera di belli indonesia . kapal angkut mistral buat batu loncatan alih tehnologi jellas ke untungan besar buat masa panjang .

    BalasHapus
  2. Mungkin Indonesia lebih tertarik mengembangkan Banjarmasin class menjadi operator hellicopter dari pada membeli mistral.

    BalasHapus
  3. Mungkin Indonesia lebih tertarik mengembangkan Banjarmasin class menjadi operator hellicopter dari pada membeli mistral.

    BalasHapus
  4. Indonesia does not need to acquire a French Mistral Class Amphibious Assault Ship to build their own Helicopter Carrier. I do believe PT PAL Indonesia (Persero) has the resources and most of all the capability to do so. A Makassar or Banjarmasin class landing platform dock is almost similar in design as a Mistral Class, the only main difference is the aviation landing & take-off area of a Mistral runs the whole length of the vessels as oppose to just only 3/4th or ½ for the Makassar or Banjarmasin class.

    BalasHapus
  5. kalau pemerintah sungguh 2 ingin tni ingin di bangun layak nya negara besar lain nya di dunia kapal angkut mistral class harus di akusisi se cepat mungkin ...mistral class desain modren gabungan tehnologi france dan rusian paling canggih dalam rancang bangun saman sekarang ...indonesian poros mariteme dunia tampa simbol kapal besaer mirip jomblo tampa istri broo ...

    BalasHapus