03 Januari 2019
Dome radar di Satrad 242 Biak (photo : MyLesat)
Selasa, 5 Desember 2017, empat pesawat militer berbendera Rusia itu akhirnya mendarat di Bandara Frans Kaisiepo, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Masing-masing dua pesawat angkut Ilyushin Il-76MD serta dua pembom jarak jauh Tupolev Tu-95 Bear.
Pengatur lalu lintas (ATC) Bandara sempat dibuat kaget ketika mendapat laporan bahwa pesawat Rusia akan mendarat di Biak.
“Saat pesawat Rusia ke sini Desember 2017, melintasi khatulistiwa pertama kali. Radar sipil tidak bisa menangkap karena (pesawat militer) tidak nyalakan transponder, jadi radar sipil minta bantuan kita untuk deteksi pesawat Rusia,” ujar Komandan Satuan Radar (Satrad) 242 Tanjung Warari, Biak, Letkol Lek Eko Patra Teguh, S.T beberapa waktu lalu.
Kejadian tahun lalu itu, seperti dikutip id.rbth.com, adalah kali pertama dalam sejarah dua pengebom jarak jauh Tu-95MS melintasi Samudra Pasifik untuk menuju negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di khatulistiwa.
Kisah ini membuktikan pentingnya keberadaan Satuan Radar di wilayah Indonesia timur. Radar sesuai fungsinya, ibarat pagar imajiner yang menutupi sebuah wilayah sesuai kemampuannya.
“Kami satuan pelaksana di bawah Kosek Hanudnas IV, kami mengoperasikan radar Master-T untuk melakukan deteksi dini, pengendalian intersepsi pesawat tempur sergap dan pesawat sergap low speed dalam rangkap operasi pertahanan udara,” tutur Letkol Eko.
Komando Sektor Pertahanan Udara (Kosek Hanudnas) IV membawahi empat satuan radar. Yaitu Satrad 242, Satrad 243 Timika, Satrad 244 Merauke, dan Satrad 245 Saumlaki. Keempat Satrad ini sudah menggunakan radar yang sama, yaitu Master-T buatan Perancis.
“Posisi kita di atas Papua di Pulau Biak, di ujung timur Biak. Adanya di Tanjung Warari, aslinya disebut Tanjung Barari namun karena penyebutan lama-lama jadi Warari,” jelas Eko soal penamaan kampung ini.
Radar Master-T TNI AU (photo : Kohanudnas)
Posisi radar ini cukup jauh dari Kota Biak, yaitu 60 kilometer.
Mylesat.com berkesempatan mengunjungi Satrad 242 bersama belasan wartawan Ibukota dalam kegiatan Press Tour Media Dirgantara 2018 yang digelar Dinas Penerangan TNI AU di Lanud Manuhua, Biak, Papua selama dua hari (13-14 Desember 2018).
“Ini tempat yang paling rahasia, beruntung teman-teman bisa masuk ke sini dengan leluasa,” ujar Komandan Lanud Manuhua, Biak, Marsma TNI Fajar Adriyanto yang mendampingi awak media.
Perjalanan darat ke Satrad ditempuh sekitar 1,5 jam. Jalan berkelok-kelok dan menyusuri pantai, menemani perjalanan ke Satrad 242. Posisi Satrad 242 berada persis di ujung jalan, jalan mentok, kemudian berbelok ke kiri. Tamu akan disambut pos pengamanan yang dijaga anggota Paskhas TNI AU.
Tidak ada pemukiman di sekitar Satrad 242. Hanya kicauan burung di hutan dan deburan ombak yang menemani mereka. Satrad 242 benar-benar berada di tengah hutan di sebuah ketinggian. “Kampung terdekat 10 km dari Satrad,” ujar Fajar.
Kebetulan sekali saat itu aliran listrik sedang padam karena tiang listrik tumbang dihantam pohon. Alhasil rekan-rekan wartawan pun berjuang untuk mendapatkan sinyal handphone. Sementara operasional Satrad 242 tidak terpengaruh karena mendapat pasokan listrik dari genset.
Dengan empat Satrad yang beroperasi di wilayah Kosek Hanudnas IV, otomatis tidak ada lagi celah yang bisa disusupi penerbangan gelap. Master-T yang dioperasikan Satrad 242 pun memiliki cakupan luas. Ke timur hampir menjangkau Jayapura, bahkan overlap dengan radar Timika.
“Coverage kami yang riil, ya, saat kedatangan bomber Rusia itu. Karena misinya militer jadi tidak mengaktifkan transponder, tapi radar kami bisa menangkapnya,” ungkap Eko.
Kepada para wartawan, Eko pun sedikit memberikan pembekalan tentang cara kerja radar militer master-T.
“Kalau radar militer, mau (transponder) diaktifkan atau tidak, asal lewat pasti tertangkap,” kata Eko.
Radar militer aktif seperti Master-T, cara kerjanya adalah memancarkan sinyal dan kemudian menerima pantulannya untuk diproses. Sementara radar sipil modelnya seperti tanya jawab.
Radar Master-T memiliki kemampuan tiga dimensi dan menyediakan data lengkap kondisi pesawat. Kemampuan early warning-nya hingga 240 Nm, berkemampuan GCI (ground control interception) sehingga mampu mengendalikan pesawat tempur kawan menuju target.
Begitu pula kemampuan scanning, Master-T termasuk yang terbaik. Jika ada obstacle, scan mode-nya akan menyesuaikan.
Satuan Radar 242 Biak (photo : MyLesat)
Paling hebat lagi adalah kejeliannya dalam mendeteksi target alias high resolution. Jika formasi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon Israel begitu rapat hingga terdeteksi hanya satu pesawat saat menyerang Osirak di Irak pada 7 Juni 1981, dipastikan tidak akan berhasil jika teknologi high resolution sudah ditemukan.
“Sangat jeli sehingga bisa mendeteksi pesawat yang terbang formasi, jika formasi terlalu dekat Master-T tetap bisa deteksi berapa pesawat, bukan menjadi satu pesawat seperti radar dulu,” urai Eko sambil menambah bahwa Master-T juga memiliki kemampuan antijamming.
Satrad 242 adalah satuan radar pertama yang dibangun TNI AU di wilayah Papua. Untuk radar Master-T sendiri, juga yang pertama digunakan oleh TNI AU.
Mulai beroperasi sejak 2005, Marsma Fajar mengaku sempat ditugaskan membawa F-16 ke Biak untuk menguji kesiapan Master-T.
“Tahun 2006 saya ke sini terbang untuk menguji radar ini, apakah berfungsi dengan baik atau belum,” jelasnya.
Karena posisinya berada di atas Papua, maka Satrad 242 bertanggung jawab menjamin tidak ada penerbangan gelap dari utara.
Dengan telah lengkapnya tergelar radar di wilayah Papua, maka PR pemerintah tinggal menempatkan skadron udara terutama skadron tempur di wilayah Papua.
Sehingga setiap ada upaya penerobosan wilayah udara nasional secara ilegal, TNI AU bisa melakukan penindakan langsung dengan menerbangkan pesawat tempur.
Fajar mencontohkan saat mengejar F/A-18 Hornet yang berpangkalan di kapal induk bermanuver di atas Bawean, ia harus menggenjot F-16 hingga kecepatan maksimal agar bisa tiba di lokasi secepat mungkin.
“Saya ngejar Hornet sampai Mach 1 karena scramble dan harus cepat tiba di lokasi. Makanya di Papua harus ada skadron tempur,” ungkap Fajar yang pernah menjadi Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun.
(MyLesat)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
...EDAAAAAAAAN Russia sekarang sudah mempunyai 80 unit Su-35 Flanker E dan pastinya ini akan terus bertambah,
BalasHapus...kalau Indonesia CUKUP 32 unit Su-35 Flanker E saja
https://jakartagreater.com/tunggu-su-57-rusia-jadikan-su-35-sebagai-fighter-kunci/
...mantaaaap
...Xixixixixixi :D
https://lancerdefense.com/2019/01/03/kemdag-tunggu-instruksi-kemhan-terkait-imbal-beli-pengadaan-su-35/
HapusUdah dikirim sama Om Smiling sebelumnya..Imbal Dagang belum beres..ToT belum beres..Ini tahun politik..gimana yah 2019 bakalan datang ?
Alamat disalip ditikungan ? Hm,hm,hm..
...kan targetnya Su-35 Flanker E Indonesia paling cepat datang bulan Agustus 2019, kalau agak telat dikit yach nggak apa2...sedangkan tahun POLITIK kan berakhir pada bulan April 2019
Hapus...walaupun disalip ditikungan, IFX masih nunggu lama lagi...karena rencana diproduksi massalnya pada tahun 2026 githu lhooo
...Xixixixixixi :D
what salip? there no such an agenda.
HapusSU-35 is always the best
sebenarnya di Timur masih kurang.. di Jayapura, Ambon, dan Morotai juga harus dipasangi radar Master T atau weibel..
BalasHapusDijayapura udh ga perlu radar lgi om,udh dicover oleh satuan radar dibiak dan timika..
Hapustetap perlu untuk cover samudera pasifik dan penyusupan pesawat asing dari papua nughini.. Kan kemarin anggaran 5 radar salah satunya ditempatkan di Jayapura. 😃😃..
Hapushttps://www.ainonline.com/aviation-news/defense/2019-01-03/spain-signs-deals-double-nh90-fleet-and-upgrade-chinooks
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusIndonesia maha luas dan kaya sumber alam tidak hanya butuh radar tapi kebutuhan mendesak penambahan ratusan jet tempur dan rudal pertahanan udara jarak jauh .
BalasHapusbisa cepat terealisasi asal kamu siap hidup tanpa subsidi BBM, kesehatan, Gas elpiji, listrik, dll cukup selama 5 tahun.. ngk usah demo apalagi menghujat pemerintah.. gimna sanggup..??
HapusNnnaaaahh dana yg biasa untuk subsidi itu dialihkan ke pertahanan menjadi 2-5% dari GDP.. jika 2% dari GDP berarti ada anggaran kira2 $ 20 miliar dollar tinggal dikali 5 tahun, jadi ada anggaran kira2 $ 100 miliar dollar untuk pertahanan. Dengan uang sebanyak itu silahkan kamu onani otak bayangkan belanja peralatan militer apa saja..!! 😁😁
...kalau diperbatasan Indonesia - Malayon Beruk harus ada SATRAD yang bisa mendeteksi mana warga Indonesia dan mana warga BERUK
BalasHapus...jadi bisa langsung OTT, kalau ada warga BERUK yang sedang mencuri pisang, kelapa dan Ilegal logging
...Xixixixixixi :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus'Ini rupanya yg dijadiin dalil bahan hoax, kiriman 7 kontaner suara suara yg sdh dicoblos dr cina....curiga, ada oknum fansboy yg terlibat. Coba amati kolom komennya 🤔🤔🤔"
Hapusttps://jakartagreater.com/yonmarhanlan-v-bantu-pengamanan-kapal-perang-china-hai-yang-26/
Moga2 tiada rakyat indon yg mati kelaparan. .
BalasHapusGw lagi bikin nasi goreng, mau minta nggak ruk,😂
HapusBeruk malon pagi2 dah kelaparan,,,ni ruk ane kasih pisang 🐒🐒🍌🍌🍌🍌
HapusGa perlu dikasih, langsung karungin, lanjut buang ke comberan..
HapusWaduh ada beruk lepas dari kandang nich..
HapusLucunya banyak beruk mati karena kebanyakan hutang karena sok kaya
HapusKih kih kih
harus diambil fir kepri tahun ni, sudah cukup 72 tahun dikendalikan negara lain.
BalasHapushttps://lancerdefense.com/2019/01/03/pengambilan-alihan-ruang-udara-dari-singapura/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4527872690
...betuuuul bro raden,
Hapustapi kasihan juga sama Singapore...dia akan ngungsi kemana2 untuk latihan pertempuran Udara
...nggak mungkin kan, latihan tempur dipusat Kota ?
...Xixixixixixi :D
Harus diambil akang asep, biarin aja budak2 british barat cari solusi sendiri, bila perlu semua uang2 korupsi yg disimpan disingapura harus ditarik gimana pun caranya 😊😎
Hapus...pengambilan FIR ini sekaligus membuat British mikir 2 kali, kalau mau bikin Basis Militer di Singapura untuk wilayah Asean
Hapus...Xixixixixixi :D
China setrong
BalasHapushttps://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190103114606-199-358155/pertama-kali-china-berhasil-mendarat-di-sisi-terjauh-bulan?tag_from=wp_wm_cnn
Luweh strong wadon dimari mas, bulan pun datang tanpo diminta..
Hapus(yen ora khilaf)
😋
Ya ada beberapa hal china sudah melangkah di depan amerika termaksud ini RAILGUN
Hapushttps://www.jejaktapak.com/2019/01/02/tinggalkan-amerika-railgun-china-pergi-ke-laut/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C7820607423
bro @raden..
Hapustapi utk urusan battle prupen rail gun amerika yg duluan. dipake nembak Desepticon yg lg d piramid dari destro yg mangkalnd teluk akaba, 😁😁😆😆😆
😀😁😆
HapusGila harga amunisi RAILGUN mencapai us$ 25.000 - us$ 50.000, jarak kemampuan menyerang RAILGUN mencapai 124 mil jauhnya dengan kecepatan 1,6 mil/detik' amunisi RAILGUN tidak menggunakan bubuk misiu tp menggunakan listrik untuk menghasilkan energi medan elektromagnetik
BalasHapushttps://www.jejaktapak.com/2019/01/02/tinggalkan-amerika-railgun-china-pergi-ke-laut/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C7820607423
Masih lebih murah dari Harpoon.
HapusSedikit komentar. Teknologi railgun ini sebenarnya mirip EMALS. Bahkan EMALS US sebenarnya dari riset railgun, kalau China saya tidak tahu. Jadi sebenarnya amunisi railgun boleh saja mengandung mesiu, tetapi bukan sebagai propelan utama.
Kalo yg rahasia sdh di buka media berarti ad yg baru nih...apa ya?
BalasHapusSetahu saya dan seingat saya prinsip radar cara bekerjanya adalah.... Memancarkan gelombang radio kemudian apabila menemukan obyek / target maka gelombang tersebut memantulkan lagi ke penerima gelonggongan radio tsb.
BalasHapusSaya hampir 22 tahun menjadi operator radar sipil.
BRI KRISNAWAN 118301010050505
BalasHapusIni nomor rekening kami ya bos.. Ditunggu konfirmasinya Bos
Terima kasih
q
BalasHapusGoblok, tolol
BalasHapus