23 Maret 2017
PTDI NC212i (photo : Gombaljaya)
State-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara Indonesia (PTDI) has signed a contract with US company Honeywell for the supply of 34 TPE331 turboprop engines for its NC212i aircraft over the next four years.
Honeywell said in a press statement that the contract, signed on 21 March at the Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) in Malaysia, also includes the provision of training for six PTDI engineers to promote line-maintenance skills and to transfer technical knowledge to Indonesian companies.
According to the statement, Honeywell's TPE331 turboprop engines will support PTDI's NC212i aircraft with "faster take-offs and climbs and more efficient cruise speeds, without increasing fuel burn while reducing operating costs".
(Jane's)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ini bentuk antisapasi DI agar tak kena penalty denda yang disebabkan oleh terlambatnya pasokan Spare-part dari luar negri .
BalasHapusUtk perusahaan bermodal raksasa mungkin tidak jadi masalah menyetok mesin ato komponen kritis yang lain dr suatu pesawat.
HapusTapi pemesanan pesawat/heli ato alutsista lainnya bersifat kustomise...menyesuaikan dg permintaan pembeli. Disinilah titik krusial yang mempengaruhi perfoma pabrikan aviasi dlm hal ketepatan penyerahan pesanan.
Beberapa negara produsen radar, flir, avionik ato perangkat sensitif lainnya menerapkan pengawasan ketat thd end user...hal lain adl komponen yang berbasis programing/teknik komputasi cenderung lekas usang/obsolote/diskontinyu krn segera muncul tipe terbarunya. Atau bahkan kejadian merger/akuisisi/bangkrutnya perusahaan vendor komponen sangat berpengaruh bg pihak pabrikan aviasi.
Belajar dr berbagai pengalaman pt.di mungkin sudah waktunya mendiversifikasi vendor komponen scr selektif berdasar perfoma dan hubungan baik yang terjalin utk jangka panjang
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus"Belajar dr berbagai pengalaman pt.di mungkin sudah waktunya mendiversifikasi vendor komponen scr selektif berdasar perfoma dan hubungan baik yang terjalin utk jangka panjang"
HapusKalau bikin sendiri relatif gampang, tetapi kalau desain orang lain susah.
Cara paling baik yah memperbaiki logistik internal. Lucunya itu salah satu yang seharusnya bisa dipelajari dari Airbus. Sudah pengalaman puluhan tahun bersama, masak tidak bisa belajar what works and what doesn't.
Abang melewatkan 1 hal...pemesanan produk aviasi ato yg lainnya bersifat customized(menyesuaikan dg pilihan end user,sbg contohnya maka ada pembedaan komponen varian produk casa dan produk pt.di (c-212-400/casa vs c-212-200/pt.di).
HapusPerbedaan komponen menggunakan komponen COTS(commercial of the shelf) itulah yang membuat perbedaan harga produk yang sama antara produk casa dan pt.di
Singkat kata, kalo pt.di menjiplak mentah2 sistemnya airbus, pt.di ga bisa jualan produk dg harga yang kompetitif
HapusPasti semua itu sudah di pertimbangkan dengan matang . Kontrak untuk 4 tahun artinya honeywell akan memasok mesin sebanyak 34 unit dalam masa itu . Kita nggak tahu points of contraknya gimana . Nggak mungkin juga dibayar duluan .Saya percaya DI sangat tahu apa yang mereka lakukan .
Hapus@unknown
HapusUntuk menstok mesin memang memungkinkan krn selain sdh pegang bbrp order, sekarang produksi nc-212i dipusatkan di pt.di,jd tidak terlalu beresiko krn bersifat default. Titik krusialnya adl pd komponen avionik dan mission system yang bersifat kustomisasi.
Bbrp komponen kritikal pd mission system buatan amerika sering kali membutuhkan proses yang panjang utk memperoleh ijin exspor, sementara dipasaran tersedia komponen sejenis, baik buatan thales, leonardo, elta, saab, flir, elop, controp dll(yang tidak terlalu membutuhkan ijin yang ketat)...namun harus dipastikan perfoma after sales service dr pabrikan2 tsb dan kepastian bhw produk mereka upgradeable spy bisa digunakan utk waktu yang lama
Connie kemana ya?
BalasHapusKangen denger dia "nggambleh" lagi ttg pt.di...