28 Februari 2025

Kasau Tinjau Kesiapan Operasional Lanud J.A. Dimara, Merauke

28 Februari 2025

Kasau beserta rombongan datang dengan pesawat Boeing 737 TNI AU (photos: TNI AU)

TNI AU -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M., didampingi Ketua Umum (Ketum) PIA Ardhya Garini Ny. Isa M. Tonny Harjono, melanjutkan kunjungan kerjanya di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Johannes Abraham Dimara, Merauke, Rabu (12/2/2025). 

Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau kesiapan operasional pangkalan dalam mendukung pelaksanaan tugas pertahanan udara di wilayah Papua Selatan.Kasau beserta rombongan tiba di Merauke dengan pesawat Boeing 737 TNI AU dari Lanud Yohanis Kapiyau dan disambut oleh Komandan Lanud Johannes Abraham Dimara Kolonel Pnb Agus Mulyadi, S.Sos., M.M., didampingi Ketua PIA Ardhya Garini Cabang 6/D.III Ny. Mike Agus Mulyadi, serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Papua Selatan dan Kabupaten Merauke.

Lanud J.A. Dimara terletak di Merauke, kota di ujung timur Indonesia (image: GoogleMaps)

Kasau menerima jajar kehormatan dan pengalungan noken serta mahkota adat oleh anak-anak TK, diiringi tarian khas Papua sebagai bentuk penghormatan budaya setempat.Dalam peninjauan di Lanud Johannes Abraham Dimara, Kasau mengevaluasi kesiapan personel, fasilitas, serta alutsista guna memastikan pangkalan siap menjalankan tugas pengamanan wilayah udara nasional. 

Kasau juga menerima paparan dari Danlanud terkait kondisi pangkalan, tantangan operasional, serta langkah strategis dalam meningkatkan efektivitas dukungan udara di kawasan perbatasan.Selain agenda utama terkait kesiapan operasional, Kasau juga meninjau program ketahanan pangan yang dikelola Lanud sebagai bagian dari kontribusi TNI AU dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

TNI AU saat ini telah menyiagakan pesawat Cassa 212 dan Heli Caracal EC-725 BKO Koopsud III di Lanud J.A. Dimara untuk mendukung berbagai program pemerintah (photo: TNI AU)

Dalam kesempatan ini, Kasau turut menyerahkan bantuan bibit tanaman kepada petani binaan sebagai bentuk dukungan terhadap kemandirian pangan masyarakat sekitar.Turut mendampingi Kasau dalam kunjungan ini, Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas) Marsdya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M., serta sejumlah pejabat utama Mabesau, termasuk para Asisten Kasau, Dankopasgat, para Kepala Dinas di jajaran Mabesau, dan Pengurus PIA Ardhya Garini Pengurus Pusat.

Boeing Akan Hentikan Produksi AH-6i Setelah Pesanan Thailand Selesai

28 Februari 2025

Helikopter AH-6i pesanan Thailand saat ini sedang dilakukan uji coba (photo: Boeing)

Boeing akan mengakhiri produksi helikopter serang dan pengintai ringan AH-6i setelah pesanan untuk pelanggan terbaru jenis itu yaitu Thailand selesai.

Direktur senior, pengembangan bisnis untuk vertical lift di Boeing, Mark Ballew, mengatakan kepada Janes dan media pertahanan lainnya pada tanggal 26 Februari bahwa lini produksi 'Little Bird' milik perusahaan di Mesa, Arizona, akan ditutup segera setelah delapan helikopter yang sekarang dipesan untuk Thailand selesai dibuat.

Thailand memesan 8 AH-6i untuk menggantikan AH-1F yang saat ini tercatat 7 unit yang dioperasikan Batalyon Penerbangan ke-3, Army Aviation Center (AAC) (photo: Boeing) 

“Kami akan menghentikan produksi AH-6i, setelah kami mendapatkan pesanan dari Thailand. Saat ini, kecuali ada negara lain yang datang segera dan berkata, 'Hei, kami ingin AH-6i hari ini,' [produksi akan berakhir],” kata Ballew pada konferensi IQPC International Military Helicopter (IMH) 2025 di London.

Ballew tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa keputusan ini diambil saat itu, tetapi dengan hanya Saudi Arabian National Guard dan Angkatan Darat Kerajaan Thailand yang membeli 32 helikopter, Boeing tampaknya telah memutuskan bahwa pasar untuk pesanan lebih lanjut yang substansial tidak ada.

Spesifikasi AH-6i (infographic: Global Defense Aerospace) 

Diluncurkan pada tahun 2009 setelah program Helikopter Pengintai Bersenjata (ARH) Angkatan Darat AS yang dibatalkan, AH-6i dirancang oleh Boeing untuk memenuhi kebutuhan negara-negara yang tidak mampu atau tidak memerlukan kemampuan helikopter serang khusus seperti AH-64 Apache milik perusahaan tersebut.

Dalam fungsi sebagai platform serang ringan/berat, keamanan dan pengawalan, penyisipan pasukan, pengintaian, dan pencarian serta penyelamatan tempur, AH-6i dilengkapi dengan turet sensor elektro-optik/inframerah (EO/IR), dan dikonfigurasi untuk membawa berbagai senjata udara-ke-permukaan yang tidak berpandu dan berpandu termasuk rudal presisi Lockheed Martin AGM-114 Hellfire.

Pengoperasian Pesawat Hawk Mk 108/208 TUDM Dikumpulkan di No 6 Skuadron, Labuan

28 Februari 2025

Serah terima pesawat Hawk Mk 108/208 dari Skuadron No 8 ke Skuadron No 6 (photos: TUDM)

Serah Terima Pesawat Hawk Mk 108/208 di Antara No 15 Skuadron dan No 6 Skuadron

BUTTERWORTH – Upacara Serah Terima Pesawat Hawk Mk 108/208 di antara No 15 Skuadron dan No 6 Skuadron telah berlangsung di Hangar No 15 Skuadron, Pangkalan Udara Butterworth. Upacara ini menandakan peralihan tanggungjawab pengoperasian pesawat Hawk Mk 108/208 secara rasmi kepada No 6 Skuadron.


Upacara serah terima telah disempurnakan oleh Pegawai Memerintah No 15 Skuadron, Lt Kol Mohd Khairul Azrin bin Mohd Tuah TUDM dengan simbolik penyerahan dokumen rasmi kepada Pegawai Memerintah No 6 Skuadron, Lt Kol Zulkifli bin Mohamad TUDM. Upacara ini telah disaksikan oleh Komander Pangkalan PU Butterworth, Brig Jen Khairol Muzambi bin Salehin TUDM.

Dalam ucapan Komander Pangkalan, beliau menzahirkan penghargaan kepada seluruh warga No 15 Skuadron atas dedikasi dan sumbangan mereka sepanjang tempoh penugasan di pangkalan ini sejak tahun 1994. Dengan simbolik penyerahan ini, No 6 Skuadron kini akan menggalas sepenuhnya tanggungjawab mengoperasikan pesawat Hawk Mk 108/208 dalam mendukung misi pertahanan udara negara.


Langkah ini merupakan penyusunan semula aset pesawat pejuang TUDM dan persiapan bagi penerimaan pesawat pejuang baharu iaitu FA-50M yang bakal memasuki inventori TUDM.

27 Februari 2025

Shipnaming dan Peluncuran KRI Bung Hatta-370 di Galangan PT Karimun Anugrah Sejati

27 Februari 2025

Seremonial KRI Bung Hatta-370 di Galangan PT Karimun Anugrah Sejati, Kepulauan Riau (photos: TNI AL)

Pangkoarmada I Hadiri Shipnaming dan Peluncuran KRI Bung Hatta-370

TNI AL, Koarmada I, Tanjungpinang -- Bertempat di PT Karimun Anugrah Sejati, Panglima Komando Armada I, Laksamana Muda TNI Dr. Yoos Suryono H., M.Tr.(Han)., M.Tr.Opsla., didampingi Ketua Daerah Jalasenastri Armada I, Ny. Yanti Yoos Suryono, menghadiri acara shipnaming dan peluncuran KRI Bung Hatta-370.


Acara dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla., yang turut didampingi Ketua Umum Jalasenastri, Ny. Fera Muhammad Ali, pada Kamis, 27 Februari 2025.

KRI Bung Hatta-370 tampak samping (photo: Antara)

KRI Bung Hatta-370 merupakan kapal korvet hasil produksi dalam negeri dengan panjang 80,30 meter dan lebar 12,60 meter. Kapal ini memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya dilengkapi dengan 1 unit Meriam 57 mm yang dapat di-upgrade hingga 76 mm, serta 2 unit Meriam 20 mm untuk mendukung pertahanan.

KRI Bung Hatta-370 tampak belakang (photos: Antara)

Ke depan, KRI Bung Hatta-370 direncanakan akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmada II, yang siap menjalankan operasi dalam menjaga kedaulatan perairan di wilayah kerja Koarmada II.

PT DI Kirim Teknisi ke Prancis untuk Pelajari Pesawat Tempur Rafale

27 Februari 2025

Perakitan pesawat tempur Rafale (photo: Dassault)

Jakarta (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia telah mengirimkan beberapa teknisi ke Prancis untuk mempelajari pesawat tempur Rafale yang akan dimiliki Indonesia.

Pengiriman teknisi itu dilakukan agar Indonesia nantinya memiliki SDM yang andal dalam merawat pesawat jet tempur Rafale.

"Sudah dikirim ke sana (Perancis)," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Gita Amperiawana di Bandung, Jawa Barat, Rabu.

Walau demikian, Gita tidak menyebutkan berapa teknisi yang dikirim dan berapa lama proses belajar tentang Rafale itu akan berlangsung.

Gita menjelaskan PT DI telah mendapatkan program offset dari kerja sama dengan Rafale yakni pelatihan teknisi hingga pembuatan computer basic training/CBT.

Kerja sama pembuatan CBT ini dilakukan agar personel TNI atau teknisi PT DI yang akan menjadi operator Rafale dapat melakukan latihan basic dengan teknologi komputer.

Dengan adanya kerja sama offset ini, diharapkan Indonesia memiliki personel yang dapat mengoperasikan hingga melakukan perawatan pesawat tempur Rafale dengan baik.

Model pesawat Rafale dengan camo Indonesia (photo: Donpachi)

Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengungkapkan bahwa TNI AU pada 2026 akan mempunyai enam pesawat tempur Rafale dari Prancis.

"Di tahun depan, sekitar Februari atau Maret, kami sudah mulai kedatangan pesawat Rafale, tiga pesawat, dan tiga bulan kemudian itu tiga pesawat lagi. Jadi, di pertengahan tahun depan nanti kami sudah punya enam pesawat Rafale," kata Tonny usai menghadiri Rapat Pimpinan TNI AU di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (3/2).

Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa TNI AU telah melakukan sejumlah persiapan untuk menyambut kedatangan pesawat tempur tersebut.

Lebih lanjut, dia mengemukakan bahwa TNI AU telah menyiapkan markas atau homebase enam pesawat tersebut, yakni di Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.

"Di Pekanbaru, kami sudah membangun simulator, kemudian hanggar-hanggar yang kami bilang smart building (bangunan pintar, red.), fasilitas-fasilitas penerbangan di sana pun kami perbaiki, terus sistem logistik juga sedang berproses kami bangun. Jadi, semua persiapan untuk sarana dan prasarana sudah dilakukan di Pekanbaru," jelasnya.

Selain itu, KSAU mengatakan bahwa TNI AU telah memilih sejumlah personel untuk mengikuti pendidikan calon penerbang pesawat Rafale.

"Tentunya dilihat dari berbagai background (latar belakang, red.) penugasan di pesawat-pesawat yang sekarang kami punya," ujarnya.

Drone Elang Hitam Jenis MALE Bakal Diuji Coba Bulan Depan

25 Februari 2025

Drone Elang Hitam versi uji (photo: DI)

BANDUNG, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Gita Amperiawan mengungkapkan bahwa drone atau pesawat nirawak jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) bakal uji coba pada bulan depan. 

Adapun drone jenis MALE buatan PT DI ini diberi nama Elang Hitam. 

"Dan saat ini mungkin dalam satu bulan ke depan kita akan demo flight untuk MALE, Medium Altitude Long Endurance, itu untuk bisa terbang 24 jam, kemudian payload-nya (muatan) sekitar 300 kilogram," kata Gita ditemui di PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/2/2025). 

Gita menjelaskan bahwa akan lebih baik industri pertahanan terkhusus untuk pesawat nirawak, mengembangkan drone jenis MALE. 

Dia pun berharap, drone jenis ini bisa masuk dalam rencana strategis (Renstra) pengadaan alutsista 2025-2029.

"Dan investasi pemerintah yang sudah besar di PT DI ini akan baik kalau kemudian dari segi teknologi itu kita masuk ke MALE. Nah, ini sedang kita buat dan mudah-mudahan bisa masuk kepada pengadaan di renstra 2025-2029," ujarnya. 

Pada kesempatan itu, Gita juga ditanya soal rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli drone Bayraktar rakitan Turki. 

Drone Elang Hitam versi display (photo: Viva)

Tetapi, menurut dia, yang paling penting adalah bagaimana transfer teknologi itu terjadi. Hal ini diharapkan agar ke depannya Indonesia bisa mengandalkan drone buatan dalam negeri. 

"Mudah-mudahan itu (produk buatan dalam negeri) hadir menggantikan produk-produk impor," jelas dia.

Adapun proyek Elang Hitam merupakan salah satu Program Strategis Nasional dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo pada 2016. 

Proyek ini digadang-gadang untuk menjaga kedaulatan negara dari ancaman yang semakin kompleks. 

Terdapat lintas kementerian dan lembaga yang terlibat dalam proyek ini, meliputi Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Len Industri (Persero), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Elang Hitam kali pertama diperkenalkan di PT DI pada 30 Desember 2019. 

Dikutip dari Kompas.id, Elang Hitam mempunyai kemampuan terbang pada ketinggian menengah mencapai 15.000-30.000 kaki dan mampu terbang selama 24-30 jam. 

26 Februari 2025

Australia, Japan and USA Joined its Tanker Fleet in Exercise Cope North 2025

26 Februari 2025

A RAAF KC-30A Multi-Role Tanker Transport aircraft departs (photo: Aus MoD)

Tankers band together

Australian, Japanese and American refuelling aircraft have joined forces to feed thirsty fast jets in the skies above Guam. 

As part of Exercise Cope North, a task force of 10 tankers, including a Royal Australian Air Force KC-30A Multi-Role Tanker Transport, have refuelled 64 fighter jets from the three nations. 

The biggest test of working together, however, was the two-week period known as the large force employment (LFE).

Over the LFE, the KC-30A had more than 100 visits to its refuelling strobes and boom, sharing more than 300 tonnes of fuel and sustaining 240 fast-jet flying hours. This is the equivalent effort of flying a 737 from Sydney to Melbourne, 80 times. 

A Japan Air Self-Defense Force KC-46A Pegasus departs for a refuelling mission (photo: Aus MoD)

KC-30A and 33 Squadron pilot Flight Lieutenant Sara explained how important working with the United States Air Force (USAF) and Japan Air Self-Defense Force (JASDF) was to developing and perfecting her skills.

“We have been working alongside both the USAF and JASDF tankers closely since day one, including flying, mission planning and supporting one another,” she said. 

“It has been a good opportunity to identify inefficiencies and streamline multinational operations.

“Participating in Exercise Cope North 25 has been particularly rewarding due to the number of assets involved in the mission planning and execution. It is uncommon to exercise with up to eight tanker aircraft in a single flight, yet we have proven with good communication and coordination it can be achieved seamlessly between all three nations.”

The standard crew for the KC-30A on Exercise Cope North 25 has five members – one captain, one co-pilot, two air-refuelling operators and one crew attendant. While one crew was flying, another crew was integrated into the planning cycle, assisting with the allocation of ground and airborne assets to successfully conduct the following day’s mission. 

A United States Air Force KC-135 Stratotanker aircraft departs (photo: Aus MoD)

Crew attendant Leading Aircraftwoman Chelsea explained how the exercise was key to developing her understanding of trilateral operations and how the KC-30A fitted into an integrated force.

“As a crew attendant on the KC-30A, my role is to provide high-quality service whilst ensuring the safety of passengers and crew on board,” she said.

“Exercise Cope North 25 has been a great opportunity for me to further develop my skillset, all while building connections that enhance our collective readiness and global partnership.”

The KC-30A, it’s crew and their trilateral partners are the key to long-range fast jet operations, a capability that is vital to ensuring stability and enhancing regional security in a vast Indo-Pacific region. 

(Aus MoD)

Program "Local Planned Maintenance 12 Years F/A-18D TUDM" Berhasil Hemat Anggaran 25%

26 Februari 2025

Kunjungan Menteri Pertahanan ke Pangkalan Udara Butterworth melihat LPM12Y F/A-18D Hornet TUDM (photos: MYKemhan)

Sebahagian pengisian lawatan kerja ke PU Butterworth, Menteri Pertahanan Kheled Nordin telah meninjau kemajuan Program Local Planned Maintenance 12 Years (LPM12Y) bagi pesawat F/A-18D Hornet oleh syarikat tempatan, G7 Global Aerospace Sdn Bhd (G7GA).

Program senggaraan peringkat depoh bagi pesawat F/A-18D Hornet ini berjalan selama 5 tahun bermula 2024 dan dijangka selesai pada tahun 2029.


“Planned Maintenance Interval 1” ini perlu dilaksanakan selepas 12 tahun pengoperasian pesawat bagi mengekalkan status “airworthiness”.

Menteri Pertahanan telah diberikan taklimat oleh pihak syarikat berkenaan status dan hala tuju pelaksanaan Program ini dan berpuas hati dengan kemajuan terkini yang mengikut “milestone” ditetapkan.


Aktiviti senggaraan di dalam negara membolehkan Kerajaan mengurangkan kos sekitar 25% berbanding menghantarnya ke luar negara.

Selain penjimatan kos yang ketara kepada Kerajaan dan pemendekan “turnaround time”, LPM12Y membolehkan modal insan dan industri aeroangkasa tempatan terus dibangunkan.

Depohar 30, Dislitbangau, dan Infoglobal Berkolaborasi dalam Reverse Engineering Pesawat Hawk Mk-209

26 Februari 2025

Depohar 30, Dislibangau, dan PT Infoglobal bersinergi untuk reverse engineering pemeliharaan pesawat Hawk Mk-209 (photo: TNI AU)

TNI AU. Malang -- Depo Pemeliharaan (Depohar) 30 bekerja sama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbangau) serta PT. Infoglobal Teknologi Semesta (ITS) dalam pelaksanaan reverse engineering pesawat tempur Hawk Mk-209. Kegiatan ini berlangsung di hanggar Satuan Pemeliharaan 32 (Sathar 32) Depohar 30 pada Senin, 24 Februari 2025. Kunjungan dari Dislitbangau yang dipimpin oleh Kolonel Lek Agus Priyanto, S.T., diterima langsung oleh Komandan Depohar 30, Kolonel Tek MD. Riswanto, M.I.Pol., M.M., beserta jajaran teknisi.

Pelaksanaan reverse engineering ini diawali dengan sesi briefing, diskusi teknis, serta uji fungsi on ground pesawat Hawk Mk-209. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menganalisis sistem pesawat secara mendalam sehingga dapat memahami cara kerja dan merancang inovasi yang dapat diterapkan dalam pemeliharaan alutsista. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan pesawat Hawk Mk-209 dapat terus beroperasi dengan optimal dan memiliki kesiapan tempur yang lebih tinggi.

Selain meningkatkan efisiensi pemeliharaan, kerja sama ini juga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi para teknisi Depohar 30 dalam melakukan rekayasa ulang sistem pesawat. Dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap struktur dan mekanisme pesawat, diharapkan TNI AU dapat lebih mandiri dalam pemeliharaan serta pengembangan teknologi alutsista di masa depan.

Pesawat tempur ringan Hawk 109/209 TNI AU (photo: Disway)

Dandepohar 30, Kolonel Tek MD. Riswanto, menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat kemampuan pemeliharaan pesawat di lingkungan TNI AU. "Kami sangat mengapresiasi kunjungan serta dukungan dari Dislitbangau dan PT. Infoglobal Teknologi Semesta. Kegiatan ini akan membantu kami mencapai standar pemeliharaan yang lebih tinggi serta mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri," ujarnya.

Dislitbangau dan PT. ITS juga menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung upaya pengembangan teknologi pemeliharaan pesawat di TNI AU. Melalui program reverse engineering ini, diharapkan dapat ditemukan solusi inovatif yang mampu meningkatkan efisiensi operasional serta memperpanjang usia pakai pesawat tempur yang menjadi tulang punggung pertahanan udara nasional.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya nyata dalam mewujudkan sinergi antara industri pertahanan dalam negeri dengan kebutuhan operasional TNI AU. Dengan terus meningkatkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia, diharapkan kemandirian pemeliharaan alutsista dapat semakin terwujud dan memperkuat sistem pertahanan udara Indonesia.

(TNI AU)

25 Februari 2025

Royal Thai Navy Announces Navantia, Spain, as Winner of HTMS Chang Type 071ET LPD Amphibious Dock Capability Enhancement Project

25 Februari 2025

HTMS Chang (III) Landing Platform Dock (photos: Royal Thai Navy)

The official website of the Royal Thai Navy (RTN) in the section on the publication of the agency's procurement projects issued a document on February 21, 2025 regarding the announcement of the winner of the bidding for the project to purchase combat management systems, surveillance systems, fire control systems, weapons systems, and gyro systems, along with related support equipment.

For the project to enhance the combat system capability for naval operations of the floating landing craft, HTMS Chang (III), 1 system, by selection method, budget 909,500,000 baht ($27,100,718), the selected company is Navantia SA, SME, a Spanish shipbuilding industry state enterprise.

The release of the winning document for the project to enhance the combat system capability of the HTMS Chang (3rd) floating dock landing craft is consistent with Thai media reports in August 2024 that the Spanish company Navantia was the winner.

This is the latest success of Navantia Spain with the Royal Thai Navy in 28 years. It is understood that the main weapon system to be procured is the CATIZ Combat Management System (CMS) which is a product of Navantia.

Related systems likely to be procured include Navantia's DORNA Fire Control System (FCS) and two SENTINEL 30 Naval Remote Controlled Weapon Stations (RCWS) from Spain's EM&E Group to supplement the weapons already installed on the third amphibious landing craft, HTMS Chang.

There are four M2 .50cal heavy machine guns on the port side and starboard side of the ship and two Oerlikon GAM-CO1 20mm machine guns on the port side and right side in front of the ship's bridge. EM&E Group has been contracted by the Royal Thai Navy to deliver the SENTINEL 30 RCWS naval gun mounts for the two T.997 series coastal patrol vessels, namely T.997 and T.998.

It is not yet clear whether a secondary contract for the 3rd HTMS Chang (IFF) combat capability enhancement program will be announced, which includes the TSA3521 Identification Friend or Foe (IFF) system and the TopAxyz gyro system from Thales Nederland BV of the Netherlands.

Israeli Elbit Naval Systems' Spectro XR Electro-Optronic (EO) camera and Sweden's SAAB AB's Sea Giraffe 1X 3D surveillance radar are interconnected with Spain's Navantia CATIZ CMS combat management system via an open architecture.

Type 071 LPD (photo: news.qq)

After the installation of the combat system and weapons in the first phase of the upgrade, it is also understood that one 76mm naval gun, which is likely to be a Leonardo 76/62 family naval gun from the Italian company Leonardo SpA, as well as four decoy launchers, will be approved for the second phase of the upgrade in the following fiscal year, around fiscal year 2026.

It was also reported that the Spanish CATIZ CMS combat management system was selected to upgrade the capabilities of two HTMS Pattani-class offshore patrol vessels, HTMS Pattani and HTMS Narathiwat (although there have been rumors on Thai social media recently that the HTMS Pattani-class offshore patrol vessel project is having internal problems).

Type 071ET LPD (Landing Platform Dock) HTMS Chang (III) in service with the Amphibious and Combat Support Service Squadron (ACSSS) of the Royal Thai Navy (RTF) is the export version of the Type 071 amphibious landing platform dock of the Chinese People's Liberation Army Navy (PLAN).

Built by the Shanghai Hudong-Zhonghua Shipbuilding Group(HZ) shipyard, a subsidiary of China State Shipbuilding Corporation(CSSC), a Chinese state-owned shipbuilder, it was delivered to the Royal Thai Navy in 2023 and has been continuously deployed, most recently with the large landing craft of HTMS Sichang-class, HTMS Surin-class, and frigates of HTMS Chao Phraya-class and HTMS Bangpakong-class in the maritime training fleet of the Naval Rating School (NRS) for the academic year 2025 in February 2025.

(AAG)

Rheinmetall Completes Delivery of 3.580 HX Trucks to the ADF

25 Februari 2025

Over 3.500 HX Trucks delivered to the Australian Defence Force (all photos: RMMVA)

Rheinmetall Australia Celebrates the Completion of the Land-121 Program

On 20 February 2025, Rheinmetall MAN Military Vehicles Australia (RMMVA) celebrated the successful conclusion of the LAND 121 Phase 3B/5B program together with the Australian Department of Defence. The Final Acceptance ceremony took place at Rheinmetall's Military Vehicles Center of Excellence (MILVEHCOE) in Queensland. The Australian Defence Force procured its fleet of logistics vehicles based on the proven HX truck as part of the LAND 121 project. Over 3500 vehicles were delivered on time and within budget. RMMVA is the largest supplier of military logistics vehicles for the Australian Army.


The Final Acceptance Ceremony marks the successful completion of a just over ten-year procurement program on time and on budget. A total of 3,580 medium and heavy military logistics trucks and 3,165 modules and protected cabs have been delivered. The Australian HX fleet includes recovery vehicle, transporter, self-loading hook-lift, fuel truck, tractor and tipper configurations. Testing and verification was carried out at the Australian Automotive Research Centre (AARC) near Anglesea, Victoria.


Michael Wittlinger, Chief of Staff of Rheinmetall AG and Chairman of the Supervisory Board of Rheinmetall MAN Military Vehicles Australia Pty Ltd.: “The HX truck is the workhorse of the Australian Army and provides the Australian Defence Force with outstanding capabilities. The entire workforce of Rheinmetall Defence Australia and Rheinmetall MAN Military Vehicles Australia is grateful to have successfully completed the project together with the Commonwealth of Australia.”


“The first HX trucks procured under the LAND 121 Phase 3B/5B program entered service more than ten years ago. Since then, the HX truck has proven to be a mainstay for the Australian supply force.”


“These vehicles are the logistical backbone of the Australian Army, transporting troops, food, water and other equipment throughout Australia,” said Wittlinger.


“The HX trucks are built in the Austrian capital of Vienna by Rheinmetall MAN Military Vehicles. Final assembly of the Australian fleet was undertaken at Rheinmetall Defence Australia in south-east Queensland, and supported by our team members in Victoria and Queensland.”


With the procurement process complete, Rheinmetall is transitioning to support and sustain the HX fleet, utilising a national network of partners and suppliers.

“Our team of Field Service Representatives follow the members of the Australian Army with the HX trucks to all corners of Australia to ensure the reliability and serviceability of the vehicle fleet,” Mr Wittlinger said.


More than 20,000 RMMV HX trucks are in service with various NATO member and partner nations, providing crucial logistical capabilities and mobility for complex missions. Australia is part of an international HX user family that includes New Zealand, Germany, the United Kingdom, Denmark, Norway, Sweden, Austria, Singapore and Canada.


The extremely robust HX trucks are military-off-the-shelf systems. They are powered by a six-cylinder in-line diesel engine. The maximum weight can be up to 41,000 kilograms. The vehicles can operate in temperatures ranging from -32° Celsius to +49° Celsius and can traverse water depths of more than 1.5 metres. Possible variants include: integrated and automated load handling system, swap body, crane, container carrier, recovery vehicle, tractor, tanker, tipper, system carrier and artillery system.

Latihan Air to Air Refuelling TNI AU dan USAF 2025

25 Februari 2025

Latihan  Air to Air Refuelling TNI AU dan USAF dengan pesawat F-16 dan KC-135 (photos: DVIDS)

Penerbang tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3, Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi dan Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin melaksanakan latihan pengisian Bahan Bakar di Udara (Air to Air Refuelling) dengan Angkatan Udara Amerika Serikat (United States Air Force - USAF).

Latihan Air to Air Refuelling antara TNI AU dan USAF akan melibatkan pesawat F-16 Fighting dan satu pesawat KC-135 dari Garda Nasional Udara Hawaii. Latihan dilaksanakan dari tanggal 17s.d.20 Februari 2025. Berhasil melakukan operasi pengisian bahan bakar udara ke udara tanpa cela.

Latihan Air to Air Refueling (AAR) merupakan momen penting untuk mengasah kemampuan pilot dalam menjalankan prosedur refuelling yang rumit dan memastikan kelancaran proses transfer bahan bakar di udara.

Latihan ini merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara dan meningkatkan interoperabilitas antara kedua negara dalam menghadapi tantangan keamanan regional serta mendapatkan kualifikasi AAR.

(TNI AU)

24 Februari 2025

PTDI Teken MoU dengan Calidus untuk Inovasi Aerospace

24 Februari 2025

Signing MoU antara PT DI dan Calidus (photo: PT DI)

Abu Dhabi - Di sela-sela perhelatan International Defence Exhibition (IDEX) 2025, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), perusahaan aerospace terkemuka di Indonesia, telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Calidus, perusahaan terkemuka di bidang aerospace dan pertahanan yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Penandatanganan MoU ini disaksikan oleh Duta Besar RI untuk UEA, Husin Bagis, sebagai bentuk dukungan dan komitmen pemerintah Indonesia dalam memperkuat kerja sama strategis di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Kerjasama ini mencakup berbagai bidang, mulai dari rekayasa manufaktur, produksi komponen aerostruktur,hingga peningkatan, modifikasi dan perakitan pesawat. Kedua perusahaan juga akan berkolaborasi dalam integrasi misi pesawat, termasuk sistem flair, radar dan persenjataan, serta pengembangan produk UAV, simulator dan integrasi sistem senjata. Selain itu, PTDI dan Calidus akan bekerja sama dalam membangun fasilitas produksi dan investasi mesin, termasuk produksi helm dan komponen lainnya.

Produk dirgantara dari Calidus yang dipamerkan pada IDEX 2025 adalah pesawat serang ringan B-250 dengan teknologi all glass cockpit dan dilengkapi 7 hardpoint yang telah mendapatkan 24 pesanan untuk UEA (photo: Janes)

Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, menyatakan bahwa Kerjasama ini merupakan langkah strategis untuk memperluas pasar dan meningkatkan kompetensi industri aerospace Indonesia. "Kolaborasi dengan Calidus ini tidak hanya memperkuat posisi PTDI di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara, tetapi juga membuka peluang untuk pertukaran teknologi dan pengembangan produk yang inovatif," ujarnya. 

MoU ini menjadi bukti nyata komitmen PTDI dalam memperluas jaringan bisnis global dan meningkatkan daya saing industri aerospace Indonesia di kancah internasional. Kedua pihak berkomitmen untuk segera melaksanakan program-program konkret sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ini.

Melalui kerjasama ini, PTDI dan Calidus berkomitmen untuk memperkuat kopetensi industri masing-masing, sekaligus menciptakan peluang baru dalam pemasaran dan penjualan produk aerospace dan pertahanan di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Royal Thai Navy Demonstrates New MARCUS-B UAV at Opening Ceremony of Annual Navy Exercise 2025

24 Februari 2025

Marcus B UAV (photos: RTN)

The opening ceremony of the annual naval exercise 2025 on 13 February 2025 at Laem Thian Klang Pier, Sattahip Port, Sattahip Naval Base, Chonburi Province, will see the Royal Thai Navy (RTN) and Royal Thai Marine Corps (RTMC) bring new weapons designed, developed and manufactured by the Thai defense industry to join in a demonstration of various operations.

This includes the new MARCUS-B (2024) maritime reconnaissance UAV, also known as MARCUS-C, a vertical take-off and landing unmanned aerial vehicle (VTOL UAV) in the third-generation MARCUS (Maritime Aerial Reconnaissance Craft Unmanned System) family of maritime reconnaissance UAVs.



Developed by the Naval Research and Development Office (NRDO), Royal Thai Navy (RTN), in collaboration with Thai private sectors: Oceanus Research and Development (Thailand), X-Treme Composites (Thailand), and BJSupply 2017 (Thailand).

MARCUS-B (2024) Maritime Patrol UAV, length 2.8m, wingspan 4.8m, maximum take-off weight (MTOW: Maximum Take-Off Weight) 50kg, cruising speed 50-70knots, maximum ceiling 5,000m above sea level, can fly for 4-6 hours, has a payload of 8kg. One system consists of two airframes and one Ground Control Station (GCS).

The opening ceremony of the 2025 Royal Thai Navy Exercise will see the MARCUS-B maritime reconnaissance UAV take off and land from the helipad aft of the HTMS Chao Phraya-class frigates and HTMS Sai Buri, operating in conjunction with the Schiebel Camcopter S-100, Squadron 104, Wing 1, Royal Thai Naval Air Division (RTNAD).

AWAV 8x8 amphibious vehicle (photos: RTMC)

Pointing the target for the 130mm Type 59-I medium-caliber horizontal-trajectory howitzer of the Air and Coastal Defence Command (ACDC) in support of the Naval Special Warfare Command (NSWC) task force from the Marsun M18 Fast Assault Boat (F.51).

Demo of AWAV and AAV7A1
The demonstration also included an 8x8 AWAV (Armoured Wheeled Amphibious Vehicle) and an AAV7A1 RAM/RS amphibious vehicle developed, built and modified by Chaiseri Metal & Rubber Co. Ltd.


The Airbus Helicopters H145M transport helicopter and SH-60B Seahawk anti-submarine helicopter demonstrated water pollution control with tugboats HTMS Samae San and HTMS Tachai. The Royal Thai Navy plans to deploy MARCUS-B VTOL UAVs to five major island operations along the border and 18 ships, with more to be procured in the future.

The annual naval exercise 2025 that will follow the opening ceremony will also include a combined arms live fire exercise (CALFEX) of the Royal Thai Marines and the Royal Thai Navy's Combined Arms Live Fire Exercise, a maritime exercise of the Royal Thai Fleet (RTF), a helicopter carrier, and HTMS Chakri Naruebet. There will also be live fire exercises of the Mistral surface-to-air missile, which has not been practiced for a long time.

(AAG)

Panglima Tentera Laut Adakan Lawatan Kerja ke LUNAS Tinjau Proyek LCS

24 Februari 2025

Progres kapal LCS kedua KD Raja Muda Nala (photos: TLDM)

Lawatan Kerja Timbalan PanglimaTentera Laut ke LUNAS

LUMUT - Timbalan Panglima Tentera Laut, Laksamana Madya Dato’ Ts. Shamsuddin bin Hj Ludin bersama ahli Jawatankuasa Laksamana TLDM telah melaksanakan lawatan kerja ke limbungan Lumut Naval Shipyard (LUNAS) bagi meninjau perkembangan pembinaan projek Kapal Pesisir Pantai (LCS).
 

Kehadiran Laksamana Madya Dato’ Ts. Shamsuddin telah disambut oleh Laksamana Pertama Ir. Ts. Franklin Jayasekhar Joseph selaku Ketua Pengarah Projek LCS TLDM serta diiringi oleh Komander Jal Shazidi bin Bassari TLDM (Bersara), Ketua Pegawai Operasi LUNAS Lumut dan  Kepten Rosnizam bin Che Puteh TLDM (Bersara), Pengarah Projek LCS LUNAS.

Di dalam rangka lawatan, Laksamana Madya Dato’ Ts. Shamsuddin bersama delegasi telah diberi taklimat kemajuan pembinaan LCS 1 dan LCS lain serta Shore Integration Facility (SIF) yang telah beroperasi.


Lawatan kerja ini membuktikan bahawa Pengurusan Tertinggi TLDM sentiasa melaksanakan pemantauan terhadap perkembangan fasa pembinaan LCS agar mengikut piawaian kualiti tertinggi mengikut spesifikasi dan dapat disiapkan mengikut tempoh yang ditetapkan.

LCS 1 KD Maharaja Lela tampak terlihat di belakang (photo: LUNAS)

Kapal LCS 1
Komitmen LUNAS dalam setiap fasa pembinaan sehingga ke hari ini juga membuktikan komitmen dan kerjasama jitu sebagai rakan strategik yang erat di dalam menyokong keperluan operasi TLDM.

LCS 1 dijadualkan untuk diserahkan kepada TLDM pada Ogos 2026 manakala kapal seterusnya dijadualkan diserah selang 8 bulan sehingga LCS 5 pada April 2029.