Prototipe pesawat tanpa awak sudah dibuat sejak tahun 2002 (photo : Antara)
Pesawat Intai Tanpa Awak Terbang di Lanud Halim
Pesawat Intai Tanpa Awak Terbang di Lanud Halim
Liputan6.com,
Jakarta: Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) yang berfungsi mengintai di daerah
tertentu pada Kamis (11/10) pagi ini terbang mengelilingi langit lapangan udara
TNI Angkatan Udara (AU) Halim Perdana kusuma, Jakarta.
Penerbangan
ini untuk melakukan demo flight terhadap pesawat buatan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Balitbang Kementrian Pertahanan, dan Kementrian
Riset dan Teknologi.
"Tadi
kita sudah menyaksikan, demo flight pesawat terbang tanpa awak, yang merupakan
hasil dari tangan anak bangsa," kata Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar
dalam keterangan persnya di Base ops Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur,
Kamis (11/10).
Marzan
menjelaskan pesawat ini memang sengaja dibuat anak bangsa untuk mendukung
cita-cita kemandirian alutsista nasional Indonesia. Untuk itu, dengan total
lima buah pesawat yang dihasilkan tersebut dapat menambah kekuatan pertahanan
Indonesia khususnya di langit Indonesia.
Pesawat
terbang tanpa awak (PTTA) ini dapat terbang dengan jarak tempuh sejauh 70 km,
dengan ketinggian 12 ribu kaki. Pesawat tersebut pernah dibuktikan terbang
setinggi 8000 kaki yang bertujuan memantau suatu wilayah.
Untuk
melengkapi kehebatan pesawat intai dengan bobot 120 kg ini, BPPT dan Kemhan
serta Kemristek melengkapinya dengan kamera intai yang berada dilambung
pesawat. Kamera intai berfungsi melihat dan memantau kondisi suatu wilayah
tertentu yang dibantu dengan Ground Control Atation atau ruang pemetaan yang
berada di dalam mobil satelit.
Selain itu,
pesawat ini juga bisa terbang selama empat jam nonstop dengan menggunakan bahan
bakar pertamax. Untuk mendapatkan tenaga optimal, pesawat ini memakai mesin dua
tak
Pesawat
tanpa awak ini dibuat sejak 2002 lalu. Anggaran yang dihabiskan mencapai Rp 6-8
miliar digunakan untuk riset, pembuatan, uji coba. BPPT, Balitbang Kemhan dan
Kemenristek yang menghasilkan lima pesawat tanpa awak.
Menhan
Bentuk Skuadron Pesawat Udara Nir Awak
Menteri
Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan pihaknya akan membentuk
skuadron tambahan untuk TNI Angkatan Udara (AU) yang bernama skuadron Pesawat
Terbang Tanpa Awak (PTTA), atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA). Hal tersebut
diputuskan setelah Menhan melihat uji coba kemampuan pesawat tersebut di Halim
Perdana Kusuma, Jakarta.
"Setelah
saya melihat, maka saya putuskan bahwa pesawat ini saya proyeksikan untuk
dijadikan skuadron tambah bagi TNI AU dalam pembentukan skuadron PTTA/PUNA guna
pengamanan daerah perbatasan," kata Purnomo saat konfrensi persnya di Base
Ops Halim Perdana Kusuma, Jakarta Pusat, Kamis (11/10).
Purnomo juga
menjelaskan pesawat terbang tanpa awak ini dapat digunakan untuk kepentingan
militer dalam hal pengamatan wilayah (survailence), bahkan fungsinya dapat
menggantikan pesawat tempur yang disebut dengan UCAV (Unmaned Combat Aerial
Vehicle). "Serta dapat digunakan untuk kepentingan sipil seperti
penanganan kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan," tuturnya.
Menurutnya,
keberhasilan pengembagan PTTA/PUNA produksi dalam negeri ini memiliki banyak
keuntungan diantaranya memiliki nilai ekonomis tinggi dan mengurangi
ketergantungan pada negara-negara produsen yang menjadi pemasok alutsista TNI.
"Tentunya nanti pesawat ini akan diproduksi oleh PT DI untuk pengembangan
produksi lebih lanjut ke depannya," ungkapnya.
Pesawat
terbang tanpa awak produksi hasil riset dan pengembangan BPPT dan Balitbang
Kemenhan ini memiliki spesifikasi dan kemampuan yang tidak kalah dengan produk
luar negeri. Dengan bentangan sayap 6,36 meter, panjang 4,32 meter, tinggi 1,32
meter serta berat 120 kg. Pesawat PUNA sangat efektif untuk misi pemotretan
udara pada area yang sangat luas serta pengukuran karakteristik atmosfer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar