11 Agustus 2025

TNI AU Mantapkan Kesiapan Personel Rafale di Prancis

11 Agustus 2025

Program Pilot Training Batch 1 dan Organizational Level of Maintenance Technical di Prancis (all photos: TNI AU)

TNI Angkatan Udara terus memantapkan kesiapan menyongsong kedatangan pesawat tempur generasi terbaru Rafale melalui program Pilot Training Batch 1 dan Organizational Level of Maintenance (OLM) Technical. 


Program ini diikuti oleh 16 personel pilihan, terdiri dari 4 penerbang dan 12 teknisi, yang seluruhnya berada dalam kondisi sehat dan siap melaksanakan seluruh tahapan pelatihan. Tim pelatihan batch 1 ini dipimpin oleh Kasiopslat Disops Lanud Supadio Letkol Pnb Binggi Nobel, M.S.S., selaku Ketua Tim.


Pelatihan ini menjadi bagian dari langkah strategis TNI AU dalam membangun sumber daya manusia yang adaptif, modern, profesional, unggul, dan humanis. Kegiatan ini juga selaras dengan salah satu program prioritas TNI AU, yaitu modernisasi alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam), guna memperkuat daya tangkal udara nasional. 


Upaya ini sekaligus menegaskan kesiapan Indonesia menghadapi spektrum ancaman modern yang menuntut kecepatan adaptasi, penguasaan teknologi mutakhir, dan integrasi kemampuan tempur.


Dalam kerangka tersebut, para teknisi mempelajari materi umum dan spesialisasi sesuai bidang masing-masing, yaitu Vector, Avionic, dan Armament. Pembelajaran dilakukan di kelas dan hangar, dilanjutkan dengan on the job training di skadron operasional di Prancis. Sementara itu, para penerbang memperdalam teori sistem dan prosedur pengoperasian Rafale sebelum melaksanakan tahapan simulator dan bina terbang.


Mulai 20 Agustus mendatang, para penerbang dijadwalkan melanjutkan pelatihan di Pangkalan Udara Saint-Dizier hingga Desember, untuk menguasai simulasi misi dan latihan terbang secara penuh. Tahapan ini menjadi kunci memastikan kemampuan tempur yang optimal saat Rafale resmi memperkuat pertahanan udara Indonesia.


Dengan persiapan yang terukur dan terintegrasi, TNI AU menegaskan komitmennya membangun kekuatan udara yang modern, ditopang oleh personel unggul yang siap mengoperasikan alutsista generasi terbaru demi menjaga kedaulatan wilayah udara nasional.


124 komentar:

  1. Rafaaallee aset barue haha!1👍👍👍

    BalasHapus
  2. T0301 nich potonya
    warganyet silakan NGAMUK🔥 haha!😆😆😆

    BalasHapus
  3. Jet Tempur Masa Depan kita, sudah resmi kontrak yaaa, warganyet jangan NGAMUK🔥 haha!🤣😋🤣
    🇫🇷rafale
    🇹🇷kaan
    🇰🇷boramae

    Eiittt belum selesai, masi ada lagi Jet Tempur ex, jitenci dalam SHOPPING LIST kita haha!🤑🚀🤑
    SHOWROOM Parti haha!🥳🥳🥳
    warganyet kl ketar ketir, pengen punyak ehh hasrat Rongsokan Kuwait kahsiyan haha!😄😄😄

    BalasHapus
  4. Meteor Rafale siyap ⛔️Tamatkan EMKAEM haha!🚀🦾🚀

    BalasHapus
  5. NGEMIS F18 KUWAIT 2025-2017=
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    MANGKRAK LCS 2025-2011 =
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    6X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    ZONK SPH 2025-2016 =
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    2025 = ZONK
    😝MISKIN = NGEMIS MANGKRAK ZONK😝

    BalasHapus
  6. PREMIUM VS MURAHAN .........
    1. 1 UNIT APACHE = 13 UNIT MD530G
    2. 1 UNIT RAFALE = 4 UNIT FA50M
    3. 1 UNIT PPA = 3 UNIT LMS B2
    4. 1 UNIT SCORPENE IDN = 2 UNIT SCORPENE MALONDESH
    5. CN 235 US$ 27,50 JUTA = ATR 72 US$24.7 JUTA
    6. SEWA 28 HELI = 119 HELI BARU
    7. 4.5 KM JAVELIN = 1 KM NLAW
    8. ANKA ISR NOT ARMED
    9. LCS EXCLUDING AMMO = DESTROYER INCLUDING AMMO
    😝KAYA : PREMIUM = MISKIN : MURAHAN DOWNGRADE😝

    BalasHapus
  7. ehhh Pamer aahh ASET BARUW, JET TEMPUR BARUW Rafale dari Pabrik 🇫🇷Dassault haha!🦾🚀🦾
    mantap nich buat 17an haha!🥳😉🥳
    Ca$H nich haha!🤑🤗🤑

    geng sewa warganyet kl, iri dengki Ktinggalan Lagiiiiii..NGAMUK🔥MUKA Asap haha!😤😤😤

    BalasHapus
  8. Rafale semakin hampir guys ....
    MALON semakin tertinggal.
    MALON mau perang rebut AMBALAT????
    Sekarang saja dah kalah jauh, apalagi besok2 ..... gak level
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  9. WOWWW.... Dassault Rafale F4 TNI AU batch-1 sudah Stage Finishing di Lini Produksi nya di Prancis....

    Lanjutkan!!!!

    BalasHapus
  10. Suka sekali dengan FOTO ke-2 pada Vertical Fin ada Sticker Merah Putih dan kode T-0301

    Dassault Rafale F4 TNI AU Brand New Premium Quality Made in FRANCE for INDONESIA.

    BalasHapus

  11. kalo LCS SALAH FOTONG, MANGKRAK di lumut haha!🤭😝🤭
    nich Elder Brader, negri🎰kasino tipe m Salah Fotong jugak...kapal tmen sendiri Di FOTONG di lautan haha!🤣😂🤣

    ⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
    https://youtube.com/watch?v=i0TVLUdhv_k&pp=ygUTQ2hpbmVzZSBjb2FzdCBndWFyZA%3D%3D

    ⛔️https://youtube.com/shorts/c20or2dlBHM

    BalasHapus
  12. ngerihhhhh gaesz, pantesan MMEA doyan kaburrr di bpa
    trus LCS betah ngendon di darat daripada dines di lcs....ogah oplas kapal pesek haha!🥶😆🥶
    ⬇️⬇️⬇️⬇️
    https://youtube.com/shorts/c20or2dlBHM

    BalasHapus
  13. Harapan netizen Indonesia pada Kemhan Indonesia agar Dassault Rafale F4 TNI AU memakai:
    1. Beyond Visual Range (BVRAAM) Air to Air Missile : METEOR
    2. Medium Range Air to Surface : ASMP Missile series
    3. Medium Range Air to Air: Aster-30
    2. Short Range Air to Air Missile: MICA NG / IRIS-T / Aster-15
    3. Antiship Missile Exocet Blok 3
    4. Scalp -NG
    5. Hammer smart bomb


    BalasHapus
  14. ASET PESPUR Masa depan kita haha!🚀☠️🚀
    🇫🇷rafale 42+24=66
    🇹🇷kaan 48
    🇰🇷boramae 48
    Jet Baruw = 162 bijik

    ini belum, jitenci+ex beghhh...wah bisa 200++.sangat Pawer haha!🦾🔥🦾
    warganyet Panik ketakutan haha!🥶🤣🥶
    negri🎰kasino genting, semakin tak ada artinya di kawasan apalagi di duniya, klo bawel doank, kita temfiling kicep 🥶 haha!😤😵‍💫😤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Patokannya 11 skadron termasuk satu skadron T-50i. Kaan harusnya gantiin J-10 kalau jadi beli.

      Hapus
    2. keknya bakal 14 ska jet tempur dech, jitence yg baruw donk, masa seken om haha!🤭😋🤭
      prediksikuh akusisi seken paling buat palkon nambah, entah dr stok padang pasir, sg ato turkiyem..gampanglah ituw haha!😉😜😉

      Hapus
    3. Target pak menhan dulu skrg presiden indonesia harus punya pespur baru sebanyak 100an unit.
      😃😃

      Hapus
    4. 14 skadron artinya 250 pesawat tempur.😶

      Hapus
  15. 🇮🇩Orang Kaya..🇲🇾Simiskin cukup mengharap Derma Jet pejuang Analog Tua Bangka umur 33tahun🩲🇲🇾💩🇲🇾🩲🤣🤣🤣

    BalasHapus
  16. 🇮🇩🇸🇬🇹🇭🇵🇭🇻🇳Genk Orang Kaya Shopping Jet Pejuang 4.5G +5G...🇲🇾SiMiskin MengHarap Derma Jet Analog Tua Bangka Umur 33thn punya Kuwait Bhuahahahahahaaaaa🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  17. RUSLI MISKIN LO🩲🇲🇾💩🇲🇾🩲🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  18. Salam Hangat dari Rafale
    Gemprok kena prank Sign kontrak kosong

    BalasHapus
  19. 😃😃🤣🤣Hadiah HUT RI 🇮🇩🇮🇩
    Ada KRI Brawijaya
    Rafale pertama sudah selesai dirakit
    Byk lagi
    Manakala sebelah hanya mampu sewa lagi itupun pakai tender

    BalasHapus
  20. Rafale ku wangii sekalee...🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

    BalasHapus
  21. Wow...kontrak Kosong Pur. Kasian Indonesia ya Pur.!!!
    Rafale Kosong
    A400m kosong
    PPA kosong
    ITBM KHAN kosong
    FMP 140 Kosong
    MMBt Harimau Kosong...

    Pur...Anka S Malaysia membawa 12.000 peluru kah??

    BalasHapus
  22. Kontrak Kosong spertinya indonesia shoping tak perlu kontrak ya lon.
    Langsung datang langsung muncul barang nya hahhahaa

    Gemprok.. terkna PRANK😃😃😂😂

    BalasHapus
  23. UNTUK MANUVER² DI DALAM NEGERI , AIR SHOW SAMBIL DI INTIP CHINA ATAU AUSIE , MANTAP JIWA , BAGUSAN PAKAI F 16 SAJA ATAU SU UNTUK AIR SHOWNYA.

    BalasHapus
  24. ADA YG TAU KEMANA KEH RUSLI..RUSLI WHERE ARE U DOG🐶!!! COME TO PAPA DOG🐶🦴🤣🤣🤣

    BalasHapus
  25. Ayo gempur IQ gorilla munculah , gak seru gak ada kau

    BalasHapus
  26. Mana yg katanya "AKAN"🤣🤣🤣 beli BrahMos A buat MKM..Sebelum tuh MKM TakeOff udh diKill duluan sm 🇮🇩Rafale..🇲🇾Akan Kaji sampai Bang Jamil Mampoooos🤣🤣🤣

    BalasHapus
  27. Ohhh.... RAFALE ini kan dibantai oleh J10 Pakistan.... 😂😂🤣🤣

    Tiadalah kuat sangat... 😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibantai atau tidak..rafale pertama kami sudah jadi.
      Sign kontrak real jadi barang

      Manakala bla bla bla hamya bisa sewa
      Poor 🤣🤣🤣

      Hapus
    2. Asli beli...no sewa - sewa hahaha..

      Hapus
    3. NGEMIS F18 KUWAIT 2025-2017=
      5X GANTI PERDANA MENTERI
      5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
      -
      MANGKRAK LCS 2025-2011 =
      5X GANTI PERDANA MENTERI
      6X GANTI MENTERI PERTAHANAN
      -
      ZONK SPH 2025-2016 =
      5X GANTI PERDANA MENTERI
      5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
      -
      2025 = ZONK
      😝MISKIN = NGEMIS MANGKRAK ZONK😝

      Hapus
  28. ...ada yang GAGAL TOTAL NEGATIVE FRAMING terhadap INDONESIA nich yeeee......


    Brand New Premium Quality Dassault Rafale F4 Made in FRANCE untuk TNI AU batch-1 sudah on going Project menuju Delivery.

    BalasHapus
  29. HORE HORE HORE RUSLI TLAH TIBA RUSLI TLAH TIBA RUSLI TLAH TIBA HATIKU GEMBIRA..BARANG PREMIUM NIE RUS..🇲🇾ORANG MISKIN SANGGUP BELI KEH..CASH RUS 42UNIT


    GEMPURWIRA11 Agustus 2025 pukul 18.23
    Ohhh.... RAFALE ini kan dibantai oleh J10 Pakistan.... 😂😂🤣🤣

    Tiadalah kuat sangat... 😂😂

    BalasHapus
  30. Cie.... cieeee....ada yang IRI DENGKI dan SAKIT HATI kepada INDONESIA yang SHOPPING Brand New Premium Quality Dassault Rafale F4 untuk TNI AU.....

    BalasHapus
  31. RAFALE tidak lah sekuat seperti yang digambarkan... 🤣🤣🤣


    Pakistan’s J-10C Downs Five Indian Jets Including Three Rafales in First Salvo of War, Claims Foreign Minister

    https://defencesecurityasia.com/en/pakistans-j-10c-downs-five-indian-jets-including-three-rafales-in-first-salvo-of-war-claims-foreign-minister/

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAYA = KAAN KHAN
      MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
      -----------
      KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
      MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----------
      KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
      MISKIN = SEWA VSHORAD
      -----------
      KAYA = HEAVY FRIGAT
      MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
      -----------
      MALONDESH's armed forces have been underfunded for some time, due to a lack of political will to increase defense spending. This has limited the country's ability to modernize and respond to threats.
      Causes of underfunding
      • Government spending
      MALONDESH governments have been reluctant to cut spending in other areas to fund defense
      • Size of armed forces
      Governments have been unwilling to reduce the size of the armed forces by cutting manpower and equipment
      • Corruption
      Corruption risks remain significant in MALONDESH's defense governance architecture
      Effects of underfunding
      • Limited procurement: The navy and air force have struggled to procure new assets to modernize
      • Outdated equipment: The MAF has outdated logistics equipment
      • Limited ability to respond to threats: The MAF has been unable to improve its fighting capacity to deal with external threats
      ===========
      MALONDESH's armed forces have been underfunded for years due to fiscal constraints and a lack of political will to invest in defense. This has limited the country's ability to modernize its military and respond to threats.
      Factors contributing to underfunding
      • Budget allocations: The defense budget has remained stagnant over the past five years.
      • Government priorities: The government has focused on stabilizing the economy and political climate instead of defense.
      • Corruption: Corruption risks are high in the defense governance architecture, including procurement and personnel ethics.
      Impacts of underfunding
      • Limited procurement: The navy and air force have struggled to purchase new assets.
      • Aging fleet: The navy has an aging fleet of ships that need to be replaced.
      • Limited ability to respond to threats: The armed forces are unable to fully respond to threats such as those from extremist and separatist groups in the region.
      ============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      Malondesh Coast Guard (Penjaga Pantai Malondesh) dikabarkan akan menerima hibah eks USCGC Steadfast.
      USCGC Steadfast adalah sebuah Reliance class Medium Endurance Cutter (WMEC 623) yang telah beroperasi bersama USCG selama 56 tahun sebelum didekomisionalkan pada 1 Februari 2024.
      USCGC Steadfast dibuat galangan American Shipbuilding Company, di Lorain, Ohio, Amerika Serikat, Steadfast diluncurkan pada 24 April 1967 dan resmi bertugas mulai Steadfast pada 3 Agustus 1968. Jumlah total Reliance class yang dibangun oleh US Coast Guard (USCG) adalah 16 unit. Kini beberapa Reliance class akan digantikan dengan kapal Offshore Patrol Cutter (OPC) baru dari Heritage class, yang jauh lebih modern, besar, dan multifungsi.
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      NO AMRAAMs
      NO AIM 9X
      RADAR AN/APG 65 = 110 KM
      ANALOG TAHUN 1990an
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      Walaupun 18 buah meriam 105mm LG1 MKIII telah mula digunakan oleh Rejimen Pertama Artileri Diraja Para (1 RAD Para) tetapi tulang belakang kepada unit-unit artilleri tentera darat negara tetap meriam Oto Melara Model 56 (Mod 56) 105mm.
      Dibangunkan oleh syarikat Oto Melara daripada Itali, meriam itu yang juga dikenali dengan panggilan “Pack Howitzer” mula memasuki produksi pada 1957 dan sehingga lebih 30 buah negara terus menggunakan meriam itu.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      DATA STATISTA 2029-2020 : INCREASE DEBT
      DATA STATISTA 2029-2020 : INCREASE DEBT
      2029 = 438,09 BILLION USD
      2028 = 412,2 BILLION USD
      2027 = 386,51 BILLION USD
      2026 = 362,19 BILLION USD
      2025 = 338,75 BILLION USD
      2024 = 316,15 BILLION USD
      2023 = 293,83 BILLION USD
      2022 = 271,49 BILLION USD
      2021 = 247,49 BILLION USD
      2020 = 221,49 BILLION USD
      ------------------
      DATA STATISTA 2029-2020 : DEBT PAY DEBT
      DATA STATISTA 2029-2020 : OVERLIMIT DEBT
      2029 = 69,54% DEBT RATIO TO GDP
      2028 = 69,34% DEBT RATIO TO GDP
      2027 = 68,8% DEBT RATIO TO GDP
      2026 = 68,17% DEBT RATIO TO GDP
      2025 = 68,07% DEBT RATIO TO GDP
      2024 = 68,38% DEBT RATIO TO GDP
      2023 = 69,76% DEBT RATIO TO GDP
      2022 = 65,5% DEBT RATIO TO GDP
      2021 = 69,16% DEBT RATIO TO GDP
      2020 = 67,69% DEBT RATIO TO GDP
      ==========
      RINGIT TIDAK LAKU
      HTTPS://WWW.YOUTUBE.COM/WATCH?V=RZD9_NKQIWQ
      ==========
      DEBT 2024 = RM 1.63 TRILLION
      DEBT 2023 = RM 1,53 TRILLION
      DEBT 2022 = RM 1,45 TRILLION
      DEBT 2021 = RM 1,38 TRILLION
      DEBT 2020 = RM 1,32 TRILLION
      DEBT 2019 = RM 1,25 TRILLION
      DEBT 2018 = RM 1,19 TRILLION
      The Finance Ministry stated that the aggregate national household DEBT stood at RM1.53 trillion between 2018 and 2023. In aggregate, it said the household DEBT for 2022 was RM1.45 trillion, followed by RM1.38 trillion (2021,) RM1.32 trillion (2020), RM1.25 trillion (2019) and RM1.19 trillion (2018). “The ratio of household DEBT to gross domestic product (GDP) at the end of 2023 also slightly increased to 84.2% compared with 82% in 2018,” it said.
      ==========
      BNM = HOUSEHOLD DEBT IS ONE OF THE HIGHEST IN THE ASEAN ......
      MALONDESH household DEBT is one of the highest in the ASEAN region. Against this backdrop, Bank Negara MALONDESH (BNM) safeguards financial stability by monitoring and regulating the lending activity of all financial institutions in MALONDESH, among other things. Using aggregated data from BNM's Central Credit Reference Information System (CCRIS), this dashboard gives you insight into key trends on household DEBT. For now, it displays data on the flow of borrowing activity on a monthly basis, broken down by purpose. In due time, it will be deepened with granular data showing the state of inDEBTedness of MALONDESH
      😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝

      Hapus
    3. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      EKONOMI = DIJAJAH USA 242 MILIAR DOLLAR
      KEDAULATAN = DIJAJAH BRITISH 999 TAHUN
      HUTANG = DIJAJAH CHINA OBOR/BRI
      RASIO HUTANG = 84.2 % DARI GDP

      Hapus
  32. RAFALE tidak lah sekuat seperti yang digambarkan... 🤣🤣🤣


    Pakistan’s J-10C Downs Five Indian Jets Including Three Rafales in First Salvo of War, Claims Foreign Minister

    https://defencesecurityasia.com/en/pakistans-j-10c-downs-five-indian-jets-including-three-rafales-in-first-salvo-of-war-claims-foreign-minister/

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAYA = KAAN KHAN
      MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
      -----------
      KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
      MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----------
      KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
      MISKIN = SEWA VSHORAD
      -----------
      KAYA = HEAVY FRIGAT
      MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
      -----------
      The MALONDESH Armed Forces (MAF) face a number of equipment challenges, including:
      Aging aircraft
      The RMAF's main fighter fleet includes the Su-30MKMs and Boeing F/A-18 Hornets, which are becoming technologically obsolete. Maintaining a large fleet of aging aircraft can be expensive.
      Limited defense budget
      The government's defense modernization budget is limited, making it difficult to afford new equipment.
      Local content
      Most MAF equipment is sourced from outside the country, and there is a lack of research and development (R&D) activities.
      Local company capabilities
      Local companies may not have the necessary capabilities to produce the equipment the MAF needs.
      OEM reluctance
      Original equipment manufacturers (OEMs) may be reluctant to share their technology for fear of competition.
      Defense infrastructure
      The condition of some military living quarters and defense infrastructure is poor
      ===========
      MALONDESH armed forces face challenges due to limited funding, which has led to an aging equipment inventory and gaps in military capability.
      Limited funding
      Small procurement budgets
      The military budget has remained small as a percentage of GDP, and governments have been unwilling to cut spending elsewhere
      Postponed purchases
      The global financial crisis has forced the MALONDESH Armed Forces (MAF) to postpone large purchases
      Aging equipment
      Outdated inventory
      The MAF's equipment is aging due to small procurement budgets and a lack of investment in maintenance and repair
      Withdrawal of aircraft
      The MAF withdrew its MiG-29 Fulcrum fighter aircraft in 2017, and is struggling to keep its Su-30MKM Flanker fighter operational
      Other challenges
      Procurement system: The procurement system needs reform, and there are delays in the delivery of new equipment
      Corruption: There are weaknesses in anti-corruption standards and reporting, and political connections can influence promotion decisions
      Oversight: There is little effective oversight of the defense sector
      ========
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      Malondesh Coast Guard (Penjaga Pantai Malondesh) dikabarkan akan menerima hibah eks USCGC Steadfast.
      USCGC Steadfast adalah sebuah Reliance class Medium Endurance Cutter (WMEC 623) yang telah beroperasi bersama USCG selama 56 tahun sebelum didekomisionalkan pada 1 Februari 2024.
      USCGC Steadfast dibuat galangan American Shipbuilding Company, di Lorain, Ohio, Amerika Serikat, Steadfast diluncurkan pada 24 April 1967 dan resmi bertugas mulai Steadfast pada 3 Agustus 1968. Jumlah total Reliance class yang dibangun oleh US Coast Guard (USCG) adalah 16 unit. Kini beberapa Reliance class akan digantikan dengan kapal Offshore Patrol Cutter (OPC) baru dari Heritage class, yang jauh lebih modern, besar, dan multifungsi.
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      NO AMRAAMs
      NO AIM 9X
      RADAR AN/APG 65 = 110 KM
      ANALOG TAHUN 1990an
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      Walaupun 18 buah meriam 105mm LG1 MKIII telah mula digunakan oleh Rejimen Pertama Artileri Diraja Para (1 RAD Para) tetapi tulang belakang kepada unit-unit artilleri tentera darat negara tetap meriam Oto Melara Model 56 (Mod 56) 105mm.
      Dibangunkan oleh syarikat Oto Melara daripada Itali, meriam itu yang juga dikenali dengan panggilan “Pack Howitzer” mula memasuki produksi pada 1957 dan sehingga lebih 30 buah negara terus menggunakan meriam itu.


      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      KELEMAHAN ARMY ...........
      Berikut adalah beberapa kelemahan yang sering dikaitkan dengan Angkatan Darat Malondesh (TDM - Tentera Darat Malondesh) berdasarkan analisis terbuka dari para pengamat militer, laporan pertahanan, serta diskusi di forum militer dan akademik:
      ________________________________________
      🔻 1. Keterbatasan Anggaran
      • Masalah: Anggaran pertahanan Malondesh relatif terbatas dibandingkan dengan kebutuhan modernisasi dan pemeliharaan peralatan militer.
      • Dampak: Banyak program modernisasi berjalan lambat atau ditunda. Misalnya, pengadaan MBT tambahan atau sistem artileri modern sering kali tertunda.
      ________________________________________
      🔻 2. Persenjataan yang Usang
      • Masalah: Sebagian perlengkapan milik TDM sudah berumur tua dan tidak semuanya diperbarui secara serentak.
      • Contoh: Kendaraan tempur lapis baja lama seperti Condor dan Sibmas masih digunakan dalam beberapa satuan, meskipun sudah tidak ideal untuk pertempuran modern.
      ________________________________________
      🔻 3. Keterbatasan Kemampuan Pertahanan Udara & Rudal
      • Masalah: TDM tidak memiliki sistem pertahanan udara jangkauan menengah/jauh yang modern.
      • Dampak: Bergantung pada TUDM (Angkatan Udara) dan kemampuan radar negara lain dalam skenario gabungan, membuatnya rentan terhadap serangan udara.
      ________________________________________
      🔻 4. Terbatasnya Integrasi dan Interoperabilitas
      • Masalah: Sistem persenjataan dan komunikasi berasal dari berbagai negara (AS, Rusia, Jerman, Turki, dll.).
      • Dampak: Menimbulkan tantangan dalam hal interoperabilitas, logistik, dan pelatihan teknis.
      ________________________________________
      🔻 5. Keterbatasan Pengalaman Tempur
      • Masalah: Sejak era darurat komunis, TDM tidak terlibat dalam konflik bersenjata besar.
      • Dampak: Kurangnya pengalaman tempur aktual bisa menjadi kelemahan dibandingkan negara-negara lain yang lebih aktif dalam operasi militer internasional.
      ________________________________________
      🔻 6. Sumber Daya Manusia Terbatas
      • Masalah: Tantangan dalam mempertahankan personel yang terlatih dan profesional, terutama di bidang teknologi tinggi dan logistik.
      • Dampak: Rotasi personel yang tinggi bisa memengaruhi kesiapan dan efektivitas satuan.
      ________________________________________
      🔻 7. Ketergantungan pada Pihak Luar untuk Teknologi
      • Masalah: Malondesh belum memiliki basis industri pertahanan yang cukup kuat.
      • Dampak: Masih bergantung pada negara asing untuk teknologi, suku cadang, dan pemeliharaan alutsista utama.
      ________________________________________
      🔻 8. Ancaman Asimetris dan Medan Sulit
      • Masalah: TDM menghadapi tantangan unik seperti medan hutan tropis, ancaman dari kelompok separatis atau kriminal lintas batas di Sabah dan Sarawak.
      • Dampak: Perlu adaptasi strategi dan perlengkapan khusus yang tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup.

      Hapus
  33. Rafale kami sudah jadi...manakala negara jaya bla vla bla bla..hanya bisa SEWA

    WKWKKWKWKW

    BalasHapus
  34. Sign kontrak kosong jadi kenyataan ya pork wkwkkw.
    Malondesh bla bla bla BANYAK BUAL BELAKA
    HELI SEWA LAGI🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  35. Ternyata Rafale hanya jadi LAUK... 🤣🤣🤣🤣


    3 Rafale Ditembak Jet 'Made In China' Pakistan, Saham Dassault Anjlok

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20250508090347-4-631965/3-rafale-ditembak-jet-made-in-china-pakistan-saham-dassault-anjlok

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAYA = KAAN KHAN
      MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
      -----------
      KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
      MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----------
      KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
      MISKIN = SEWA VSHORAD
      -----------
      KAYA = HEAVY FRIGAT
      MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
      -----------
      The MALONDESH Armed Forces (MAF) face a variety of challenges, including personnel issues, logistics, and security threats.
      Personnel issues
      Lack of military knowledge
      Military personnel may struggle with decision-making, thinking skills, and problem-solving due to a lack of military knowledge.
      Civil-military relations
      The military is controlled by civilians who exercise authority over the military.
      Logistics issues
      Readiness: The MAF must be able to provide the minimum supply and service needed to start a combat operation.
      Responsiveness: The MAF must provide accurate support at the right place and time.
      ===========
      The MALONDESH Armed Forces (MAF) face many challenges, including:
      Personnel: The MAF has difficulty recruiting and retaining high-quality personnel, partly due to poor service conditions.
      Equipment: The MAF needs to modernize its equipment, including replacing its fleet of Nuri helicopters.
      Infrastructure: The MAF needs to improve its defense infrastructure, including living quarters.
      Ethnic composition: The MAF needs to rebalance the ethnic composition of its forces.
      Local content: The MAF needs to increase the local content of its equipment.
      Research and development: The MAF needs to increase its research and development activities.
      Logistic management: The MAF needs to improve its logistic management, including planning, operation implementation, and supply pre-budgeting.
      Non-traditional security challenges: The MAF needs to increase its authority to tackle non-traditional security challenges.
      ===========
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      Malondesh Coast Guard (Penjaga Pantai Malondesh) dikabarkan akan menerima hibah eks USCGC Steadfast.
      USCGC Steadfast adalah sebuah Reliance class Medium Endurance Cutter (WMEC 623) yang telah beroperasi bersama USCG selama 56 tahun sebelum didekomisionalkan pada 1 Februari 2024.
      USCGC Steadfast dibuat galangan American Shipbuilding Company, di Lorain, Ohio, Amerika Serikat, Steadfast diluncurkan pada 24 April 1967 dan resmi bertugas mulai Steadfast pada 3 Agustus 1968. Jumlah total Reliance class yang dibangun oleh US Coast Guard (USCG) adalah 16 unit. Kini beberapa Reliance class akan digantikan dengan kapal Offshore Patrol Cutter (OPC) baru dari Heritage class, yang jauh lebih modern, besar, dan multifungsi.
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      NO AMRAAMs
      NO AIM 9X
      RADAR AN/APG 65 = 110 KM
      ANALOG TAHUN 1990an
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      Walaupun 18 buah meriam 105mm LG1 MKIII telah mula digunakan oleh Rejimen Pertama Artileri Diraja Para (1 RAD Para) tetapi tulang belakang kepada unit-unit artilleri tentera darat negara tetap meriam Oto Melara Model 56 (Mod 56) 105mm.
      Dibangunkan oleh syarikat Oto Melara daripada Itali, meriam itu yang juga dikenali dengan panggilan “Pack Howitzer” mula memasuki produksi pada 1957 dan sehingga lebih 30 buah negara terus menggunakan meriam itu.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      KELEMAHAN NAVY..
      Kelemahan Angkatan Laut Malondesh (Tentera Laut Diraja Malondesh/TLDM) dapat dianalisis dari beberapa aspek strategis, operasional, dan teknis. Berikut adalah beberapa poin yang umum dibahas oleh para pengamat pertahanan:
      ________________________________________
      1. Keterbatasan Anggaran
      • Anggaran pertahanan Malondesh relatif kecil dibanding negara tetangga seperti Singapura atau Indonesia.
      • Proyek-proyek besar, seperti program kapal tempur pesisir Littoral Combat Ship (LCS), mengalami penundaan dan pembengkakan biaya.
      ________________________________________
      2. Ketergantungan pada Alutsista Lama
      • Beberapa kapal perang TLDM sudah tua, seperti kelas Kasturi dan Laksamana, yang dibangun sejak tahun 1980-an dan 1990-an.
      • Meskipun ada program modernisasi, penggantian tidak selalu berjalan lancar.
      ________________________________________
      3. Kapasitas Industri Pertahanan Domestik Terbatas
      • Industri galangan kapal domestik, seperti Boustead Naval Shipyard, menghadapi masalah manajemen dan efisiensi.
      • Program LCS menjadi contoh kegagalan manajemen proyek domestik.
      ________________________________________
      4. Keterbatasan Kapal Selam
      • TLDM hanya memiliki 2 kapal selam Scorpène, yaitu KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Razak. Jumlah ini dianggap minim untuk negara maritim seperti Malondesh.
      • Kapal selam tersebut juga menghadapi masalah pemeliharaan dan kesiapan operasional.
      ________________________________________
      5. Personel Terbatas
      • Rekrutmen dan retensi personel terampil masih menjadi tantangan, terutama untuk pengoperasian sistem canggih dan kapal selam.
      • Kurangnya pengalaman tempur nyata juga menjadi perhatian dalam kesiapan operasional.
      ________________________________________
      6. Cakupan Wilayah yang Luas
      • Malondesh harus mengawasi wilayah maritim yang sangat luas, termasuk perairan strategis di Selat Melaka, Laut China Selatan, dan wilayah Sabah/Sarawak.
      • Jumlah armada yang terbatas membuat pengawasan laut kurang optimal, terutama dalam menghadapi pelanggaran wilayah atau aktivitas ilegal.
      ________________________________________
      7. Tantangan Geopolitik
      • Ketegangan di Laut China Selatan menuntut Malondesh untuk lebih siap secara militer, tetapi keterbatasan sumber daya membuat responsnya kurang gesit dibanding negara seperti Vietnam atau Filipina.

      Hapus
    3. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      KELEMAHAN NAVY..
      Kelemahan Angkatan Laut Malondesh (Tentera Laut Diraja Malondesh/TLDM) dapat dianalisis dari beberapa aspek strategis, operasional, dan teknis. Berikut adalah beberapa poin yang umum dibahas oleh para pengamat pertahanan:
      ________________________________________
      1. Keterbatasan Anggaran
      • Anggaran pertahanan Malondesh relatif kecil dibanding negara tetangga seperti Singapura atau Indonesia.
      • Proyek-proyek besar, seperti program kapal tempur pesisir Littoral Combat Ship (LCS), mengalami penundaan dan pembengkakan biaya.
      ________________________________________
      2. Ketergantungan pada Alutsista Lama
      • Beberapa kapal perang TLDM sudah tua, seperti kelas Kasturi dan Laksamana, yang dibangun sejak tahun 1980-an dan 1990-an.
      • Meskipun ada program modernisasi, penggantian tidak selalu berjalan lancar.
      ________________________________________
      3. Kapasitas Industri Pertahanan Domestik Terbatas
      • Industri galangan kapal domestik, seperti Boustead Naval Shipyard, menghadapi masalah manajemen dan efisiensi.
      • Program LCS menjadi contoh kegagalan manajemen proyek domestik.
      ________________________________________
      4. Keterbatasan Kapal Selam
      • TLDM hanya memiliki 2 kapal selam Scorpène, yaitu KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Razak. Jumlah ini dianggap minim untuk negara maritim seperti Malondesh.
      • Kapal selam tersebut juga menghadapi masalah pemeliharaan dan kesiapan operasional.
      ________________________________________
      5. Personel Terbatas
      • Rekrutmen dan retensi personel terampil masih menjadi tantangan, terutama untuk pengoperasian sistem canggih dan kapal selam.
      • Kurangnya pengalaman tempur nyata juga menjadi perhatian dalam kesiapan operasional.
      ________________________________________
      6. Cakupan Wilayah yang Luas
      • Malondesh harus mengawasi wilayah maritim yang sangat luas, termasuk perairan strategis di Selat Melaka, Laut China Selatan, dan wilayah Sabah/Sarawak.
      • Jumlah armada yang terbatas membuat pengawasan laut kurang optimal, terutama dalam menghadapi pelanggaran wilayah atau aktivitas ilegal.
      ________________________________________
      7. Tantangan Geopolitik
      • Ketegangan di Laut China Selatan menuntut Malondesh untuk lebih siap secara militer, tetapi keterbatasan sumber daya membuat responsnya kurang gesit dibanding negara seperti Vietnam atau Filipina.

      Hapus
  36. Ternyata Rafale hanya jadi LAUK... 🤣🤣🤣🤣


    3 Rafale Ditembak Jet 'Made In China' Pakistan, Saham Dassault Anjlok

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20250508090347-4-631965/3-rafale-ditembak-jet-made-in-china-pakistan-saham-dassault-anjlok

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAYA = KAAN KHAN
      MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
      -----------
      KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
      MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----------
      KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
      MISKIN = SEWA VSHORAD
      -----------
      KAYA = HEAVY FRIGAT
      MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
      -----------
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      HIBAH KAPAL TUA TAHUN 1967
      Malondesh Coast Guard (Penjaga Pantai Malondesh) dikabarkan akan menerima hibah eks USCGC Steadfast.
      USCGC Steadfast adalah sebuah Reliance class Medium Endurance Cutter (WMEC 623) yang telah beroperasi bersama USCG selama 56 tahun sebelum didekomisionalkan pada 1 Februari 2024.
      USCGC Steadfast dibuat galangan American Shipbuilding Company, di Lorain, Ohio, Amerika Serikat, Steadfast diluncurkan pada 24 April 1967 dan resmi bertugas mulai Steadfast pada 3 Agustus 1968. Jumlah total Reliance class yang dibangun oleh US Coast Guard (USCG) adalah 16 unit. Kini beberapa Reliance class akan digantikan dengan kapal Offshore Patrol Cutter (OPC) baru dari Heritage class, yang jauh lebih modern, besar, dan multifungsi.
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      33 F18 BEKAS = 33 TAHUN RONGSOK
      NO AMRAAMs
      NO AIM 9X
      RADAR AN/APG 65 = 110 KM
      ANALOG TAHUN 1990an
      ==============
      MISKIN = KOLEKTOR BESI BURUK RONGSOK
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      MERIAM 105 = UMUR NEGARA
      Walaupun 18 buah meriam 105mm LG1 MKIII telah mula digunakan oleh Rejimen Pertama Artileri Diraja Para (1 RAD Para) tetapi tulang belakang kepada unit-unit artilleri tentera darat negara tetap meriam Oto Melara Model 56 (Mod 56) 105mm.
      Dibangunkan oleh syarikat Oto Melara daripada Itali, meriam itu yang juga dikenali dengan panggilan “Pack Howitzer” mula memasuki produksi pada 1957 dan sehingga lebih 30 buah negara terus menggunakan meriam itu.
      ==============
      2011 PENGADAAN LCS = Pengadaan enam LCS pada 2011 itu juga dilakukan tanpa tender terbuka. Kapal-kapal itu akan dibangun di Galangan Kapal Boustead dan unit pertama sedianya dikirim pada 2019.
      ---------------------
      2019 LCS DIJANGKA = KD Maharaja Lela setelah ditugaskan, diluncurkan secara seremonial pada Agustus 2017. Seharusnya telah dikirim ke RMN pada April 2019
      ---------------------
      2022 LCS DIJANGKA = menurut jadual asal, setakat Ogos 2022 sepatutnya lima buah kapal LCS harus disiap dan diserahkan kepada TLDM.
      ---------------------
      2023 LCS DIJANGKA = Seharusnya telah dikirim ke RMN pada April 2019, dengan kapal terakhir dijadwalkan untuk serah terima pada Juni 2023. Namun, progres kapal pertama baru sekitar 60% selesai
      ---------------------
      2025 LCS DIJANGKA = Kapal pertama Littoral Combat Ship (LCS) TLDM itu dijangka hanya akan siap pada tahun 2025, iaitu 12 tahun selepas projek itu bermula pada Oktober 2013 dan kerajaan telah memPAY RM6 bilion kepada kontraktor utama projek itu.
      ---------------------
      2026 LCS DIJANGKA = Lima kapal LCS akan diserahkan kepada TLDM secara berperingkat dengan kapal pertama dijangka diserahkan pada penghujung 2026
      ---------------------
      2029 LCS DIJANGKA = TLDM hanya akan dapat memperoleh kelima-lima LCS pada 2029 berbanding kontrak asal di mana 5 kapal LCS itu sepatutnya diserahkan pada 2022..
      ---------------------
      17 KREDITUR = Besides MTU Services, others include Contraves Sdn Bhd, Axima Concept SA, Contraves Advanced Devices Sdn Bhd, Contraves Electrodynamics Sdn Bhd and Tyco Fire, Security & Services MALONDESH Sdn Bhd, as well as iXblue SAS, iXblue Sdn Bhd and Protank Mission Systems Sdn Bhd. Also included are Bank Pembangunan MALONDESH Bhd, AmBank Islamic Bhd, AmBank (M) Bhd, MTU Services, Affin Hwang Investment Bank Bhd, Bank Muamalat MALONDESH Bhd, Affin Bank Bhd, Bank Kerjasama Rakyat MALONDESH Bhd, Malayan Banking Bhd (Maybank) and KUWAIT FINANCE HOUSE (MALONDESH) BHD.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      KELEMAHAN AIR FORCE
      Berikut beberapa kelemahan utama yang kerap disorot pada Angkatan Udara Diraja Malondesh (RMAF):
      1. Keterbatasan Anggaran dan Modernisasi Tertunda
      Sejak dekade 2010-an, porsi belanja pertahanan Malondesh menurun dari 1,5 % PDB pada 2010 menjadi sekitar 1 % pada 2020. Akibatnya, banyak program modernisasi—termasuk pengadaan MRCA (Multi-Role Combat Aircraft) lanjutan dan sistem AWACS—sering tertunda atau dibekukan karena kekurangan dana
      2. Armada Tempur dan Pemeliharaan yang Usang
      • Su-30MKM: Pasokan suku cadang terbatas—terutama di tengah gangguan rantai pasok Rusia pasca-invasi Ukraina—mengakibatkan kesiapan terbang yang menurun drastis.
      • MiG-29 & F-5: Pesawat veteran ini sudah melewati jam terbang optimal dan menuntut pemeliharaan intensif; banyak insiden di akhir 1990-an dan awal 2000-an yang menunjukkan kerentanan teknis
      3. Tantangan Lingkungan Tropis
      Iklim tropis dengan kelembapan tinggi mempercepat korosi pada struktur pesawat—terutama yang berbahan aluminium seri 2024—sehingga fatigue life menurun dan risiko kegagalan material meningkat
      4. Kapasitas Pengawasan dan Transportasi Udara Terbatas
      • AWACS & Radar: RMAF belum memiliki platform AWACS sendiri, bergantung pada radar ground-based yang baru mulai ditingkatkan sejak 2019–2025, sehingga cakupan AWACS masih sangat terbatas
      • Pengangkut A400M: Meski sudah ada, jumlahnya (empat unit) masih relatif kecil untuk mendukung proyeksi kekuatan dan bantuan kemanusiaan di wilayah luas Malondesh.
      5. Kualitas Pelatihan dan Tenaga Terampil
      .prasangka umum dalam analisis militerAnggaran yang ketat berdampak pada frekuensi latihan tempur dan jam terbang pilot. Ini berpotensi menurunkan kesiapan operasional dan kemampuan manuver taktis dalam skenario peperangan modern
      6. Interferensi Politik dan Isu Korupsi
      Beberapa laporan menyinggung intervensi politik dalam proses pengadaan dan dugaan praktik korupsi, yang dapat memperlambat atau mempersulit realisasi program vital RMAF

      Hapus
    3. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      LEMAH .....
      Masalah yang dihadapi oleh Angkatan Laut Malondesh (Tentera Laut Diraja Malondesh - TLDM) cukup kompleks dan telah berlarutan selama beberapa dekade. Berikut ini adalah ringkasan masalah utama:
      ________________________________________
      1. Keterbatasan Anggaran
      • Belanja pertahanan rendah: Malondesh mengalokasikan kurang dari 1% dari PDB untuk pertahanan, yang berdampak langsung pada pemeliharaan dan modernisasi TLDM.
      • Proyek tertunda karena dana: Proyek kapal tempur seperti Littoral Combat Ship (LCS) menghadapi penundaan besar karena kendala pendanaan dan manajemen.
      ________________________________________
      2. Keterlambatan dan Skandal Proyek
      • Proyek LCS (Boustead Naval Shipyard):
      o Proyek 6 kapal LCS yang seharusnya selesai pada 2019, belum ada satu pun yang dikirim hingga kini (2025).
      o Terdapat penyalahgunaan dana, kelemahan manajemen proyek, dan kurangnya pengawasan kontrak.
      o Dianggap sebagai skandal militer terbesar di Malondesh.
      ________________________________________
      3. Aset Usang dan Terbatas
      • Kapal lama: Banyak kapal TLDM seperti korvet dan kapal patroli dibeli sejak 1980-an atau awal 1990-an.
      • Subsistem ketinggalan zaman: Sensor, radar, dan sistem senjata perlu upgrade.
      • Jumlah kapal terbatas: Tidak mencukupi untuk melakukan patroli rutin di wilayah luas seperti Laut China Selatan, Selat Melaka, dan Sabah.
      ________________________________________
      4. Kebutuhan Modernisasi
      • TLDM membutuhkan:
      o Frigat baru, kapal patroli pesisir, dan sistem senjata modern.
      o Kemampuan anti-kapal selam (ASW) yang lebih baik.
      o Dukungan udara maritim seperti UAV atau pesawat patroli maritim.
      ________________________________________
      5. Ancaman Regional yang Meningkat
      • Ketegangan di Laut China Selatan dengan kehadiran kapal penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok.
      • Keterbatasan TLDM dalam menegakkan kedaulatan maritim secara efektif.
      ________________________________________
      6. Ketergantungan pada Vendor Asing
      • Sebagian besar sistem senjata dan suku cadang berasal dari luar negeri (Perancis, Jerman, Korea, dll), yang menimbulkan biaya tinggi dan ketergantungan logistik.
      ________________________________________
      7. Sumber Daya Manusia
      • Kekurangan personel terlatih untuk mengoperasikan sistem modern.
      • Tantangan dalam retensi dan pelatihan awak kapal.

      Hapus
  37. Gemprok..bla bla bla bla
    🤣🤣🤣🤣🤣
    Apapun kamu bawa link..kita tak peduli
    Real shooping come to PAPA

    🇮🇩🇮🇩🇮🇩

    BalasHapus
  38. Apa lagi kalau Rafale versi NGUTANG LENDER lagi la LEMAH.... 🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      LEMAH .....
      Masalah yang dihadapi oleh Angkatan Laut Malondesh (Tentera Laut Diraja Malondesh - TLDM) cukup kompleks dan telah berlarutan selama beberapa dekade. Berikut ini adalah ringkasan masalah utama:
      ________________________________________
      1. Keterbatasan Anggaran
      • Belanja pertahanan rendah: Malondesh mengalokasikan kurang dari 1% dari PDB untuk pertahanan, yang berdampak langsung pada pemeliharaan dan modernisasi TLDM.
      • Proyek tertunda karena dana: Proyek kapal tempur seperti Littoral Combat Ship (LCS) menghadapi penundaan besar karena kendala pendanaan dan manajemen.
      ________________________________________
      2. Keterlambatan dan Skandal Proyek
      • Proyek LCS (Boustead Naval Shipyard):
      o Proyek 6 kapal LCS yang seharusnya selesai pada 2019, belum ada satu pun yang dikirim hingga kini (2025).
      o Terdapat penyalahgunaan dana, kelemahan manajemen proyek, dan kurangnya pengawasan kontrak.
      o Dianggap sebagai skandal militer terbesar di Malondesh.
      ________________________________________
      3. Aset Usang dan Terbatas
      • Kapal lama: Banyak kapal TLDM seperti korvet dan kapal patroli dibeli sejak 1980-an atau awal 1990-an.
      • Subsistem ketinggalan zaman: Sensor, radar, dan sistem senjata perlu upgrade.
      • Jumlah kapal terbatas: Tidak mencukupi untuk melakukan patroli rutin di wilayah luas seperti Laut China Selatan, Selat Melaka, dan Sabah.
      ________________________________________
      4. Kebutuhan Modernisasi
      • TLDM membutuhkan:
      o Frigat baru, kapal patroli pesisir, dan sistem senjata modern.
      o Kemampuan anti-kapal selam (ASW) yang lebih baik.
      o Dukungan udara maritim seperti UAV atau pesawat patroli maritim.
      ________________________________________
      5. Ancaman Regional yang Meningkat
      • Ketegangan di Laut China Selatan dengan kehadiran kapal penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok.
      • Keterbatasan TLDM dalam menegakkan kedaulatan maritim secara efektif.
      ________________________________________
      6. Ketergantungan pada Vendor Asing
      • Sebagian besar sistem senjata dan suku cadang berasal dari luar negeri (Perancis, Jerman, Korea, dll), yang menimbulkan biaya tinggi dan ketergantungan logistik.
      ________________________________________
      7. Sumber Daya Manusia
      • Kekurangan personel terlatih untuk mengoperasikan sistem modern.
      • Tantangan dalam retensi dan pelatihan awak kapal.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      LEMAH .....
      Masalah yang dihadapi oleh Angkatan Laut Malondesh (Tentera Laut Diraja Malondesh - TLDM) cukup kompleks dan telah berlarutan selama beberapa dekade. Berikut ini adalah ringkasan masalah utama:
      ________________________________________
      1. Keterbatasan Anggaran
      • Belanja pertahanan rendah: Malondesh mengalokasikan kurang dari 1% dari PDB untuk pertahanan, yang berdampak langsung pada pemeliharaan dan modernisasi TLDM.
      • Proyek tertunda karena dana: Proyek kapal tempur seperti Littoral Combat Ship (LCS) menghadapi penundaan besar karena kendala pendanaan dan manajemen.
      ________________________________________
      2. Keterlambatan dan Skandal Proyek
      • Proyek LCS (Boustead Naval Shipyard):
      o Proyek 6 kapal LCS yang seharusnya selesai pada 2019, belum ada satu pun yang dikirim hingga kini (2025).
      o Terdapat penyalahgunaan dana, kelemahan manajemen proyek, dan kurangnya pengawasan kontrak.
      o Dianggap sebagai skandal militer terbesar di Malondesh.
      ________________________________________
      3. Aset Usang dan Terbatas
      • Kapal lama: Banyak kapal TLDM seperti korvet dan kapal patroli dibeli sejak 1980-an atau awal 1990-an.
      • Subsistem ketinggalan zaman: Sensor, radar, dan sistem senjata perlu upgrade.
      • Jumlah kapal terbatas: Tidak mencukupi untuk melakukan patroli rutin di wilayah luas seperti Laut China Selatan, Selat Melaka, dan Sabah.
      ________________________________________
      4. Kebutuhan Modernisasi
      • TLDM membutuhkan:
      o Frigat baru, kapal patroli pesisir, dan sistem senjata modern.
      o Kemampuan anti-kapal selam (ASW) yang lebih baik.
      o Dukungan udara maritim seperti UAV atau pesawat patroli maritim.
      ________________________________________
      5. Ancaman Regional yang Meningkat
      • Ketegangan di Laut China Selatan dengan kehadiran kapal penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok.
      • Keterbatasan TLDM dalam menegakkan kedaulatan maritim secara efektif.
      ________________________________________
      6. Ketergantungan pada Vendor Asing
      • Sebagian besar sistem senjata dan suku cadang berasal dari luar negeri (Perancis, Jerman, Korea, dll), yang menimbulkan biaya tinggi dan ketergantungan logistik.
      ________________________________________
      7. Sumber Daya Manusia
      • Kekurangan personel terlatih untuk mengoperasikan sistem modern.
      • Tantangan dalam retensi dan pelatihan awak kapal.

      Hapus
    3. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      PROBLEMS BUDGET MALONDESH ARMED FORCES
      The Malondeshn Armed Forces (MAF) faces several budget-related challenges that affect its operational readiness, modernization efforts, and overall capabilities. These problems can be categorized into a few key areas:
      ________________________________________
      1. Limited Defense Budget
      Malondesh allocates a relatively small percentage of its GDP to defense (usually around 1%–1.2%), compared to regional peers like Singapore, Indonesia, or Thailand. This constrains:
      • Procurement of new equipment
      • Modernization of aging assets
      • Research and development (R&D)
      • Training and maintenance costs
      ________________________________________
      2. Aging Equipment and Delayed Modernization
      Many of the MAF's platforms—especially in the air force and navy—are outdated:
      • The Royal Malondeshn Air Force (RMAF) has faced difficulties replacing its aging fighter fleet (e.g., MiG-29s).
      • The Royal Malondeshn Navy (RMN) is still waiting on the delayed Littoral Combat Ships (LCS) project.
      • Budget constraints have delayed or scaled back modernization plans, such as the CAP 55 plan (RMAF) and the 15-to-5 transformation plan (RMN).
      ________________________________________
      3. Cost Overruns and Procurement Delays
      High-profile defense procurement projects have been plagued by financial mismanagement and delays:
      • The Littoral Combat Ship (LCS) scandal is a major example: Over RM6 billion spent, yet no ships delivered as of mid-2020s.
      • These issues lead to wastage of public funds and reduce confidence in defense planning and execution.
      ________________________________________
      4. Operational Sustainability
      Operating and maintaining aging or diverse platforms is costly:
      • Spare parts and maintenance for obsolete systems are expensive.
      • Logistics chains become inefficient due to platform diversity (especially with mixed Russian, American, and European systems).
      • Budget limitations affect regular maintenance, training hours, and readiness.
      ________________________________________
      5. Dependence on Foreign Suppliers
      Malondesh's limited defense industrial base forces heavy reliance on foreign suppliers, which:
      • Is costly in foreign exchange terms.
      • Limits sovereign control over essential technologies.
      • Increases vulnerability to geopolitical pressures (e.g., US export controls).
      ________________________________________
      6. Underinvestment in Personnel Welfare
      Budgetary focus on procurement sometimes sidelines:
      • Welfare, housing, and pay for armed forces personnel
      • Post-service support for veterans
      • Training and skill development
      This affects recruitment, morale, and retention of skilled personnel.
      ________________________________________
      7. Competing National Priorities
      Defense spending competes with pressing domestic needs:
      • Healthcare, education, and subsidies take precedence in national budgets.
      • Political leadership often defers defense spending to avoid public backlash.
      ________________________________________
      8. Lack of Transparency and Strategic Planning
      • Weak parliamentary oversight over defense spending.
      • Poor communication of long-term defense strategy and capability needs to the public.
      • Political interference in procurement decisions.

      Hapus
  39. Ternyata Rafale hanya jadi LAUK... 🤣🤣🤣🤣


    3 Rafale Ditembak Jet 'Made In China' Pakistan, Saham Dassault Anjlok

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20250508090347-4-631965/3-rafale-ditembak-jet-made-in-china-pakistan-saham-dassault-anjlok

    BalasHapus
    Balasan
    1. DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      THE PROBLEMS
      The Malondeshn Armed Forces (MAF), which comprises the Malondeshn Army, Royal Malondeshn Navy (RMN), and Royal Malondeshn Air Force (RMAF), face several challenges that affect operational readiness, modernization, and regional security capabilities. Here are the key problems:
      ________________________________________
      1. Budget Constraints
      • Limited defense budget hampers acquisition of modern equipment and maintenance of existing assets.
      • Modernization programs (e.g., aircraft, naval vessels) are often delayed or downsized.
      • Inconsistent funding affects long-term planning and procurement.
      ________________________________________
      2. Aging Equipment
      • Much of the military’s hardware is outdated, particularly in the air force and navy.
      • Delays in replacing old platforms such as the MiG-29s (RMAF) and aging naval ships.
      • Maintenance costs for legacy systems are rising, impacting readiness.
      ________________________________________
      3. Human Resource Challenges
      • Difficulty in recruiting and retaining skilled personnel, especially in technical roles.
      • Issues related to morale, career progression, and incentives.
      • Need for improved training and professional development to meet modern warfare demands.
      ________________________________________
      4. Logistical and Maintenance Issues
      • Dependence on foreign parts and contractors delays repairs and maintenance.
      • Lack of integrated logistics systems affects operational efficiency.
      • Inadequate infrastructure in certain bases and forward operating areas.
      ________________________________________
      5. Lack of Jointness and Interoperability
      • Limited joint operations capability among the army, navy, and air force.
      • Need for better interoperability, especially in multi-domain operations (cyber, electronic warfare).
      • Coordination issues between MAF and civilian agencies in security operations.
      ________________________________________
      6. Cybersecurity and Technology Gaps
      • MAF has limited cyber defense capabilities amid growing cyber threats.
      • Slow adoption of emerging technologies like AI, drones, and autonomous systems.
      • Inadequate investment in network-centric warfare capabilities.
      ________________________________________
      7. Geopolitical and Maritime Security Pressures
      • Ongoing tensions in the South China Sea put pressure on MAF’s maritime surveillance and deterrence capabilities.
      • Need to balance diplomacy with credible deterrence in a region with assertive neighbors.
      • MAF must be prepared for non-traditional threats like piracy, smuggling, and terrorism.
      ________________________________________
      8. Procurement Inefficiencies
      • Procurement process is often opaque, politicized, and delayed.
      • Past corruption scandals (e.g., procurement of submarines) have damaged public trust.
      • Poor coordination between policy makers, military planners, and industry.
      ________________________________________
      9. Lack of Indigenous Defense Industry Development
      • Heavy reliance on foreign suppliers and defense companies.
      • Domestic defense industry lacks scale, capability, and innovation.
      • Government programs (e.g., DEFTECH, STRIDE) need more support and partnerships.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      SCANDALS
      Here’s a detailed overview of major scandals involving the Malondeshn Armed Forces (Angkatan Tentera Malondesh), particularly focused on procurement corruption, asset mismanagement, and internal misconduct:
      ________________________________________
      ⚖️ 1. Littoral Combat Ship (LCS) Procurement Scandal
      • In 2011–2013, the Ministry of Defence signed a RM9 billion contract with Boustead Naval Shipyard to deliver six French-made LCS. By 2025, no vessel was completed, despite RM6 billion in payments
      • Former Navy Chief Ahmad Ramli Mohd Nor was charged with criminal breach of trust over unauthorised payments, though granted a discharge not amounting to acquittal in March 2025 due to medical unfitness for trial
      • Transparency groups and civil society have called for a Royal Commission of Inquiry to investigate institutional failures in defence procurement spanning decades
      ________________________________________
      🚢 2. Naval and Patrol Vessel Controversies
      • The New Generation Patrol Vessel (NGPV) project in the 1990s was a major fiasco: only six out of 27 vessels were built at a ballooned cost of RM6.75 billion, and many remained incomplete following company insolvency
      • The Scorpene submarine deal in 2002 involved twin submarines and one Agosta model, with a staggering RM510 million in commission fees going to politically connected intermediaries, and the deal later linked to the murder of Altantuyaa Shaariibuugiin. French courts began investigations as recent as 2025
      ________________________________________
      🛫 3. Missing Jet Engines Incident (2007)
      • Two jet engines for F 5E Tiger II jets disappeared from RMAF stores in 2007 under Defence leadership of then minister Najib Razak. They were later recovered in Uruguay. Multiple officers, including a brigadier general, were dismissed
      ________________________________________
      🧑‍💼 4. Corruption Charges Against Armed Forces Officers
      • In 2020, two senior ATM officers—Colonel Che Ahmad Idris and Brigadier General Mohammed Feizol Anuar—were charged with receiving bribes tied to Defence Ministry contracting. Che Ahmad was later acquitted in 2024 due to insufficient evidence
      ________________________________________
      🏛️ 5. Broader Institutional Concerns
      • Transparency International and advocacy groups have repeatedly highlighted systemic corruption risk in defence procurement, placing Malondesh in the “very high risk” category due to weak oversight, secrecy, and rent-seeking by politically linked firms
      • CAP Penang described how poor procurement practices and unaccountable structures have persisted for 40 years, harming both military readiness and national sovereignty
      • Civil society groups like C4 Center and SUARAM pushed for transparency and investigations into both the Scorpene and LCS scandals, calling for legal cooperation with French and German authorities

      Hapus
  40. Go head pork wkwkkww
    Salam hangat dari Rafale
    Salam miskin buat malon ngemis HORNET BEKAS WKLWKW

    BalasHapus
  41. Malon persiapan mungut sampah hornet Kuwait 😁😁😁😁

    BalasHapus
  42. Bla bla bla..adoiii macam beruk loncat kepanasan wkwkkww

    Sign kontrak REAL SHOOPING🇮🇩🇮🇩🇮🇩

    BalasHapus
  43. J10 Vs RAFALE... 🤭🤭

    0 - J10
    3 - RAFALE


    0 berbalas 3.....🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAK
      WEAK
      WEAK
      Here are some possible reasons behind the perception of MAF being weaker compared to others:
      ________________________________________
      1. Limited Defense Budget
      • Malondesh’s defense spending is modest compared to regional players.
      • Budget constraints limit acquisition of modern hardware, long-range capabilities, and extensive R&D.
      2. Aging Equipment
      • Some branches (like the Royal Malondeshn Air Force and Navy) still rely on older platforms like MiG-29s (retired) or Lekiu-class frigates.
      • Modernization programs (e.g., LCS ships, MRCA jets) have faced delays or cancellations.
      3. Small Force Size
      • Manpower and hardware numbers are significantly smaller than countries like Indonesia or Vietnam.
      • The country maintains a modest-sized professional military rather than a large conscripted one.
      4. Strategic Doctrine
      • Malondesh follows a non-aggressive, defensive doctrine, focused on sovereignty, peacekeeping, and regional cooperation.
      • The country emphasizes diplomacy and ASEAN frameworks over military projection.
      5. Procurement & Project Delays
      • High-profile projects like the Littoral Combat Ship (LCS) program have suffered from delays and mismanagement, hurting public confidence in the military.
      6. Limited Combat Experience
      • The MAF has not been involved in major wars since the communist insurgency and the Confrontation with Indonesia.
      • This is a good thing for national peace, but it may affect perceptions of readiness.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAK
      WEAK
      WEAK
      Here are some possible reasons behind the perception of MAF being weaker compared to others:
      ________________________________________
      1. Limited Defense Budget
      • Malondesh’s defense spending is modest compared to regional players.
      • Budget constraints limit acquisition of modern hardware, long-range capabilities, and extensive R&D.
      2. Aging Equipment
      • Some branches (like the Royal Malondeshn Air Force and Navy) still rely on older platforms like MiG-29s (retired) or Lekiu-class frigates.
      • Modernization programs (e.g., LCS ships, MRCA jets) have faced delays or cancellations.
      3. Small Force Size
      • Manpower and hardware numbers are significantly smaller than countries like Indonesia or Vietnam.
      • The country maintains a modest-sized professional military rather than a large conscripted one.
      4. Strategic Doctrine
      • Malondesh follows a non-aggressive, defensive doctrine, focused on sovereignty, peacekeeping, and regional cooperation.
      • The country emphasizes diplomacy and ASEAN frameworks over military projection.
      5. Procurement & Project Delays
      • High-profile projects like the Littoral Combat Ship (LCS) program have suffered from delays and mismanagement, hurting public confidence in the military.
      6. Limited Combat Experience
      • The MAF has not been involved in major wars since the communist insurgency and the Confrontation with Indonesia.
      • This is a good thing for national peace, but it may affect perceptions of readiness.

      Hapus
  44. Ternyata Rafale hanya jadi LAUK... 🤣🤣🤣🤣


    3 Rafale Ditembak Jet 'Made In China' Pakistan, Saham Dassault Anjlok

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20250508090347-4-631965/3-rafale-ditembak-jet-made-in-china-pakistan-saham-dassault-anjlok

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      UNREADY ARMED FORCES
      The idea that the Malondeshn Armed Forces (MAF) are “unready” is a serious claim that depends heavily on context — such as readiness for what kind of conflict, under what conditions, and compared to which other countries. However, there have been recurring concerns expressed by analysts, defense observers, and even Malondeshn officials about issues affecting MAF readiness. Below are some of the reasons often cited:
      ________________________________________
      🔧 1. Aging Equipment and Delayed Procurement
      • Old platforms: Many of Malondesh's military assets, especially in the Royal Malondeshn Air Force and Navy, are aging.
      o E.g., MiG-29s (retired), ageing CN-235s, and some old patrol vessels.
      • Procurement delays: High-profile delays like the Littoral Combat Ship (LCS) scandal have raised alarm.
      o The LCS program suffered billions of ringgit in cost overruns and years of delay.
      o It was described as a “national embarrassment” and affected naval readiness.
      ________________________________________
      💰 2. Limited Defense Budget
      • Malondesh’s defense budget is comparatively small (around 1.0–1.1% of GDP), below the ASEAN average.
      • Budget constraints limit:
      o Modernization efforts
      o Maintenance of existing systems
      o Training and readiness operations
      ________________________________________
      🤝 3. Peacetime Posture and Non-Alignment
      • Malondesh practices a non-aligned foreign policy, relying on diplomacy and regional cooperation (ASEAN) to manage threats.
      • This leads to a modest force structure, suitable for internal security and peacetime patrols, but not high-intensity war.
      • Less emphasis is placed on full-spectrum warfare or expeditionary capability.
      ________________________________________
      👥 4. Manpower and Training Challenges
      • Recruitment and retention issues persist, particularly for high-skill positions like pilots or naval engineers.
      • Some reports suggest limited joint training exercises or insufficient hours logged in live-fire and combat simulation.
      • While Malondesh participates in international exercises (e.g., with the US, Australia, and regional neighbors), some claim it lacks the operational tempo to maintain high readiness.
      ________________________________________
      📍 5. Geographical Dispersion and Logistics
      • Malondesh is split between Peninsular Malondesh and East Malondesh (Sabah & Sarawak), complicating logistics and force deployment.
      • The Navy and Air Force face challenges in maintaining persistent presence across vast EEZs and maritime zones.
      ________________________________________
      ⚠️ 6. Cyber and Asymmetric Readiness Gaps
      • Limited capacity in cyber defense, drone warfare, and asymmetric capabilities, compared to more advanced militaries.
      • Regional neighbors like Singapore or Indonesia have made more visible investments in these areas.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESSES OF THE FA-50 LIGHT COMBAT AIRCRAFT
      ________________________________________
      1. Limited Radar and Sensor Capabilities
      • Older variants of the FA-50 lack an Active Electronically Scanned Array (AESA) radar, which is standard in most modern fighters.
      • Earlier models use mechanically scanned radars (like EL/M-2032), which are less capable in tracking multiple targets and operating in electronic warfare environments.
      Note: Newer versions (e.g., FA-50 Block 20 or Golden Eagle variants) are being upgraded with AESA radar, but these are still being rolled out.
      ________________________________________
      2. No Internal Gun on Some Versions
      • Some configurations of the FA-50 (particularly early export models) lack an internal 20mm cannon, reducing close-in combat and strafing capabilities.
      ________________________________________
      3. Limited Weapon Payload
      • Payload capacity is about 4,500 kg, significantly less than fighters like the F-16 (which carries around 7,700+ kg).
      • This limits the number and types of weapons it can carry, especially for extended strike missions.
      ________________________________________
      4. No Afterburning Supercruise
      • The FA-50 uses the F404-GE-102 engine, which is powerful but doesn't allow for supercruise (sustained supersonic flight without afterburners).
      • Top speed is around Mach 1.5, which is sufficient for its class but not competitive with high-end fighters like the Rafale or F-35.
      ________________________________________
      5. No Stealth Features
      • Unlike 5th-generation aircraft (e.g., F-35 or J-20), the FA-50 has no stealth shaping or radar-absorbing materials.
      • This makes it vulnerable to modern air defense systems and radar-guided threats.
      ________________________________________
      6. Basic Electronic Warfare (EW) Suite
      • Its EW suite is relatively basic, especially in earlier versions.
      • Lacks advanced self-protection jammers or towed decoys, making it less survivable in contested airspace.
      ________________________________________
      7. Shorter Range and Endurance
      • Has a combat radius of ~1,800 km with external fuel, but this is still limited compared to full-sized multirole fighters.
      • This constrains its operational use without aerial refueling (which is not standard on all FA-50s).
      ________________________________________
      8. Limited Multirole Capability (in base versions)
      • While capable of basic air-to-air and air-to-ground roles, it lacks some high-end mission systems needed for:
      o SEAD/DEAD (Suppression/Destruction of Enemy Air Defenses)
      o Long-range interdiction
      o Maritime strike (somewhat limited)

      Hapus
  45. Malon mau beli su 57 😁😁😁😁😁 membual aja bisa ya malon ini

    BalasHapus
  46. Indonesia beli baru
    Malon skrng malah Ngemis hornet bekas wkwkkwkwk

    BalasHapus
  47. 🇲🇾SIMISKIN HANYA BISA IRI YA RUS..


    Konsumen pesawat tempur Rafale saat ini meliputi: Prancis, Mesir, Qatar, India, Yunani, Kroasia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

    Berikut adalah daftar negara yang merupakan pelanggan Rafale:
    Prancis: Sebagai negara produsen, Prancis memiliki Rafale dalam jumlah terbesar.
    Mesir: Memesan 55 unit Rafale.
    Qatar: Memesan 36 unit Rafale.
    India: Memesan 36 unit Rafale.
    Yunani: Memesan 18 unit Rafale.
    Kroasia: Memesan 12 unit Rafale.
    Uni Emirat Arab: Memesan 80 unit Rafale.
    Indonesia: Memesan 42 unit Rafale.
    Indonesia juga berencana untuk melakukan kerja sama dengan Dassault Aviation dalam hal perawatan (MRO) dan potensi terlibat dalam rantai pasokan Rafale, yang berpotensi menjadikan PTDI sebagai pemain besar di industri dirgantara.

    BalasHapus
  48. Beli pesawat murahan, mungut sampah hornet terus bilang mau beli su 57 😁😁😁😁🐒 jangan kebanyakan mimpi.

    BalasHapus
  49. Bagaimana yg tender akan sewa heli lagi lon pasti lagi cari hutang juga kan
    Masa sewa pakai lender wkwkkwkw

    Poor malondesh malaysewa🤣

    BalasHapus
  50. Aset semua usang dan murahan kok ngajak perang di Ambalat. Ha ha ha ha

    BalasHapus
  51. Ternyata Rafale hanya jadi LAUK... 🤣🤣🤣🤣


    3 Rafale Ditembak Jet 'Made In China' Pakistan, Saham Dassault Anjlok

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20250508090347-4-631965/3-rafale-ditembak-jet-made-in-china-pakistan-saham-dassault-anjlok

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAYA = KAAN KHAN
      MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
      -----------
      KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
      MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----------
      KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
      MISKIN = SEWA VSHORAD
      -----------
      KAYA = HEAVY FRIGAT
      MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
      -----------
      KAYA = GDP INDONESIA 1,429,743
      MISKIN = GDP MALONDESH 444,984
      -----
      KAYA = BUDGET MILITER USD 17 BILLION (245 T)
      MISKIN = BUDGET MILITER USD 1,3 BILLION (SEPI SHOPPING)
      -----
      KAYA = 48 KAAN GEN 5 DAN 42 RAFALE GEN 4.5 BRANDNEW
      MISKIN = NGEMIS 33 F18 RONGSOK 33 TAHUN
      -----
      KAYA = 25 RADAR
      MISKIN = 2 RADAR
      -----
      KEYWORDS =
      1. 1 UNIT APACHE = 13 UNIT MD530G
      2. 1 UNIT RAFALE = 4 UNIT FA50M
      3. 1 UNIT PPA = 3 UNIT LMS B2
      4. 1 UNIT SCORPENE IDN = 2 UNIT SCORPENE MALONDESH
      5. CN 235 US$ 27,50 JUTA = ATR 72 US$24.7 JUTA
      6. SEWA 28 HELI = 119 HELI BARU
      7. 4.5 KM JAVELIN = 1 KM NLAW
      8. ANKA ISR NOT ARMED
      9. LCS EXCLUDING AMMO = DESTROYER INCLUDING AMMO
      ==============
      NGEMIS RONGSOKAN 33 TAHUN SAMPAI 2027 =
      MENUNGGU 47 SUPER HORNETS
      MENUNGGU 47 SUPER HORNETS
      DELAY DELIVERIES OF 47 SUPER HORNETS
      The Kuwait Air Force is expected to declare full operational capability for its Super Hornets by 2027. Only then will the legacy Hornets be released to Malondesh.
      The issue now is that the delivery of Kuwait’s Rhinos hinges on the completion of deliveries of 47 Super Hornets ordered by the US Navy as attrition
      ------------------
      THE MALONDESH LITTORAL COMBAT SHIP (LCS) PROGRAM HAS FACED A NUMBER OF ISSUES, INCLUDING:
      • Delayed delivery
      The original plan was to deliver the first ship, the LCS 1 Maharaja Lela, in 2019, and all six ships by 2023. However, the program was mangkrak in 2019 due to financial issues at Boustead Naval Shipbuilding. The program was restarted in 2023, with the first ship scheduled for delivery in 2026 and the remaining four by 2029.
      • Design issues
      The Royal MALONDESH Navy (RMN) did not get to choose the design of the ship, and the detailed design was not completed until after 66.64% of the budget had been paid.
      • Financial issues
      Boustead Naval Shipbuilding was in a critical financial state, and a middleman increased the project cost by up to four times.
      • Corruption
      A declassified audit report highlighted irregularities in the execution of the program, including the abuse of power and the involvement of a Zainab Mohd Salleh.
      • Aging fleet
      The RMN's current fleet is outdated, with two-thirds of the ships dating back over 30 years


      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ======================
      WEAKNESS MALONDESH ARMED FORCES
      The Malondeshn Armed Forces (MAF), like any military organization, faces a variety of challenges and weaknesses. These issues span across strategic, structural, logistical, and operational dimensions. Below are some of the commonly cited weaknesses and trouble areas faced by the MAF:
      ------------
      1. Budget Constraints
      • Limited Defense Spending: Malondesh maintains a relatively modest defense budget compared to regional powers like Singapore, Indonesia, or Thailand.
      • Delayed Procurement: Budget limitations often delay the acquisition of new platforms, weapons systems, and modernization efforts.
      • Maintenance Issues: Older equipment may not be properly maintained due to funding gaps.
      ------------
      2. Aging and Outdated Equipment
      • Obsolete Platforms: Much of the Malondeshn Army, Navy (RMN), and Air Force (RMAF) still use aging equipment, such as old tanks, fighter jets (e.g., MiG-29s, which have been retired), and naval vessels.
      • Logistical Support: Difficulties in securing parts and support for legacy systems affect readiness and operational capabilities.
      ------------
      3. Capability Gaps
      • Air Power Deficiencies: Limited numbers of combat aircraft, AWACS (Airborne Warning and Control System), and aerial refueling capabilities hamper the RMAF’s operational reach.
      • Naval Shortcomings: The RMN faces challenges in maritime domain awareness and anti-submarine warfare, crucial in the South China Sea context.
      • Cyber and EW (Electronic Warfare): Malondesh is still developing capabilities in cyber defense and electronic warfare compared to more advanced militaries.
      ------------
      4. Interoperability and Joint Operations
      • Lack of Integration: While efforts are underway to improve jointness among the Army, Navy, and Air Force, coordination and interoperability remain inconsistent.
      • Command Structure: Differences in doctrine and training among services sometimes hinder joint operational effectiveness.
      ------------
      5. Human Resource Challenges
      • Recruitment and Retention: Difficulty in attracting high-quality recruits and retaining skilled personnel due to better civilian career opportunities.
      • Training Limitations: Budget restrictions can limit training frequency, scope, and international exercises.
      ------------
      6. Procurement and Corruption Concerns
      • Lack of Transparency: Past procurement deals have faced allegations of mismanagement or corruption, such as the Scorpène submarine scandal.
      • Inefficiency: Poor planning or inconsistent defense procurement policies sometimes result in incompatible or unnecessary systems.
      ------------
      7. Geopolitical and Strategic Limitations
      • South China Sea Tensions: Malondesh lacks the military heft to counter more assertive regional actors like China in contested maritime areas.
      • Non-Aligned Posture: Malondesh’s neutral foreign policy limits its ability to form strong military alliances,

      Hapus
  52. Prancis di prank malon
    Turki di prank malon
    .ehh tapi yg belanja malah indonesia hahahaha
    🇮🇩🇮🇩🇮🇩

    BalasHapus
  53. Ternyata Rafale tidak lah sekuat seperti yang digambarkan.... Malah dibantai.... 🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      NO MEMBER G20
      NO MEMBER BRICS
      Malondesh can potentially become a member of BRICS or the G20, but there are political, economic, and strategic reasons why it has not joined either group so far. Let’s look at both groups separately.
      ________________________________________
      G20 (Group of Twenty)
      ✅ What is the G20?
      • A group of the world’s 19 largest economies + the EU.
      • Formed to discuss global economic and financial policy.
      • Members include the US, China, India, Indonesia, Brazil, etc.
      ❌ Why Malondesh is not a member:
      1. Economic Size:
      Malondesh’s economy is significantly smaller than G20 members.
      The G20 mostly includes the largest economies by GDP or influence.
      2. ASEAN Representation:
      Indonesia (the largest Southeast Asian economy) already represents ASEAN in the G20.
      G20 typically avoids duplication from the same region.
      3. Membership is Fixed:
      The G20 has remained relatively stable in membership since its creation.
      It’s a closed group — there’s no formal application process or expansion mechanism.
      ________________________________________
      BRICS
      ✅ What is BRICS?
      • A group of emerging economies aiming to challenge Western-dominated institutions (like the IMF and World Bank).
      • Recently expanded to include countries like Egypt, Ethiopia, Iran, etc.
      ❌ Why Malondesh hasn’t joined BRICS:
      1. Non-aligned Foreign Policy:
      Malondesh maintains a neutral, non-aligned stance in global politics.
      Joining BRICS might signal a shift toward a China-Russia bloc, which Malondesh may wish to avoid.
      2. Geopolitical Calculations:
      BRICS has geopolitical implications (especially in rivalry with the West).
      Malondesh values its ties with both Western countries and China, and may not want to upset the balance.
      3. Malondesh Has Not Applied (Yet):
      Membership in BRICS is by invitation/application.
      Malondesh has not made moves to formally apply or express strong interest in joining.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS MALONDESH PROCUREMENT
      Procurement weaknesses in the Malondeshn Armed Forces (MAF) have been highlighted over the years in various government audits, media investigations, and academic studies. These weaknesses often stem from a combination of systemic, structural, and operational issues.
      Key Weaknesses in MAF Procurement
      1. Lack of Transparency
      Many defense procurements are classified under national security, limiting public scrutiny.
      Closed or restricted tenders are common, reducing competition and increasing the risk of corruption or favoritism.
      2. Corruption and Mismanagement
      Allegations and cases involving high-level corruption in defense procurement (e.g., the Scorpène submarine scandal).
      Inflated costs and questionable deals without proper due diligence or cost-benefit analysis.
      3. Political Interference
      Procurement decisions sometimes reflect political priorities rather than military needs.
      Projects awarded to politically connected companies, regardless of capability.
      4. Lack of Strategic Planning
      Procurement not always aligned with long-term defense strategy or operational requirements.
      Reactive rather than proactive planning, leading to mismatched or obsolete equipment.
      5. Poor Maintenance and Lifecycle Management
      Insufficient budgeting and planning for maintenance, upgrades, and training.
      Resulting in equipment quickly becoming non-operational or under-utilized.
      6. Weak Oversight and Accountability
      Limited oversight by Parliament or independent bodies on defense spending.
      Auditor-General’s reports have highlighted irregularities, but follow-up actions are often limited.
      7. Limited Local Industry Capability
      Over-reliance on foreign suppliers due to underdeveloped domestic defense manufacturing.
      Local offset programs sometimes fail to deliver real capability or transfer of technology.
      8. Fragmented Procurement Process
      Involvement of multiple agencies (Ministry of Defence, armed services, contractors), leading to inefficiencies and lack of coordination

      Hapus
  54. Mana tunjuk HORNET BEKAS SUDAH DEAL WKWKKWKW
    RONGSOKAN 🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  55. 🇲🇾SIMISKIN "AKAN" MEMBELI BRAHMOS & SU57..AKAN => KALAU PUNYA WANG aka DUIT YA RUS..BUAT BELI BERAS AJA RAKYAT JELATA KERAJAAN BERUK AJA NUNGGU SUBSIDI DR KEBIJAKAN PADUKA RAJA TUKANG KAWIN & PERDANA MENTRI HOMO aka LGBT 🩲🇲🇾💩🇲🇾🩲 BHUAHAHAHAHAHAHAHAHAA🤣🤣🤣

    BalasHapus
  56. Yg Ngemis Hornet bekas tepi sikit kat jamban wkwkkwkw

    Salam hornet bekas🤣🤣🤣

    BalasHapus

  57. Foto RAFALE HANCUR kalah sama J10... 🤣🤣🤣🤣

    https://www.reddit.com/media?url=https%3A%2F%2Fpreview.redd.it%2Fsome-self-analysis-on-rafale-crash-claim-v0-b5qlfhqhjdze1.jpg%3Fwidth%3D640%26crop%3Dsmart%26auto%3Dwebp%26s%3D57ef50b12048562d88b41d8f5228b007599235bb

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS MALONDESH AIR FORCES
      Malondesh's air force, officially known as the Royal Malondeshn Air Force (RMAF), has several strengths but also faces a number of key weaknesses and challenges. These are based on public defense analyses, expert commentary, and open-source information as of recent years.
      Key Weaknesses of the Royal Malondeshn Air Force (RMAF):
      ------------
      1. Aging Aircraft Fleet
      • MiG-29s: These have been retired due to high maintenance costs and limited effectiveness.
      • F/A-18D Hornets: Still operational but aging.
      • SU-30MKMs: Require significant maintenance, and some have faced operational readiness issues due to lack of spare parts and support.
      ------------
      2. Limited Fleet Size
      • Malondesh operates a relatively small number of combat aircraft, limiting its ability to project power or maintain a credible deterrent in the region.
      • The country lacks strategic airlift capacity, making it harder to respond quickly to crises.
      ------------
      3. Modernization Delays
      • RMAF modernization programs have suffered from delays and budget constraints.
      • The Multirole Combat Aircraft (MRCA) replacement program has been postponed multiple times, leaving capability gaps.
      ------------
      4. Logistical and Maintenance Challenges
      • Heavy reliance on foreign suppliers (Russia, U.S., and Europe) creates issues with interoperability and spare parts availability.
      • Maintenance costs and delays impact aircraft readiness and mission capability.
      ------------
      5. Limited Indigenous Defense Industry
      • Malondesh has limited local aerospace manufacturing or support capability.
      • It depends on external partners for upgrades, parts, training, and weapons integration.
      ------------
      6. Insufficient Force Multipliers
      • The RMAF lacks a comprehensive airborne early warning (AEW&C) system.
      • Limited use of drones, electronic warfare (EW), and ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) capabilities reduces situational awareness.
      ------------
      7. Geopolitical Pressures and Resource Constraints
      • Regional tensions in the South China Sea require stronger capabilities than currently available.
      • Defense budgets are constrained due to domestic priorities and economic conditions.
      ------------
      8. Pilot Training and Retention
      • Budget limitations can impact pilot training hours.
      • Retaining skilled pilots and technical personnel can be challenging due to better pay in the private sector or other government roles.

      Hapus
  58. Maluu sma bualan cash jalis hutang.tapi malondesh masih SEWA HELI BAYAR LENDER..PAKAI TENDER SEGALA 🤣🤣🤣

    BalasHapus
  59. Kasihann si miskin malondesh masih sewa heli tander lender🤣🤣🤣

    BalasHapus
  60. Www.rafaleindonesia.com

    Come to PAPA🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

    BalasHapus
  61. Ternyata LEMAH..... 🤣🤣🤣🤣


    Pakistan tumpaskan jet Rafale India dalam pertempuran udara di Kashmir

    https://trt.global/melayu/article/4e401a311234

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS ARMORED ASSETS
      The Malondeshn Armed Forces (MAF), while possessing a range of armored assets, face several challenges and limitations in their tank and armored warfare capabilities. These weaknesses can be categorized into strategic, operational, and technical areas:
      ________________________________________
      1. Limited Number of Main Battle Tanks (MBTs)
      • Inventory: Malondesh operates around 48 PT-91M Pendekar tanks, which are modernized Polish versions of the Soviet T-72.
      • Weakness: This number is small by regional standards, limiting Malondesh’s ability to deploy heavy armor across multiple fronts or sustain prolonged high-intensity operations.
      ________________________________________
      2. Aging Platforms and Modernization Issues
      • The PT-91M, while upgraded, is based on an older Soviet-era design (T-72). It lacks some of the survivability and firepower features found in newer MBTs like the Leopard 2A7 or K2 Black Panther.
      • Upgrades: Modernization has been slow, and budget constraints have hampered efforts to acquire more advanced armor.
      ________________________________________
      3. Lack of Indigenous Tank Production
      • Malondesh relies on foreign suppliers (notably Poland and previously Russia) for tanks and spare parts, which can pose logistical and geopolitical vulnerabilities.
      • Indigenous development is mostly limited to light armored vehicles and support platforms.
      ________________________________________
      4. Limited Combined Arms Capability
      • The integration of tanks with mechanized infantry, artillery, and air support is not as well developed as in more advanced militaries.
      • Training and joint operations involving armor are less frequent, affecting real combat readiness.
      ________________________________________
      5. Terrain Limitations
      • Much of Malondesh’s terrain (jungle, swamp, mountains) is not favorable to tank operations, which limits the strategic value of tanks.
      • Tanks can be vulnerable to ambushes in such environments, particularly from well-equipped irregular forces.
      ________________________________________
      6. Logistical Constraints
      • Supporting MBTs in Malondesh’s tropical, humid climate requires robust logistics, including maintenance, spare parts, and fuel. This poses a strain during prolonged deployments or in remote areas.
      ________________________________________
      7. Budgetary Constraints
      • Defense spending is relatively low, hovering around 1–1.5% of GDP.
      • Competing national priorities have limited Malondesh's ability to expand or upgrade its armored force substantially.
      ________________________________________
      8. No Active Anti-Tank Doctrine or Systems
      • Malondesh lacks a robust network of modern anti-tank guided missiles (ATGMs) or active protection systems (APS) for its tanks, making them vulnerable to modern threats like drones, ATGMs, and loitering munitions.

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR

      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS MISSILES ASSETS
      Missiles are a critical part of modern military capability, and the Malondeshn Armed Forces (MAF) have invested in a variety of missile systems across their army, navy, and air force. However, there are some notable weaknesses and limitations in Malondesh's missile capabilities when compared to regional powers like China, Singapore, or even Vietnam.
      Key Weaknesses in Malondeshn Missile Capabilities:
      1. Limited Indigenous Missile Development
      • Malondesh relies heavily on foreign suppliers (e.g., Russia, China, France, and the U.S.) for its missile systems.
      • This makes the country vulnerable to supply chain disruptions, technology embargoes, or political shifts.
      2. Short to Medium Range Focus
      • Most of Malondesh’s missile systems are short- to medium-range, such as:
      o Exocet MM40 Block 2/3 (anti-ship)
      o Starstreak (short-range air defense)
      o Jernas (Rapier) (short-range air defense)
      o Seawolf (naval short-range SAM, older generation)
      • There is no long-range missile deterrence, either in the form of:
      o Ballistic Missiles
      o Cruise Missiles with strategic reach
      o Long-range surface-to-air missiles (SAMs)
      3. Limited Air Defense Coverage
      • The Royal Malondeshn Air Force (RMAF) lacks a layered and integrated air defense network.
      • No medium- or long-range SAM systems like:
      o S-300/S-400 (Russia)
      o Patriot (USA)
      o Aster 30 (Europe)
      • Vulnerable to saturation missile or drone attacks.
      4. Naval Missile Gaps
      • Some Malondeshn Navy ships still operate with older missile systems or have missile slots not fully equipped.
      • Ships like the Laksamana-class corvettes are aging and face missile system obsolescence.
      • Lack of vertical launch system (VLS) on many platforms limits multi-role missile capabilities.
      5. No Strategic Missile Deterrent
      • Unlike some neighbors, Malondesh does not possess:
      o Land-attack cruise missiles (LACM)
      o Anti-access/area denial (A2/AD) missiles
      o Submarine-launched missiles
      • This limits Malondesh’s ability to deter or respond to strategic threats beyond its immediate borders.
      6. Dependence on Multinational Exercises and Alliances
      • While Malondesh participates in exercises like CARAT, RIMPAC, and FPDA, its missile doctrine is still defensive and reactive, not designed for power projection.

      Hapus
  62. Ternyata LEMAH..... 🤣🤣🤣🤣


    Pakistan tumpaskan jet Rafale India dalam pertempuran udara di Kashmir

    https://trt.global/melayu/article/4e401a311234

    BalasHapus
  63. Si beruk gemprok makin koyak panas jomm wkwkkwwk terbakar 🔥🔥🔥

    BalasHapus
  64. Hornet bekas.. wkwkkwk
    Heli sewa
    Miskin kasihan🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  65. Tunjuk lon HORNET BEKAS RONGSOKAN SUDAH JADI SIAP 🤣🤣🤣🤣

    WKWKKWKWK

    BalasHapus
  66. Psssttttt....... Ternyata LEMAH...🙏🙏 🤣🤣🤣


    Pakistan Tembak Jatuh 3 Jet Rafale India

    https://internasional.kompas.com/read/2025/05/07/173338970/pakistan-tembak-jatuh-3-jet-rafale-india

    BalasHapus
  67. Namun, wawancara Reuters dengan dua pejabat India dan tiga pejabat Pakistan menemukan bahwa kinerja Rafale bukanlah masalah utama. Inti dari jatuhnya pesawat itu adalah kegagalan intelijen India terkait jangkauan rudal PL-15 buatan China yang ditembakkan oleh pesawat tempur J-10. China dan Pakistan adalah dua negara yang mengoperasikan J-10, yang dikenal sebagai Vigorous Dragon, dan misil PL-15.

    Intelijen yang salah tersebut memberikan keyakinan palsu kepada pilot Rafale bahwa mereka berada di luar jarak tembak Pakistan, yang mereka yakini hanya sekitar 150 km, kata para pejabat India, merujuk pada jangkauan varian ekspor PL-15 yang banyak dikutip.

    "Kami menyergap mereka," kata pejabat PAF, menambahkan bahwa Islamabad melakukan serangan peperangan elektronik terhadap sistem Delhi dalam upaya untuk membingungkan pilot India. Para pejabat India membantah efektivitas upaya tersebut.

    "Pihak India tidak menyangka akan ditembak," kata Justin Bronk, pakar peperangan udara di lembaga think tank Royal United Services Institute (RUSI) London. "Dan PL-15 jelas sangat mumpuni pada jarak jauh."

    PL-15 yang menghantam Rafale ditembakkan dari jarak sekitar 200 km (124,27 mil), menurut pejabat Pakistan, dan bahkan lebih jauh lagi menurut pejabat India. Hal ini menjadikannya salah satu serangan udara-ke-udara dengan jarak terjauh yang pernah tercatat.



    GEMPURWIRA11 Agustus 2025 pukul 18.42
    Ternyata LEMAH..... 🤣🤣🤣🤣


    Pakistan tumpaskan jet Rafale India dalam pertempuran udara di Kashmir

    https://trt.global/melayu/article/4e401a311234

    BalasHapus
  68. Psssttttt....... Ternyata LEMAH...🙏🙏 🤣🤣🤣


    Pakistan Tembak Jatuh 3 Jet Rafale India

    https://internasional.kompas.com/read/2025/05/07/173338970/pakistan-tembak-jatuh-3-jet-rafale-india

    BalasHapus
  69. RAFALEnya jadi makanan SU30MKM je ni... 🤣🤣🤣

    BalasHapus
  70. KAYA = KAAN KHAN
    MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
    -----------
    KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
    MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
    -----------
    KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
    MISKIN = SEWA VSHORAD
    -----------
    KAYA = HEAVY FRIGAT
    MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
    -----------
    KAYA = GDP INDONESIA 1,429,743
    MISKIN = GDP MALONDESH 444,984
    -----
    KAYA = BUDGET MILITER USD 17 BILLION (245 T)
    MISKIN = BUDGET MILITER USD 1,3 BILLION (SEPI SHOPPING)
    -----
    KAYA = 48 KAAN GEN 5 DAN 42 RAFALE GEN 4.5 BRANDNEW
    MISKIN = NGEMIS 33 F18 RONGSOK 33 TAHUN
    -----
    KAYA = 25 RADAR
    MISKIN = 2 RADAR
    -----
    KEYWORDS =
    1. 1 UNIT APACHE = 13 UNIT MD530G
    2. 1 UNIT RAFALE = 4 UNIT FA50M
    3. 1 UNIT PPA = 3 UNIT LMS B2
    4. 1 UNIT SCORPENE IDN = 2 UNIT SCORPENE MALONDESH
    5. CN 235 US$ 27,50 JUTA = ATR 72 US$24.7 JUTA
    6. SEWA 28 HELI = 119 HELI BARU
    7. 4.5 KM JAVELIN = 1 KM NLAW
    8. ANKA ISR NOT ARMED
    9. LCS EXCLUDING AMMO = DESTROYER INCLUDING AMMO
    ==============
    ONDESH Armed Forces (MAF) has faced a number of weaknesses, including a lack of modern assets, corruption, and financial constraints.
    Lack of modern assets
    • The MAF has lacked modern military assets, including submarines that can't submerge properly.
    • The MAF has been unable to obtain the latest defense assets from the government.
    • The MAF has been exposed to internal and external threats due to its lack of modern assets.
    Corruption
    • The MAF has been affected by corruption in the supply chain management (SCM) process.
    • The MAF has been affected by corruption among MALONDESH politicians and royalty, who often bestow royal titles on Malay generals.
    Financial constraints
    • Financial constraints have limited the ability of the MAF to develop and equip itself.
    • The MAF has faced challenges in implementing programs due to financial constraints.
    Other weaknesses
    • The MAF has faced challenges in engaging with non-traditional security threats.
    • The MAF has faced challenges in implementing the Human Resources Information System (HRMIS).

    BalasHapus
  71. SuMKm tak bise terbang apalagi mau beli Rongsokan wmwlkwwk🤣🤣🤣

    BalasHapus
  72. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  73. KAYA = KAAN KHAN
    MISKIN = NGEMIS RONGSOKAAN---SEWAKHAN---AKAAN
    -----------
    KAYA = 48 KAAN 42 RAFALE
    MISKIN = NGEMIS F18 RONGSOK 33 TAHUN
    -----------
    KAYA = INDONESIA TACTICAL BALLISTIC MISSILE (ITBM)
    MISKIN = SEWA VSHORAD
    -----------
    KAYA = HEAVY FRIGAT
    MISKIN = DOWNGRADE CORVETTE
    -----------
    KAYA = GDP INDONESIA 1,429,743
    MISKIN = GDP MALONDESH 444,984
    -----
    KAYA = BUDGET MILITER USD 17 BILLION (245 T)
    MISKIN = BUDGET MILITER USD 1,3 BILLION (SEPI SHOPPING)
    -----
    KAYA = 48 KAAN GEN 5 DAN 42 RAFALE GEN 4.5 BRANDNEW
    MISKIN = NGEMIS 33 F18 RONGSOK 33 TAHUN
    -----
    KAYA = 25 RADAR
    MISKIN = 2 RADAR
    -----
    KEYWORDS =
    1. 1 UNIT APACHE = 13 UNIT MD530G
    2. 1 UNIT RAFALE = 4 UNIT FA50M
    3. 1 UNIT PPA = 3 UNIT LMS B2
    4. 1 UNIT SCORPENE IDN = 2 UNIT SCORPENE MALONDESH
    5. CN 235 US$ 27,50 JUTA = ATR 72 US$24.7 JUTA
    6. SEWA 28 HELI = 119 HELI BARU
    7. 4.5 KM JAVELIN = 1 KM NLAW
    8. ANKA ISR NOT ARMED
    9. LCS EXCLUDING AMMO = DESTROYER INCLUDING AMMO
    ==============
    NGEMIS RONGSOKAN 33 TAHUN SAMPAI 2027 =
    MENUNGGU 47 SUPER HORNETS
    MENUNGGU 47 SUPER HORNETS
    DELAY DELIVERIES OF 47 SUPER HORNETS
    The Kuwait Air Force is expected to declare full operational capability for its Super Hornets by 2027. Only then will the legacy Hornets be released to Malondesh.
    The issue now is that the delivery of Kuwait’s Rhinos hinges on the completion of deliveries of 47 Super Hornets ordered by the US Navy as attrition
    ------------------
    PERDANA MENTERI = DEFACT KILL PREGNANT WOMEN
    LCS = MANGKRAK 15 years
    LMS B1 = GUNBOAT NO MISSILE
    LMS B2 = DOWNGRADE HISAR OPV
    LEKIU = EXO B2 EXPIRED
    KASTURI = EXO B2 EXPIRED
    LAKSAMANA = GUNBOAT NO MISSILE
    KEDAH = GUNBOAT NO MISSILE
    PERDANA = GUNBOAT NO MISSILE
    HANDALAN = GUNBOAT NO MISSILE
    JERUNG = GUNBOAT NO MISSILE
    ------------------------------------
    THE MALONDESH LITTORAL COMBAT SHIP (LCS) PROGRAM HAS FACED A NUMBER OF ISSUES, INCLUDING:
    • Delayed delivery
    The original plan was to deliver the first ship, the LCS 1 Maharaja Lela, in 2019, and all six ships by 2023. However, the program was mangkrak in 2019 due to financial issues at Boustead Naval Shipbuilding. The program was restarted in 2023, with the first ship scheduled for delivery in 2026 and the remaining four by 2029.
    • Design issues
    The Royal MALONDESH Navy (RMN) did not get to choose the design of the ship, and the detailed design was not completed until after 66.64% of the budget had been paid.
    • Financial issues
    Boustead Naval Shipbuilding was in a critical financial state, and a middleman increased the project cost by up to four times.
    • Corruption
    A declassified audit report highlighted irregularities in the execution of the program, including the abuse of power and the involvement of a Zainab Mohd Salleh.
    • Aging fleet
    The RMN's current fleet is outdated, with two-thirds of the ships dating back over 30 years



    BalasHapus
  74. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  75. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  76. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  77. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  78. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  79. MALON memang tidak tau diri. Saat RI berbaik hati menawarkan pengelolaan bersama Ambalat, dan PMX sepakat, rakyat MALON malah ingin PERANG

    LAWAK betul ...... mau perang pake apa??????
    Saat ini militer MALON bukan tandingan TNI, apalagi ke depan ini aset2 canggih TNI terus bertambah

    PMX rasional, daripada zonk lebih baik dikelola bersama
    Rakyat MALON bodoh. Ingin perang walau pasti kalah dan ambalat tetap milik RI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  80. NGEMIS F18 KUWAIT 2025-2017=
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    MANGKRAK LCS 2025-2011 =
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    6X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    ZONK SPH 2025-2016 =
    5X GANTI PERDANA MENTERI
    5X GANTI MENTERI PERTAHANAN
    -
    2025 = ZONK
    😝MISKIN = NGEMIS MANGKRAK ZONK😝

    BalasHapus
  81. PREMIUM VS MURAHAN .........
    1. 1 UNIT APACHE = 13 UNIT MD530G
    2. 1 UNIT RAFALE = 4 UNIT FA50M
    3. 1 UNIT PPA = 3 UNIT LMS B2
    4. 1 UNIT SCORPENE IDN = 2 UNIT SCORPENE MALONDESH
    5. CN 235 US$ 27,50 JUTA = ATR 72 US$24.7 JUTA
    6. SEWA 28 HELI = 119 HELI BARU
    7. 4.5 KM JAVELIN = 1 KM NLAW
    8. ANKA ISR NOT ARMED
    9. LCS EXCLUDING AMMO = DESTROYER INCLUDING AMMO
    😝KAYA : PREMIUM = MISKIN : MURAHAN DOWNGRADE😝

    BalasHapus
  82. Foto RAFALE DI TEMBAK JATUH sama Pakistan.... Aduh..... 🤣🤣🤣


    https://m.facebook.com/photo.php?fbid=1117555573750138&set=a.702712901901076

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS MALONDESH AIR FORCES
      Malondesh's air force, officially known as the Royal Malondeshn Air Force (RMAF), has several strengths but also faces a number of key weaknesses and challenges. These are based on public defense analyses, expert commentary, and open-source information as of recent years.
      Key Weaknesses of the Royal Malondeshn Air Force (RMAF):
      ------------
      1. Aging Aircraft Fleet
      • MiG-29s: These have been retired due to high maintenance costs and limited effectiveness.
      • F/A-18D Hornets: Still operational but aging.
      • SU-30MKMs: Require significant maintenance, and some have faced operational readiness issues due to lack of spare parts and support.
      ------------
      2. Limited Fleet Size
      • Malondesh operates a relatively small number of combat aircraft, limiting its ability to project power or maintain a credible deterrent in the region.
      • The country lacks strategic airlift capacity, making it harder to respond quickly to crises.
      ------------
      3. Modernization Delays
      • RMAF modernization programs have suffered from delays and budget constraints.
      • The Multirole Combat Aircraft (MRCA) replacement program has been postponed multiple times, leaving capability gaps.
      ------------
      4. Logistical and Maintenance Challenges
      • Heavy reliance on foreign suppliers (Russia, U.S., and Europe) creates issues with interoperability and spare parts availability.
      • Maintenance costs and delays impact aircraft readiness and mission capability.
      ------------
      5. Limited Indigenous Defense Industry
      • Malondesh has limited local aerospace manufacturing or support capability.
      • It depends on external partners for upgrades, parts, training, and weapons integration.
      ------------
      6. Insufficient Force Multipliers
      • The RMAF lacks a comprehensive airborne early warning (AEW&C) system.
      • Limited use of drones, electronic warfare (EW), and ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) capabilities reduces situational awareness.
      ------------
      7. Geopolitical Pressures and Resource Constraints
      • Regional tensions in the South China Sea require stronger capabilities than currently available.
      • Defense budgets are constrained due to domestic priorities and economic conditions.
      ------------
      8. Pilot Training and Retention
      • Budget limitations can impact pilot training hours.
      • Retaining skilled pilots and technical personnel can be challenging due to better pay in the private sector or other government roles.

      Hapus
  83. Foto RAFALE DI TEMBAK JATUH sama Pakistan.... Aduh..... 🤣🤣🤣


    https://m.facebook.com/photo.php?fbid=1117555573750138&set=a.702712901901076

    BalasHapus
    Balasan
    1. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
      • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
      • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
      • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS MALONDESH PROCUREMENT
      Procurement weaknesses in the Malondeshn Armed Forces (MAF) have been highlighted over the years in various government audits, media investigations, and academic studies. These weaknesses often stem from a combination of systemic, structural, and operational issues.
      Key Weaknesses in MAF Procurement
      1. Lack of Transparency
      Many defense procurements are classified under national security, limiting public scrutiny.
      Closed or restricted tenders are common, reducing competition and increasing the risk of corruption or favoritism.
      2. Corruption and Mismanagement
      Allegations and cases involving high-level corruption in defense procurement (e.g., the Scorpène submarine scandal).
      Inflated costs and questionable deals without proper due diligence or cost-benefit analysis.
      3. Political Interference
      Procurement decisions sometimes reflect political priorities rather than military needs.
      Projects awarded to politically connected companies, regardless of capability.
      4. Lack of Strategic Planning
      Procurement not always aligned with long-term defense strategy or operational requirements.
      Reactive rather than proactive planning, leading to mismatched or obsolete equipment.
      5. Poor Maintenance and Lifecycle Management
      Insufficient budgeting and planning for maintenance, upgrades, and training.
      Resulting in equipment quickly becoming non-operational or under-utilized.
      6. Weak Oversight and Accountability
      Limited oversight by Parliament or independent bodies on defense spending.
      Auditor-General’s reports have highlighted irregularities, but follow-up actions are often limited.
      7. Limited Local Industry Capability
      Over-reliance on foreign suppliers due to underdeveloped domestic defense manufacturing.
      Local offset programs sometimes fail to deliver real capability or transfer of technology.
      8. Fragmented Procurement Process
      Involvement of multiple agencies (Ministry of Defence, armed services, contractors), leading to inefficiencies and lack of coordination

      Hapus
    2. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      TARIF BARANG AMERIKA = 0%
      Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
      Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
      ===========
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      FAKTA UTAMA
      • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ===========
      WEAKNESS ARMORED ASSETS
      The Malondeshn Armed Forces (MAF), while possessing a range of armored assets, face several challenges and limitations in their tank and armored warfare capabilities. These weaknesses can be categorized into strategic, operational, and technical areas:
      ________________________________________
      1. Limited Number of Main Battle Tanks (MBTs)
      • Inventory: Malondesh operates around 48 PT-91M Pendekar tanks, which are modernized Polish versions of the Soviet T-72.
      • Weakness: This number is small by regional standards, limiting Malondesh’s ability to deploy heavy armor across multiple fronts or sustain prolonged high-intensity operations.
      ________________________________________
      2. Aging Platforms and Modernization Issues
      • The PT-91M, while upgraded, is based on an older Soviet-era design (T-72). It lacks some of the survivability and firepower features found in newer MBTs like the Leopard 2A7 or K2 Black Panther.
      • Upgrades: Modernization has been slow, and budget constraints have hampered efforts to acquire more advanced armor.
      ________________________________________
      3. Lack of Indigenous Tank Production
      • Malondesh relies on foreign suppliers (notably Poland and previously Russia) for tanks and spare parts, which can pose logistical and geopolitical vulnerabilities.
      • Indigenous development is mostly limited to light armored vehicles and support platforms.
      ________________________________________
      4. Limited Combined Arms Capability
      • The integration of tanks with mechanized infantry, artillery, and air support is not as well developed as in more advanced militaries.
      • Training and joint operations involving armor are less frequent, affecting real combat readiness.
      ________________________________________
      5. Terrain Limitations
      • Much of Malondesh’s terrain (jungle, swamp, mountains) is not favorable to tank operations, which limits the strategic value of tanks.
      • Tanks can be vulnerable to ambushes in such environments, particularly from well-equipped irregular forces.
      ________________________________________
      6. Logistical Constraints
      • Supporting MBTs in Malondesh’s tropical, humid climate requires robust logistics, including maintenance, spare parts, and fuel. This poses a strain during prolonged deployments or in remote areas.
      ________________________________________
      7. Budgetary Constraints
      • Defense spending is relatively low, hovering around 1–1.5% of GDP.
      • Competing national priorities have limited Malondesh's ability to expand or upgrade its armored force substantially.
      ________________________________________
      8. No Active Anti-Tank Doctrine or Systems
      • Malondesh lacks a robust network of modern anti-tank guided missiles (ATGMs) or active protection systems (APS) for its tanks, making them vulnerable to modern threats like drones, ATGMs, and loitering munitions.

      Hapus
  84. ADA BERUK IRI LIHAT BARANG PREMIUM SANGAT MAHAL INI YA LON.
    NEGARA MISKIN CUKUP JADI JURU SORAK SAJA 🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  85. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
    Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
    • Lebih dari 11.000 lini produk (tariff lines) akan mendapatkan tarif nol atau tarif lebih rendah
    • Dari jumlah itu, sebanyak 6.911 produk (sekitar 61%) akan 0% tarif
    • Sisanya (sekitar 39%) akan dikenakan tarif yang dikurangi – keseluruhan mencakup sekitar 98.4% dari semua lini tarif
    • Produk pertanian tertentu seperti susu, unggas, buah, dan produk sanitasi termasuk yang diturunkan tarifnya; banyak produk manufaktur juga termasuk dalam daftar tarif nol.
    ===========
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    FAKTA UTAMA
    • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
    • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
    • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
    ===========
    WEAKNESS MALONDESH AIR FORCES
    Malondesh's air force, officially known as the Royal Malondeshn Air Force (RMAF), has several strengths but also faces a number of key weaknesses and challenges. These are based on public defense analyses, expert commentary, and open-source information as of recent years.
    Key Weaknesses of the Royal Malondeshn Air Force (RMAF):
    ------------
    1. Aging Aircraft Fleet
    • MiG-29s: These have been retired due to high maintenance costs and limited effectiveness.
    • F/A-18D Hornets: Still operational but aging.
    • SU-30MKMs: Require significant maintenance, and some have faced operational readiness issues due to lack of spare parts and support.
    ------------
    2. Limited Fleet Size
    • Malondesh operates a relatively small number of combat aircraft, limiting its ability to project power or maintain a credible deterrent in the region.
    • The country lacks strategic airlift capacity, making it harder to respond quickly to crises.
    ------------
    3. Modernization Delays
    • RMAF modernization programs have suffered from delays and budget constraints.
    • The Multirole Combat Aircraft (MRCA) replacement program has been postponed multiple times, leaving capability gaps.
    ------------
    4. Logistical and Maintenance Challenges
    • Heavy reliance on foreign suppliers (Russia, U.S., and Europe) creates issues with interoperability and spare parts availability.
    • Maintenance costs and delays impact aircraft readiness and mission capability.
    ------------
    5. Limited Indigenous Defense Industry
    • Malondesh has limited local aerospace manufacturing or support capability.
    • It depends on external partners for upgrades, parts, training, and weapons integration.
    ------------
    6. Insufficient Force Multipliers
    • The RMAF lacks a comprehensive airborne early warning (AEW&C) system.
    • Limited use of drones, electronic warfare (EW), and ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) capabilities reduces situational awareness.
    ------------
    7. Geopolitical Pressures and Resource Constraints
    • Regional tensions in the South China Sea require stronger capabilities than currently available.
    • Defense budgets are constrained due to domestic priorities and economic conditions.
    ------------
    8. Pilot Training and Retention
    • Budget limitations can impact pilot training hours.
    • Retaining skilled pilots and technical personnel can be challenging due to better pay in the private sector or other government roles.

    BalasHapus
  86. TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    TARIF BARANG AMERIKA = 0%
    Tarif Impor Malondesh untuk Barang Amerika
    Mulai tanggal 8 Agustus 2025, Malondesh akan memberlakukan kebijakan 0% atau tarif yang dikurangi untuk banyak produk impor dari Amerika Serikat:
    ===========
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
    FAKTA UTAMA
    • Malondesh telah menyepakati untuk membeli sampai US$150 miliar dalam jangka waktu lima tahun dari perusahaan-perusahaan Amerika di sektor semikonduktor, aerospace, dan pusat data. Komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS untuk mengurangi tarif dari ancaman awal 25% menjadi 19%
    • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar US$240–242 miliar, termasuk US$70 miliar investasi Malondesh ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
    • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Malondesh ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
    ===========
    WEAKNESS ARMORED ASSETS
    The Malondeshn Armed Forces (MAF), while possessing a range of armored assets, face several challenges and limitations in their tank and armored warfare capabilities. These weaknesses can be categorized into strategic, operational, and technical areas:
    ________________________________________
    1. Limited Number of Main Battle Tanks (MBTs)
    • Inventory: Malondesh operates around 48 PT-91M Pendekar tanks, which are modernized Polish versions of the Soviet T-72.
    • Weakness: This number is small by regional standards, limiting Malondesh’s ability to deploy heavy armor across multiple fronts or sustain prolonged high-intensity operations.
    ________________________________________
    2. Aging Platforms and Modernization Issues
    • The PT-91M, while upgraded, is based on an older Soviet-era design (T-72). It lacks some of the survivability and firepower features found in newer MBTs like the Leopard 2A7 or K2 Black Panther.
    • Upgrades: Modernization has been slow, and budget constraints have hampered efforts to acquire more advanced armor.
    ________________________________________
    3. Lack of Indigenous Tank Production
    • Malondesh relies on foreign suppliers (notably Poland and previously Russia) for tanks and spare parts, which can pose logistical and geopolitical vulnerabilities.
    • Indigenous development is mostly limited to light armored vehicles and support platforms.
    ________________________________________
    4. Limited Combined Arms Capability
    • The integration of tanks with mechanized infantry, artillery, and air support is not as well developed as in more advanced militaries.
    • Training and joint operations involving armor are less frequent, affecting real combat readiness.
    ________________________________________
    5. Terrain Limitations
    • Much of Malondesh’s terrain (jungle, swamp, mountains) is not favorable to tank operations, which limits the strategic value of tanks.
    • Tanks can be vulnerable to ambushes in such environments, particularly from well-equipped irregular forces.
    ________________________________________
    6. Logistical Constraints
    • Supporting MBTs in Malondesh’s tropical, humid climate requires robust logistics, including maintenance, spare parts, and fuel. This poses a strain during prolonged deployments or in remote areas.
    ________________________________________
    7. Budgetary Constraints
    • Defense spending is relatively low, hovering around 1–1.5% of GDP.
    • Competing national priorities have limited Malondesh's ability to expand or upgrade its armored force substantially.
    ________________________________________
    8. No Active Anti-Tank Doctrine or Systems
    • Malondesh lacks a robust network of modern anti-tank guided missiles (ATGMs) or active protection systems (APS) for its tanks, making them vulnerable to modern threats like drones, ATGMs, and loitering munitions.

    BalasHapus
  87. Foto RAFALE DI TEMBAK JATUH sama Pakistan.... Aduh..... 🤣🤣🤣


    https://m.facebook.com/photo.php?fbid=1117555573750138&set=a.702712901901076

    BalasHapus