Avibras Astros II Mk 6 (all photos : Defense Studies)
Pada tanggal 5 Oktober lalu bertepatan dengan HUT TNI yang ke-67 dilangsungkan parade militer dan defile dimana publik dapat melihat tampilnya dua kendaraan peluncur roket multi laras baru buatan Brazil. Kendaraan ini telah didatangkan ke Jakarta melalui bandara Halim Perdana Kusumah yang selanjutnya dipamerkan di lapangan Monas.
Pada tanggal 5 Oktober lalu bertepatan dengan HUT TNI yang ke-67 dilangsungkan parade militer dan defile dimana publik dapat melihat tampilnya dua kendaraan peluncur roket multi laras baru buatan Brazil. Kendaraan ini telah didatangkan ke Jakarta melalui bandara Halim Perdana Kusumah yang selanjutnya dipamerkan di lapangan Monas.
Kendaraan buatan Avibras Aerospacial Brazil ini mempunyai
nama ASTROS (Area Saturation Rocket System), diproduksi pertama kali pada tahun
1983 dan terus dikembangkan sampai sekarang. Serie yang dipilih Indonesia
adalah dari tipe II dan generasi ke-6 (Astros II Mk 6). Sistem senjata ini
mempunyai jangkauan jarak tembak hingga 85 kilometer.
Dengan anggaran senilai 405 juta dolar dan pola pembelian secara G to G maka TNI AD bisa mendapatkan 2 1/3 batalyon atau 42 unit peluncur roket multi laras sekaligus multi kaliber Astros II Mk 6. Pilihan terhadap Astros ini akan membawa lompatan yang besar pada kemampuan batalyon roket TNI AD, sebelumnya TNI AD mengoperasikan peluncur roket M-51 kaliber 130mm buatan Cekoslowakia yang mempunyai jarak jangkau tembakan 8km.
Ada 4 tipe roket/munisi yang siap digunakan untuk Astros II,
masing-masing S-30, S-40, S-60, dan S-80. Dalam tahap awal munisi yang akan
digunakan oleh TNI AD adalah S-80 yang mempunyai kaliber 300 mm dan jangkauan
tembak hingga 85 km. Daya hancur yang ditimbulkan dari 1 munisi saja adalah area
seluas 400mx550m, bisa dibayangkan daya hancur yang ditimbulkan jika 1
kendaraan Astros dapat membawa 4 munisi tersebut. Tipe S-80 ini terdiri dari 52
submunisi tipe tandan/cluster anti personil dan anti material dengan kecepatan tembak
salvo 16 detik. Tiap submunisi memiliki radius efektif 52m dan daya tembus baja hingga 200mm serta dilengkapi alat penghancur sendiri (self destruction device).
Selain munisi tipe tersebut, untuk sarana latihan akan
menggunakan munisi SS-09 berkaliber 70mm dan jangkauan tembak maksimal 10km
dengan jumlah laras 32 buah. Penggunaan munisi latihan ini akan lebih praktis
karena pada prakteknya akan muncul kesulitan untuk mencari lokasi latihan yang
steril dari penduduk dengan jarak paling tidak 100 km.
Sistem pengisian ulang (reloading) munisi Astros ini sangatlah
mudah, untuk satu set munisi yang dibawa oleh satu kendaraan Astros hanya
dibutuhkan waktu 8 hingga 12 menit saja.
Astros MLRS menggunakan platform kendaraan Tatra 6x6 yang telah
dimodifikasi dengan penggunaan pelat baja sehingga awak kabinnya terlindung
dari tembakan hingga kaliber 7,62mm.
Kendaraan ini juga dilengkapi dengan pelontar tabir asap dan senapan mesin
berat kaliber 12,7mm. Kendaraan munisi dan bengkel lapangan dapat juga difungsikan sebagai peluncur roket (interchangeable) karena di dalam kabinnya telah dilengkapi dengan komputer penembakan. Kendaraan peluncur roket itu sendiri dioperasikan oleh empat orang.
Berat kosong kendaraan ini hanya 24 ton, bahkan dengan ukuran panjang 9,9m, lebar 2,8m, dan tinggi 3,2m memungkinkan Astros untuk dapat dengan mudah diangkut oleh pesawat sekelas C-130 Hercules, hal ini akan memudahkan Astros untuk disebar di daerah konflik yang lokasinya relatif jauh dari markasnya. Kendaraan Astros ini juga dapat dipacu hingga kecepatan 100 km/jam dengan daya jelajah hingga 600km.
Belum jelas kendaraan apa saja yang akan dibeli menyertai Astros MLRS ini, yang jelas dalam sistem Astros II secara lengkap terdiri dari beberapa kendaraan : Universal Multiple Launcher (AV-LMU), Ammunition Supply Vehicle (AV-RMD), Command and Control Vehicle/Fire Control Unit (AV-VCC), Optional Electronic Fire Control Unit (AV-UCF), dan Mobile Workshops (untuk perbaikan di lapangan).
Astros II beserta kendaraan pendukungnya (photo : Avibras)
Negara lain di kawasan yang mengoperasikan Astros MLRS adalah
Malaysia, berbeda dengan Indonesia tipe yang dimiliki Malaysia adalah serie Astros
II Mk 5. Malaysia pada tahun 2000 telah membeli Astros pada batch pertama sebanyak
18 unit dan diikuti dengan pesanan lanjutan pada batch kedua sebanyak 18 unit.
Pembelian Astros MLRS ini akan melengkapi modernisasi
alutsista TNI AD yang akan tampil semakin gahar dengan alutsista lainnya yang
cukup mumpuni yaitu Caesar SPH 155mm, MBT Leopard dan heli serang Apache.
(Defense Studies)
MUSTI NYA indonesia punyai
BalasHapus50.000 roket MLRS ASTRO
buat pertahanan dan GEMPURAN di darat, di laut
dan di udara
MENGALAKAN roket/RUDAL
( MISIL ) pertahanan
udara menengah seperti rudal
sam s300, s400,
rusia L-Y 80(HQ -16) cina ,india,
iran, korea,
japan namun negara indonesia
kabar paling
gembirakan adalah roket lapan
yang semakin
besar (gede bentuk roket lapan)
bagi anak bangsa
indonesia sebagai senjata yang
istimewa dan
pertahanan indonesia ( NKRI )
tanah air indonesiaku
Hapusdari mana indonesia dapat anggaran kalau beli sampai 50000 unit MLRS ASTROS,sedangkan mau beli pesawat su-35 aja masih mikir2 terus,yg mau dibeli bukan seratus pesawat melainkan 6 unit saja.ini bukan soal rasa nasionalisme ataupun tidak.tapi soal anggaran.....
saran saya indonesia memniliki di tiap batalyon dan kodim. tiap kodim indonesia harus punya 100 unit, di tiap batalyon, indonesia harus memiliki 400 unit, indonesia juga adakan howtzer dan meriam Caesar 155 mm masing2 sebanyak ditiap batalyon 200-300 unit.
BalasHapusanggaran untuk membeli akutsista ,sangat minim berbanding tetangga sebelah.soalnya kalau ntuk kperluan negara susah mau cair,banyak pro dan kontra,tapi giliran di korupsi...gak usah bicara sama DPR....saya yakin banget gak mungkin bisa beli sebegitu banyak.
Hapuskalo bisa dari sekarang indonesia mengkaryakan kemampuan sdm bangsa kita untuk membuat alusista buatan dalam negeri dengan cara mempelajari teknologi alusista yang kita beli dari luar negeri agar kita dapat menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan di segani oleh bangsa lain
BalasHapusnahhh...pemikiran yg ginian nih yg masuk akal,beli sambil belajar boleh buat terus produksi,pemerintah jangan ngayal terus.kalau cuma rencana melulu yg di beritain kapan jadinya,kayak helikopter gandiwa,sampai sekarang belum juga bikin.
Hapus