05 Maret 2025

Mengenal Raybe VTOL, Drone Buatan Lokal Ber-TKDN

05 Maret 2025

Drone Raybe (photos: Terra Drone)

Drone Raybe buatan PT Terra Drone Indonesia, mampu bersaing dengan produk luar negeri dalam pemetaan udara. Dengan fitur unggulan seperti VTOL dan sertifikasi TKDN 25%, Raybe cocok digunakan dalam kondisi ekstrim di Indonesia. Selain pemetaan, drone ini juga dapat dimanfaatkan untuk aplikasi lain seperti identifikasi kesehatan tanaman hingga mitigasi bencana.

Produk drone buatan Indonesia tidak kalah saing dengan buatan luar. Salah satu drone buatan lokal yang mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri adalah drone Raybe buatan produsen asal Bandung, Bentara Tabang Indonesia (BETA). Raybe adalah Vertical Take-Off & Landing (VTOL) yang mampu terbang pada area terbatas dan memiliki daya jelajah hingga 50 km. Drone Raybe ini juga sudah bersertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) oleh kemenperin dengan nomor 4996/SJ-IND.8/TKDN/6/2023 dengan komponen TKDN hingga 25%.

Dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pemetaan yang kompleks, RAYBE menawarkan keunggulan tak hanya dalam fleksibilitas tetapi juga dalam hal akurasi yang memastikan pengumpulan data yang akurat dan efisien. Dengan desain yang compact, drone ini dapat melakukan lepas landas dan mendarat dengan mulus bahkan di ruang terbatas, hal ini sangat cocok untuk pemetaan di kontur ekstrim Indonesia.

Pemetaan udara memiliki sejumlah tantangan unik, untuk itu RAYBE hadir untuk mengatasi berbagai  tantangan dengan dilengkapi fitur-fitur unggulan, antara lain:


Selain untuk pemetaan, drone Raybe juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi lain antara lain:

Identifikasi Kesehatan Tanaman: Sensor multispektral yang terintegrasi dengan Raybe memungkinkan pemetaan kesehatan dan kematangan tanaman dengan akurasi tinggi, berdasarkan analisis reflektansi dan kerapatan tanaman.

Analisis Kondisi Tanah: Dengan kemampuan untuk menilai kondisi tanah seperti kadar kelembaban, kandungan bahan organik, tingkat nutrisi, dan tekstur tanah, Raybe membantu dalam pengelolaan sumber daya pertanian dengan lebih efektif.

Sensus & Penghitungan Pohon: Melalui penggunaan gambar udara yang diperoleh dari drone, sensus dan penghitungan pohon dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

Mitigasi Bencana: Raybe hadir sebagai alat yang andal untuk pemetaan daerah yang terkena dampak bencana alam, seperti letusan gunung, dengan menghasilkan ortofoto dan peta 3D yang detail.

Raybe VTOL sudah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan dan instansi dalam negeri. Terra Drone Indonesia pun menjadi pengguna Raybe untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di industri konstruksi, tambang dan agrikultur.


Indra Permana Sopian selaku CEO BETA UAS mengungkapkan “Raybe sudah punya sertifikat TKDN, jadi sangat cocok untuk pengadaan pemerintah. Para pengguna juga tidak perlu khawatir karena Raybe produk lokal, jika ada masalah atau kerusakan di lapangan, tim Raybe dapat langsung datang untuk memperbaiki atau bahkan mengirim drone pengganti. Di tahun lalu sendiri, Raybe sudah dibeli oleh beberapa perusahaan seperti Kementerian PUPR, PT Timah Tbk, Adaro, Pusri, BNPB hingga dengan PT POS untuk peluncuran logistik hub di IKN.”

Michael Wishnu Wardana sebagai Managing Director Terra Drone Indonesia mengungkapkan, “Terra Drone Indonesia banyak mengandalkan drone Raybe untuk berbagai pekerjaan sulit. Selama ini tidak ada kendala yang berarti selama penggunaanya. Beberapa waktu lalu pun, kami membeli beberapa unit Raybe untuk memperkenalkannya ke pusat tepatnya di Jepang, dan direncanakan akan digunakan di beberapa negara kedepannya.”

Sebagai pengguna yang telah membuktikan keunggulannya, Terra Drone Indonesia yang juga merupakan reseller drone Raybe yang dapat menghadirkan teknologi maupun pemanfaatannya kepada para pelanggan di Indonesia. Selain menjual produk dan jasa dari drone Raybe, Terra Drone juga memberikan pelatihan untuk memastikan pengguna dapat memanfaatkan drone secara maksimal.

5 komentar:

  1. Mantap djiwaaa haha!πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Ray bennn cengdem gaes haha!😎😎😎

    BalasHapus
  3. Hasil Karya Anak Bangsa hore haha!πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    ehh ini mirip skorpion nz tadi yak VTOL
    tapi daya jelajah lebih ok 50km, yg ono 35km

    BalasHapus
  4. SEBENTAR LAGI IFTAR NIH ,
    SIAP SIAP SIAP PASANG TELINGA & LIHAT ARLOJI , JANGAN SAMPAI SEPERTI SEBELAH BELUM WAKTU ADZAN SUDAH SUDAH ADZAN & BUAT ACARA GUGUR PUASA NASIONAL.

    BalasHapus
  5. Malonn's defense policy faces a number of challenges, including:
    • Corruption
    The military has been accused of corruption in defense procurement. The government's Integrity Plan addresses corruption, but it's not a strategic document.
    • Recruitment
    The military has difficulty recruiting and retaining qualified personnel. This is partly due to poor service conditions.
    • Infrastructure
    The defense infrastructure needs to be fixed, but the government is prioritizing other needs.
    • Ethnic composition
    The armed forces are overrepresented by Indigenous Malonnns (Bumiputeras) and underrepresented by ethnic Chinese Malonnns.
    • Budget
    Malonn has consistently underspent on defense needs.
    • Defense industry
    The defense industry has challenges with research and development, technology transfer, and job creation.
    • Territorial disputes
    Malonn has territorial disputes and intrusions in its Exclusive Economic Zone (EEZ).
    • Transboundary haze
    Transboundary haze has had a negative impact on Malonn's economy and social activities.
    • Maritime defense
    The Strait of Singapore is critical for Malonn's maritime defense, but it's also important for international commerce.
    Some of the challenges have been addressed by the Anwar government, which has implemented plans to attract more non-Bumiputeras to the military.
    ==============
    The Malonnn Armed Forces (MAF) has faced challenges with its equipment, including outdated assets and a lack of modern equipment. These issues have affected the MAF's combat readiness.
    Outdated equipment
    • Most of the MAF's equipment was purchased between the 1970s and the 1990s.
    • The KD Rahman submarine, which was purchased in 2010, had technical problems that prevented it from submerging.
    • In 2018, the defense minister revealed that only four of Malonn's 28 Russian jet fighters could fly.
    Lack of modern equipment
    • The MAF has faced challenges in procuring modern equipment.
    • The MAF has faced challenges in increasing the local content of its equipment.
    • The MAF has faced challenges in increasing research and development activities.
    Impact on combat readiness
    • The MAF's combat readiness has been affected by the lack of modern equipment.
    • The MAF's combat readiness has been affected by the lack of funding.
    ==============
    The Royal Malonnn Air Force (RMAF) has faced a number of challenges, including a lack of modern assets, the effects of tropical weather, and the need to adapt to evolving threats.
    Lack of modern assets
    • The government has been unable to provide the RMAF with the most modern military assets
    • The RMAF has been exposed to internal and external threats due to a lack of modern assets
    Tropical weather
    • The tropical environment has affected the operational readiness and aircraft structure of the RMAF
    Evolving threats
    • The RMAF needs to adapt to evolving threats, such as technological advancements, societal shifts, and geopolitical landscapes
    • The RMAF needs to adopt multi-domain operations (MDO) to address these threats
    • Malonn allocated $4.8 billion to the Ministry of Defense (MINDEF) in 2025, including $1.3 billion for maintenance and repair work and new military asset
    😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝

    BalasHapus