Pesawat Super Tucano dapat diproduksi di Indonesia bila pesanan mencapai 32 unit (Alejandro Hdez Leon)
Sayangnya, dalam pengadaan Super Tucano yang sudah berjalan,
alih teknologi (ToT) yang didapat Indonesia minim. Kepala Staf
Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, setiap pengadaan
alat utama sistem senjata (alutsista) harus disertai alih teknologi. Namun
dalam pengadaan Super Tucano ini, alih teknologi yang didapat tidak sampai
dalam tahap teknologi pembuatan. Menurut dia,minimal harus beli 32 unit agar Indonesia bisa
mendapat ToT hingga proses produksi bersama.
”Kalau minimal 32 unit, beberapa pesawat bisa diproduksi di Indonesia . Tapi
karena baru delapan, ToT untuk PT Dirgantara Indonesia (DI) baru bisa ground
support,” terangnya seusai serah terima pesawat dari Pemerintah Brasil kepada
Indonesia di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang ,kemarin. Seperti
diketahui, TNI AU membeli delapan pesawat Super Tucano dengan nilai USD141,99
juta. Pihak Embraer Brasil selaku produsen baru mengirimkan empat pesawat.
Direncanakan empat pesawat lagi akan dikirim pada 2013. KSAU
menuturkan, memang diharapkan PT DI bisa turut serta dalam pembuatan pesawat
yang cocok untuk counter insurgency (antigerilya) sehingga suatu saat Indonesia bisa
memproduksi pesawat jenis ini. Namun, dengan jumlah pembelian yang sedikit
tersebut, jika dipaksakan dilakukan produksi bersama justru membuat anggaran
membengkak. ”Kita sudah lima
tahun off, skuadron tidak terbang (pascagrounded OV-10 Bronco pada 2007). Jadi
kita harus cepat (pengadaannya),”terangnya.
Adapun untuk persenjataan, lanjut KSAU,hanya sebagian yang
tidak dibeli dari luar negeri seperti PDU, bom MK82,dan roket FFAR karena
industri dalam negeri sudah bisa memproduksi.Selebihnya harus membeli dari luar
negeri seperti peluru kaliber 12,7 mm dengan sistem tembak elektrik.” Super
Tucano bisa mengangkut senjata hingga 1,5 ton,” sebut Imam. Duta Besar Brasil
untuk Indonesia Paulo Alberto da Silvera Soares mengatakan,kerja sama
pertahanan antara kedua negara tak hanya untuk jangka pendek dan
menengah,melainkan jangka panjang.
”Kami juga siap memberikan alih teknologi dan siap
memberikan masukan apa pun yang dibutuhkan Indonesia ,”tegasnya. Chief
Executive Officer (CEO) Embraer Defense and Security Luiz Carlos Aguiar
menambahkan,Indonesia bisa
melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan. Itu pun
jika Indonesia
membeli minimal dua skuadron.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serah
terima pesawat Super Tucano tersebut cukup monumental karena Indonesia
mendapat pesawat beserta perjanjian kerja sama berkelanjutan. ”Januari 2013
datang lagi pesawat itu (4 unit),” ucapnya. Selanjutnya, pada akhir 2013 atau
awal 2014, delapan unit yang dibeli pada tahap kedua dijadwalkan juga tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar