Green helicopter of Panther, EC-725 and Fennec ordered by Indonesia (all photos : Airbus Helicopters)
Airbus Helicopters and PTDI expand long-standing industrial co-operation
Bandung – Riding on a 40-year long established partnership, Airbus Helicopters and PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bolstered their industrial co-operation to include support and services dedicated for the helicopter fleet of the Indonesian government.
Witnessed by French Defence Minister Le Drian this morning, the agreement was signed by Airbus Helicopters CEO Guillaume Faury and PTDI President and CEO Budi Santoso.
Under this agreement, Airbus Helicopters and PTDI will jointly develop local support and services capabilities which cover maintenance, repair and overhaul specifically for the growing Airbus Helicopters fleet operated by the Indonesian government.
“Indonesia plays an extremely important role in Airbus Helicopters’ global industrial footprint, and this expanded co-operation with our long-standing trusted partner speaks of our continued commitment to invest into Indonesia’s aerospace industry,” said Guillaume Faury, CEO of Airbus Helicopters. “We are happy to see the ‘Made-in-Indonesia’ initiative taking root as we strengthen our support for the Indonesian government.”
“PTDI is excited to embark on this new journey with Airbus Helicopters, which now enables us to offer a complete value chain in Indonesia, for the Indonesian Armed Forces,” said Budi Santoso, CEO and President of PT Dirgantara Indonesia. “We are also happy to be part of a strengthened alliance, which would help develop Indonesia’s technical competency in helicopter maintenance.”
This joint agreement is the result of a memorandum of understanding (MoU) signed two years ago. Numerous progresses were made following the MoU signing, which saw to major maintenance activities successfully completed in Indonesia for the Presidential Super Puma aircraft, with dedicated support from Airbus Helicopters in Indonesia.
Over these two years, PTDI has implemented a robust re-organisation of their processes to consolidate all support and services activities under one single roof. The Indonesian industrial partner will also be recognised as Airbus Helicopters’ approved completion centre and services centre, upon successfully passing quality and safety audits.
The decades-long partnership between Airbus Helicopters and PTDI began in the 1970s, with PTDI’s licensed production of the NBO-105 helicopter. Today, both companies are working together on 11 different helicopter types, namely the H225M, H215M, AS565 MBe Panther, AS365 N3+, H135, the Fennec (AS550, AS555 and AS350), as well as the legacy platforms NAS330, NSP332 and NBO-105, for the Indonesian Presidential fleet, the Indonesian air force, army, navy, police forces, Basarnas and the STPI training centre; supporting a wide range of operational missions.
Kayaknya ada yang lg dpt omelan dari sang madjikan dinegri pizza sana:
BalasHapusBoss: Elu sih, jualan heli satu aja rempongnya 1/2 mati...bikin heboh seluruh dunia. Kalo udah begini, kita kan segen mo nawarin produk yang lain?!!!
Boss: Nyesel gue ngrekrut sales macam ente...gak betjus, arogan, ngerusak citra perusahaan!!! Inget ye, mule sekarang lo-gue end!!!
Sales: Yah bos...mampus gue, mana cicilan tas Hermes masi panjang...
Wkwkwkwkw 😄. bisa lawak juga nih om smiling...
HapusOm sering sering comment macam gini donk biar sumringah blog ini... gak berantem mulu sama si doi..
dari dulu cuma assembling tok...
BalasHapuskapan bisa bikin mesin turboprop atau mesin jet sendiri
dulu bikin pabrik mesin mobil+truk aja gak diperhatiin...akhirnya pabrik mati sendiri....itu pt perkasa produksi sendiri mesin truk....sekarang pabrik jadi sarang hantu
Hapushallooo....
BalasHapuskok sepi gak ada yang komentar, gak ada yang berantem nihhh...
wkwkwk....
Karena topiknya ga ada kaitannya sama malaysia, masa mau rame jelek2in bangsa sendirii.. Wkwkkwk...makan dah tu yg suka jelek2in negara lain. Asal tau aja, nilai kontrak airbus utk pengadaan spareparts pesawat dari malaysia nilainya lebih besar 5x lipat nilai kontrak airbus dengan PTDI.
Hapus@bebei
HapusKalo dilihat detilnya, yang dikerjain ga jauh dr leading edge, penutup mesin dkk...tapi nilainya emang gede, sebanding dg nilai belanjaan mereka.
Merancang bangun dan memproduksi pesawat sendiri, nilai tambahnya jauh lebih besar dibanding memproduksi komponen spt yang disebut tadi
Malay focus pada high tech dalam pengembangan material maju . Bendanya kecil tapi value nya tinggi . Sebabnya antara lain karena tak butuh tenaga kerja banyak tapi berkualitas.Maklum penduduknya sedikit .
HapusIndonesia fokus pada industri padat karya karena banyak yang perlu dikasih kerja . Sebenarnya dimasa depan akan sangat menguntungkan kerjasama misal antara DI dengan CTRM . Di memproduksi pesawat dan material composite di datangkan dari CTRM .Dengan menggunakan material maju(advance) maka didapat berat pesawat lebih ringan dari pada pake aloy.Tentunya semakin ringan maka pesawat semakin ekonomis . Salah satu keunggulan Airbus adalah keberanian menggunakan sebanyak mungkin material komposite.
Kalo perlu beli saja CTRM oleh DI ?Di masa depan bisa saja kemungkinan itu terjadi .
kemungkinan CTRM dibeli oleh DI adalah tipis kerana ya kamu sendiri tahu keuntungan yang dibawa CTRM kepada Malaysia. namun, saya amat bersetuju DI dan CTRM melakukan kerjasama. ia bukan saja dapat mengeratkan hubungan antara dua negara malah dapat juga memajukan industri aeroangkasa kedua negara.
HapusHa..ha just kidding , Iyaa dimasa hadapan bisa saja dibentuk konsersium seperti airbus .Atau DI memproduksi pesawat dan CTRM kebagian produksi spare parts .
HapusBtw ,ctrm sudah dijual oleh kerajaan pada hicom artinya sudah private company .Kalau di Indonesia disebut swasta nasional.Merger, Joint Venture, Trust, Holding Company,biasa terjadi dalam dunia usaha.
Contoh Philip Morris dari Amerika Serikat membeli mayoritas saham PT Sampoerna. Dan itu tak ada hubungannya dengan keuntungann ,karena Pt Sampurna sangat sehat dan maju .
bell juga connection pt di
BalasHapusMungkin kelak akan tiba waktunya kita punya kemampuan yg bisa MEMUASKAN requirement para "Pengamat Kedirgantaraan"-
BalasHapus- PTDI bisa mesin jet sendiri sekelas GE F414 dan Trent 1000 (Note: Boeing, Lockheed Martin, Airbus dan Dassault aja engga bisa bikin mesin sendiri)
- Bikin pesawat tempur yg lebih huebaatt dari F-22 dengan harga hanya 18 jt USD dan bisa mendarat di landasan 300m dan bisa terbang 12 jam tanpa refueling
- Bisa bikin pesawat setara A380 yg bisa mendarat di kandasan 1800m dengan cost per ASK 3 US cent kadi dr Jakarta ke Labuan Bajo atau Ternate dilayani dengan pesawat jet 550 seats
- Semua dari mesin, avionic, fuselage, weapons di desain dan dibikin oleh PTDI dengan komponen 100% lokal
hup..hup..hup udah siang bro ..bangun ....
HapusHa ha ha thanks Bro udah dibangunin.
HapusProblemnya adalah masyarakat awam itu beranggapan buw yg namanya hebat itu adalah kalo satu pabrik sdh bisa desain dan bikin seluruh komponen.
Padahal Airbus Boeing Lockheed-Martin Northrop Grumman juga komponen2 nya banyak ambil dari pasar bahkan dr negara lain (engine, avjonics, canin interior, weapons delivery system etc) - berarti Airbus dan Boeing etc masih belom hebat krn Airbus engine nya PW dan Boeing 777 ada engine option Trent.
Mungkn org awam baru puas kalo PTDI sdh bisa bikin pesawat yang:
- 100% design dan manufaktur sdh di dlaam negeri (termasuk engine, cabin, avionics)
- Seukuran A380 tapi harganya 18 jt USD, cost per ASK 4 US censt dan bisa mendarat di landasan rumput 1800m
- Pesawat military yg sleek, stealthy, payload 40 ton, kemampuan manuver +9/-4g, bisa cobra/hook maneuver, dan bisa menjalankan 100% military re mulai dari ab initio, basic training, advanced ttaining, air defence, close air support, SAR, combat SAR, counter insurgency , equipment/troop transport dan bisa terbang 14 jam tanpa refueling dengan cruise speed M 1.8 / superaonic cruise dan landasan 1200m
Baru deh brenti ucapan "PTDI bisanya cuman assembling"
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskok diapus, guwe kok kan blom liattt om telolet om haha!
Hapuscara cepat bisa bikin pesawat tempur sendiri sebenarnya nggak sulit, masuk aja jadi anggota NATO atau CSTO, kemungkinan besar bakal diobral itu yg namanya TOT
BalasHapusNgga lah.. Tot tergantung jumlah belanjaan kita. Coba kita beli F-35/su-35/rafale/thypoon/gripen min 10sq dan ngga pake mbulet, pasti di obral Tot. Dana dan waktu untuk riset dari masing2 negara produsen alutsista itu besar, jd kita butuh kasi duit lebih besar lagi kl mau dapet ilmu yg instant. Tapi rata2 yg instant itu kurang baik untuk kesehatan.
Hapus